Analisis Keputusan The Federal Reserve untuk Mempertahankan Suku Bunga
Analisis Keputusan The Federal Reserve untuk Mempertahankan Suku Bunga
The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam rentang target 4,25% hingga 4,50%. Keputusan ini diambil di tengah kondisi ekonomi AS yang masih menunjukkan angka inflasi di atas target, pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, dan tingkat pengangguran yang rendah. Ketidakpastian ini membuat The Fed cenderung menahan diri sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Perubahan Pernyataan Kebijakan The Fed
Hal yang menarik perhatian adalah hilangnya frasa "inflasi telah menunjukkan kemajuan" (progress towards the Fed's 2% inflation goal) dari pernyataan kebijakan terbaru The Fed. Penghapusan frasa ini mengindikasikan perubahan sikap The Fed yang kini lebih menunggu data inflasi dan ketenagakerjaan selanjutnya, serta kejelasan dampak kebijakan Presiden Donald Trump. Sikap ini menunjukkan bahwa The Fed berada dalam posisi menunggu dan mengamati (holding pattern) sebelum memutuskan langkah selanjutnya terkait suku bunga.
Reaksi Pasar Terhadap Keputusan The Fed
Keputusan The Fed ini memicu beragam reaksi di pasar. Indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 0,79%. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun meningkat menjadi 4,583%, dan imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun naik menjadi 4,257%. Indeks dolar AS menguat 0,25%, sementara euro melemah 0,35%.
Analisis Para Ahli Ekonomi Terhadap Keputusan The Fed
Berbagai analis ekonomi memberikan pandangan mereka terhadap keputusan The Fed. Brian Jacobsen, Kepala Ekonom Annex Wealth Management, berpendapat bahwa The Fed tampaknya menganggap ekonomi AS terperangkap dalam situasi tingkat pengangguran rendah dan inflasi tinggi. Ia menilai pernyataan The Fed sedikit hawkish ( cenderung menaikkan suku bunga), yang menyiratkan bahwa sedikit kenaikan suku bunga dapat membantu ekonomi keluar dari keseimbangan ini.
Matthias Scheiber, Kepala Tim Solusi Multi-Aset Allspring Global Investments, memperkirakan jendela untuk penurunan suku bunga selanjutnya tidak akan terbuka sebelum Mei, dan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun ini. Ia juga mempertimbangkan dampak kebijakan fiskal pemerintahan baru terhadap inflasi. Scheiber tetap optimis terhadap pasar saham, terutama saham-saham AS yang lebih murah dan saham internasional yang diuntungkan dari pemotongan suku bunga bank sentral dan mata uang yang lebih lemah.
Michele Raneri, Kepala Riset dan Konsultasi AS TransUnion, mencatat bahwa setelah serangkaian indikator ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, The Fed tidak menurunkan suku bunga. Ia menekankan pentingnya konsumen untuk memantau skor kredit dan laporan kredit mereka untuk bersiap menghadapi potensi penurunan suku bunga di masa mendatang. Ketidakpastian jumlah penurunan suku bunga pada tahun depan masih menjadi pertanyaan besar.
Michael Brown, Strategis Riset Senior Pepperstone, menganggap penghapusan frasa "inflasi telah menunjukkan kemajuan" dari pernyataan kebijakan The Fed bukanlah perubahan besar, namun bisa jadi isyarat halus bahwa pembuat kebijakan ingin melihat kemajuan penurunan inflasi lebih lanjut sebelum memangkas suku bunga lagi. Ia melihat arah suku bunga secara umum akan menurun, namun waktu pemotongan suku bunga bergantung pada data yang masuk.
Lindsay Rosner, Kepala Investasi Pendapatan Tetap Multi Sektor Goldman Sachs Asset Management, melihat The Fed memasuki "fase baru" siklus pelonggaran moneternya. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dan data pasar tenaga kerja yang tangguh memberikan ruang untuk pendekatan yang lebih sabar di tengah data dan ketidakpastian kebijakan yang tinggi. Meskipun ia memperkirakan siklus pelonggaran The Fed belum berakhir, The Fed akan menunggu kemajuan lebih lanjut pada data inflasi untuk melakukan pemotongan suku bunga selanjutnya.
Joseph Sroka, Kepala Petugas Investasi Novapoint, mengatakan bahwa keputusan untuk mempertahankan suku bunga sudah diperkirakan. Ia melihat The Fed akan mengambil pendekatan tunggu dan lihat terhadap perkembangan data selama tiga atau empat bulan pertama pemerintahan baru sebelum membuat keputusan lebih lanjut tentang suku bunga. Ia juga menyoroti pentingnya konferensi pers The Fed untuk melihat bagaimana respon pasar.
Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, berpendapat bahwa penghapusan frasa terkait inflasi bukan berarti perubahan bias suku bunga dari lebih rendah menjadi lebih tinggi. Ia percaya The Fed menghapus frasa tersebut agar pasar tidak terpaku pada lintasan inflasi, melainkan fokus pada pertumbuhan ekonomi dan pengangguran.
Mark Luschini dan Guy Lebas dari Janney Montgomery Scott, menekankan bahwa keputusan untuk mempertahankan suku bunga tidak mengejutkan. Namun, penghapusan kalimat terkait inflasi yang menunjukkan kemajuan diakui sebagai tanda bahwa inflasi masih di atas target The Fed dan mungkin mulai melandai di atas tingkat target. Mereka juga menekankan pentingnya pernyataan Jay Powell dalam konferensi pers untuk melihat bagaimana respon pasar. Guy Lebas menambahkan bahwa The Fed telah menurunkan kecepatan penurunan suku bunga dan pemotongan suku bunga pada Maret mendatang masih menjadi pertimbangan yang bergantung pada data.
Kesimpulannya, keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga mencerminkan sikap hati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi. Hilangnya frasa "inflasi telah menunjukkan kemajuan" dari pernyataan kebijakan The Fed menunjukkan bahwa bank sentral AS akan menunggu data ekonomi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan selanjutnya terkait suku bunga. Reaksi pasar pun beragam, menunjukkan kompleksitas situasi ekonomi saat ini.