Analisis Pergerakan Harga Emas: Penurunan Setelah Rekor Tertinggi

Analisis Pergerakan Harga Emas: Penurunan Setelah Rekor Tertinggi

Harga emas mengalami penurunan lebih dari 1% pada hari Senin, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi. Penurunan ini terjadi seiring membaiknya sentimen risiko di pasar setelah Gedung Putih membebaskan smartphone dan komputer dari tarif timbal balik terhadap Tiongkok.

Harga Emas Menurun Meskipun Kondisi Pasar Menguntungkan

Pada pukul 09:24 pagi ET (1324 GMT), harga emas spot turun 1,2% menjadi $3.199,09 per ons troy, setelah sebelumnya mencapai puncak tertinggi sepanjang masa sebesar $3.245,42. Kontrak berjangka emas AS juga mengalami penurunan sebesar 0,9% menjadi $3.215,70. Meskipun terjadi penurunan, kondisi pasar masih dianggap menguntungkan bagi emas.

Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, menjelaskan, "Beberapa perdagangan risk-on telah menurunkan harga dari level tertinggi baru-baru ini, tetapi lingkungan pasar masih cukup baik untuk emas." Pernyataan ini menekankan bahwa meskipun terjadi koreksi, faktor fundamental yang mendukung harga emas masih tetap ada.

Pengaruh Kebijakan Tarif dan Sentimen Pasar

Sentimen risiko di pasar keuangan secara keseluruhan meningkat setelah Washington mengumumkan pengecualian tertentu untuk barang elektronik seperti smartphone dan komputer dari tarif timbal balik yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Peter Grant, wakil presiden dan strategi logam senior di Zaner Metals, mengemukakan, "Mungkin sedikit keringanan di bidang tarif, dengan pengecualian beberapa elektronik mungkin mengurangi permintaan safe haven." Namun, ia menambahkan bahwa ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai perdagangan dan tarif, pelemahan dolar, dan imbal hasil yang lebih rendah cenderung mendukung harga emas.

Pernyataan Trump pada hari Minggu bahwa ia akan mengumumkan tarif impor semikonduktor pada minggu berikutnya, menunjukkan bahwa ketidakpastian masih tetap ada dan berpotensi memengaruhi pasar. Ketidakpastian ini menjadi salah satu faktor yang secara historis mendorong investor untuk berinvestasi di emas sebagai aset lindung nilai.

Dolar yang Lemah Mendukung Harga Emas

Salah satu faktor pendukung harga emas adalah melemahnya dolar AS terhadap mata uang lainnya, yang berada di dekat level terendah tiga tahun. Pelemahan dolar ini membuat emas, yang dihargai dalam dolar AS, menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah mengguncang pasar global dan mendorong investor untuk berinvestasi pada emas, yang secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Hal ini semakin memperkuat posisi emas sebagai aset safe haven.

Prediksi Goldman Sachs dan Pergerakan Logam Mulia Lainnya

Goldman Sachs, salah satu bank terbesar di dunia, tetap menjadi yang paling optimis terhadap harga emas di antara bank-bank besar lainnya. Mereka menaikkan perkiraan harga emas pada akhir tahun menjadi $3.700, dengan alasan peningkatan permintaan dari bank sentral yang lebih kuat dari yang diharapkan dan peningkatan risiko resesi yang berdampak pada arus masuk ETF.

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan yang berbeda-beda. Harga perak spot turun 1,1% menjadi $31,91 per ons troy, sementara platinum naik 0,5% menjadi $947,05. Palladium mencatat kenaikan yang signifikan sebesar 3,4% menjadi $946,36. Pergerakan logam mulia ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Kesimpulannya, meskipun terjadi penurunan harga emas setelah mencapai rekor tertinggi, kondisi pasar secara keseluruhan masih cukup mendukung kenaikan harga emas di masa mendatang. Ketidakpastian geopolitik, pelemahan dolar, dan prediksi optimis dari lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs menunjukkan potensi kenaikan harga emas di masa depan. Namun, dinamika pasar yang kompleks dan berbagai faktor yang mempengaruhinya membutuhkan pemantauan yang ketat.