Analisis Prediksi Lembaga Investasi Terhadap Nilai Tukar Yuan China di Masa Depan

Analisis Prediksi Lembaga Investasi Terhadap Nilai Tukar Yuan China di Masa Depan

Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, bank-bank investasi global bergegas merevisi proyeksi mereka terhadap nilai tukar Yuan China (CNY) terhadap dolar AS (USD). Ancaman meningkatnya ketegangan perdagangan menjadi faktor utama di balik revisi ini. Janji kampanye Trump untuk meningkatkan manufaktur Amerika melalui pengenaan tarif hingga 60% atau lebih pada barang-barang impor dari China menjadi pemicu utama kekhawatiran.

Dampak Kebijakan Trump terhadap Yuan China

Kebijakan tarif dan pajak yang diusulkan Trump dipandang sebagai faktor inflasi di AS. Hal ini diperkirakan akan menjaga suku bunga AS tetap tinggi dan menopang nilai dolar AS. Akibatnya, mata uang negara-negara mitra dagang AS, termasuk Yuan China, cenderung melemah. Rata-rata proyeksi dari sembilan bank investasi memperkirakan pelemahan Yuan sekitar 1,8% hingga 7,37 per dolar AS pada akhir tahun 2025. Sebagai perbandingan, Yuan melemah 5% pada putaran pertama pengenaan tarif AS atas barang-barang China pada tahun 2018, dan 1,5% lagi setahun kemudian ketika ketegangan perdagangan meningkat selama masa kepresidenan Trump pertama.

Proyeksi Yuan China dari Berbagai Lembaga Investasi

Berikut ringkasan proyeksi beberapa lembaga investasi terhadap nilai tukar Yuan China (USD/CNY) hingga akhir tahun 2025:

Lembaga Investasi Kuartal 1 2025 Kuartal 2 2025 Kuartal 3 2025 Akhir 2024 Akhir 2025
UBS 7.6
J.P. Morgan 7.3 7.4 7.4 7.5 7.5
Societe Generale 7.4 7.3 7.2 7.1
ING 7.15
Commerzbank 7.15 7.15 7.15 7.15 7.15
OCBC Bank 7.2 7.15 7.18 7.2 7.22
Morgan Stanley 7.3 7.4 7.5 7.55 7.6
Goldman Sachs 7.5
Barclays 7.25 7.3 7.35 7.4 7.5

Berdasarkan perhitungan Reuters dari proyeksi 12 lembaga keuangan pada akhir tahun 2023, mayoritas lembaga investasi sebelumnya memperkirakan Yuan akan diperdagangkan sekitar 7,1 per dolar AS pada akhir tahun ini. Namun, proyeksi tersebut kini telah direvisi secara signifikan mengingat potensi dampak kebijakan Trump.

Analisis dan Pertimbangan Risiko

Beberapa lembaga investasi memberikan analisis lebih rinci mengenai proyeksi mereka. Morgan Stanley misalnya, menekankan bahwa restrukturisasi rantai pasokan dalam tujuh tahun terakhir telah mengurangi paparan perdagangan langsung China ke AS. Mereka juga mempertimbangkan faktor fundamental ekonomi China yang lebih lemah, perbedaan suku bunga China-AS, dan level USD/CNY yang berbeda dibandingkan awal 2018. Pelemahan tajam USD/CNY berisiko memicu arus keluar modal yang memperburuk situasi.

Barclays menyoroti risiko kenaikan nilai dolar AS, meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS dan potensi stimulus penyeimbang dari China. Mereka melihat sinyal awal dari pilihan penasihat perdagangan dan ekonomi Trump dan stimulus China yang kurang memadai sebagai bukti penilaian tersebut.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa peningkatan tarif efektif sebesar 20% pada impor China dapat mengurangi PDB China sebesar 0,7%. Dalam skenario ini, mereka memproyeksikan USD/CNY naik ke 7,40-7,50. Namun, mereka juga mempertimbangkan potensi intervensi pemerintah China untuk mencegah depresiasi yang terlalu tajam guna menghindari ketidakstabilan pasar keuangan.

ING melihat prospek Yuan sedikit lebih lemah dengan kemenangan Trump, dan risiko terhadap proyeksi mereka kini condong ke arah pelemahan CNY. Mereka mempertimbangkan kemungkinan perluasan batas atas fluktuasi pada tahun 2025 jika ada tindakan yang lebih kuat terhadap China. Namun, mereka memperkirakan Bank Rakyat China (PBOC) akan kembali meningkatkan intervensi untuk mencegah depresiasi yang berlebihan.

UBS berasumsi bahwa pemerintahan Trump yang baru akan mengenakan tarif tambahan pada sebagian besar impor dari China secara bertahap mulai paruh kedua tahun 2025, meskipun ketidakpastian tetap tinggi mengenai skala dan waktu pengenaan tarif dan kebijakan AS lainnya.

BNP Paribas menekankan fokus pasar pada potensi kebijakan tarif Trump. Tarif 60% dapat mendorong USD/RMB hingga 7,5-7,7. Mereka juga mempertimbangkan ketidakpastian mengenai kemungkinan "Plaza Accord" baru, mengingat pernyataan Trump yang lebih menyukai dolar yang lebih lemah, yang dianggap sulit dicapai dengan proposal kebijakannya saat ini.

Societe Generale memperkirakan pelemahan CNY yang lebih cepat daripada periode Trump pertama, tetapi dampaknya lebih kecil. Mereka juga mempertimbangkan langkah-langkah dukungan ekonomi China yang lebih komprehensif untuk mengurangi dampak tarif.

Citi memperkirakan pelemahan mata uang Asia yang sedang berkembang (EM) terhadap USD karena kemungkinan pengenaan tarif yang lebih tinggi. Tarif 10-15% diperkirakan akan menyebabkan pelemahan Yuan offshore (CNH) sebesar 1,5-2,0% dari level saat ini 7,15-7,20.

Kesimpulannya, proyeksi terhadap nilai tukar Yuan China di masa depan sangat bervariasi di antara lembaga investasi, dengan faktor utama yang mempengaruhi adalah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump. Ketidakpastian yang tinggi dan potensi intervensi pemerintah China menjadi elemen kunci dalam menentukan arah nilai tukar Yuan mendatang.