Ancaman Tarif Baru Trump Guncang Pasar Global

Ancaman Tarif Baru Trump Guncang Pasar Global

Ancaman tarif baru Presiden Trump terhadap Uni Eropa dan produk Apple yang diproduksi di luar Amerika Serikat telah menimbulkan guncangan di pasar saham global dan pasar valuta asing pada hari Jumat. Presiden Trump mengancam akan mengenakan tarif 50% pada impor dari Uni Eropa mulai 1 Juni, dan mempertimbangkan tarif 25% untuk iPhone yang diproduksi di luar Amerika Serikat. Pengumuman ini menyebabkan penurunan signifikan di pasar saham Amerika Serikat dan Eropa, serta melemahnya nilai dolar Amerika Serikat.

Dampak terhadap Pasar Saham

Saham Apple, yang menjadi sorotan utama karena ancaman tarif terhadap iPhone, mengalami penurunan sebesar 3%. Ketiga indeks saham utama Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite, juga ditutup lebih rendah, meskipun berhasil pulih dari penurunan terdalam di awal sesi perdagangan. Dow Jones turun 256.02 poin (0.61%) menjadi 41,603.07, S&P 500 turun 39.19 poin (0.67%) menjadi 5,802.82, dan Nasdaq Composite turun 188.53 poin (1.00%) menjadi 18,737.21. Secara mingguan, Dow Jones kehilangan 2.47%, S&P 500 turun 2.61%, dan Nasdaq anjlok 2.48%. Pasar saham Eropa juga mengalami penurunan, dengan indeks pan-Eropa STOXX 600 turun 0.93%. Indeks MSCI global pun ikut terdampak, turun 0.33%.

Oliver Pursche, wakil presiden senior dan penasihat di Wealthspire Advisors, mencatat bahwa ancaman tarif kembali menjadi perhatian utama. Ia menekankan kejutan pasar terhadap kemungkinan tarif 25% pada iPhone, yang sebelumnya diprediksi akan mendapat pengecualian. Pasar menginterpretasikan langkah ini sebagai sikap yang lebih keras dari Presiden Trump dan pemerintahannya, bukan sebagai upaya untuk bernegosiasi.

Melemahnya Dolar dan Naiknya Harga Obligasi Pemerintah

Indeks dolar Amerika Serikat, yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang lainnya, mencapai titik terendah tiga minggu. Sepanjang pekan, dolar turun 1.9%, menjadi penurunan persentase mingguan terbesar sejak awal April. Terhadap yen Jepang, dolar turun 1%, sementara euro naik 0.8% terhadap dolar.

Obligasi pemerintah di Amerika Serikat dan Eropa mengalami kenaikan harga, mencerminkan pembelian safe-haven setelah mengalami tekanan berat sepanjang pekan akibat kekhawatiran yang meningkat mengenai pemotongan pajak Trump dan meningkatnya tumpukan utang pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa investor mencari aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian pasar.

Analisis Kebijakan Trump dan Dampaknya

Presiden Trump, melalui postingan di Truth Social, menyatakan bahwa Uni Eropa telah memanfaatkan Amerika Serikat dalam perdagangan. Pernyataan ini merupakan salah satu rangkaian peristiwa yang membuat pasar global bergejolak sepanjang minggu. Sebelumnya, Moody's menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat, dan DPR Amerika Serikat meloloskan pemotongan pajak yang luas yang diperkirakan akan menambah hampir $4 triliun pada tumpukan utang federal sebesar $36 triliun.

Jamie Cox, managing partner di Harris Financial Group, mencatat siklus pasar yang terkait dengan tarif, yaitu kepanikan dan penjualan saat tarif diumumkan, diikuti oleh kepanikan dan pembelian saat tarif ditangguhkan. Hal ini menggambarkan volatilitas pasar yang signifikan sebagai respons terhadap kebijakan yang tidak pasti.

Pergerakan Harga Komoditas

Rasa khawatir ekonomi yang meningkat turut mendorong harga emas. Harga emas spot naik 2.14% menjadi $3,364.74 per ons. Harga minyak mentah juga mengalami kenaikan, dengan Brent crude futures menetap di $64.78 per barel dan U.S. West Texas Intermediate crude futures di $61.53 per barel. Kenaikan ini sebagian disebabkan oleh pembeli Amerika Serikat yang menutup posisi menjelang liburan Memorial Day selama tiga hari.

Rendahnya tingkat yield obligasi pemerintah AS 30 tahun, yang pada hari Kamis mencapai titik tertinggi sejak Oktober 2023, turun menjadi 5.042% setelah munculnya kekhawatiran baru tentang tarif. Yield obligasi pemerintah AS 10 tahun juga turun menjadi 4.517%. Penurunan yield ini menunjukkan peningkatan permintaan obligasi, mencerminkan sikap hati-hati investor di tengah ketidakpastian.

Kesimpulannya, ancaman tarif terbaru Presiden Trump telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar global, menyebabkan volatilitas yang tinggi di pasar saham, pasar valuta asing, dan pasar obligasi. Reaksi pasar menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat, serta dampaknya yang luas terhadap perekonomian global.