Anjloknya Pasar Saham Taiwan Akibat Tarif Impor AS
Anjloknya Pasar Saham Taiwan Akibat Tarif Impor AS
Pasar saham Taiwan mengalami penurunan drastis hampir 10% pada hari Senin, menjadi hari perdagangan pertama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor baru pekan lalu. Kepala bursa saham Taiwan menyatakan kesiapan untuk menerapkan kebijakan stabilisasi lebih lanjut jika diperlukan. Indeks acuan Taiwan, yang dibuka pada hari Senin setelah libur dua hari pada Kamis dan Jumat, jatuh ke level terendah dalam lebih dari setahun dan siap mencatatkan penurunan persentase harian terbesar sejak setidaknya tahun 1990, menurut data LSEG.
Panik Jual dan Kehilangan Kepercayaan Pasar
"Tekanan jual panik sangat tinggi," kata Venson Tsai, analis di Cathay Futures di Taipei. "Ini adalah masalah kepercayaan pasar." Kekhawatiran ini beralasan, mengingat dampak langsung kebijakan tarif impor AS terhadap ekonomi Taiwan yang sangat bergantung pada perdagangan global, khususnya dalam rantai pasokan elektronik global.
Otoritas pengawas keuangan tertinggi Taiwan pada hari Minggu mengumumkan akan memberlakukan pembatasan sementara selama seminggu ini pada penjualan saham jangka pendek untuk membantu mengatasi potensi gejolak pasar akibat tarif tersebut. Saham pembuat chip TSMC dan pembuat elektronik Foxconn sama-sama turun hampir 10%, memicu pemutus sirkuit 10% di pasar Taiwan. Meskipun semikonduktor tidak termasuk dalam tarif Trump, dampaknya terasa signifikan karena posisi Taiwan yang krusial dalam rantai pasokan global. Dari smartphone hingga mobil, produk-produk yang bergantung pada komponen elektronik asal Taiwan terdampak langsung atau tidak langsung.
Taiwan: Sasaran Tarif dan Upaya Penanganan
Taiwan, yang dikenakan bea 32%, secara khusus disebut Trump sebagai salah satu mitra dagang AS dengan surplus perdagangan tertinggi. Sebagai respon, Taiwan mengumumkan paket dukungan T$88 miliar (US$2,65 miliar) untuk perusahaan-perusahaan yang terkena dampak tarif pada hari Jumat. Presiden Lai Ching-te pada hari Minggu menyatakan bahwa Taiwan akan meningkatkan pembelian dari dan investasi di Amerika Serikat, dengan tujuan untuk mencapai rezim tarif nol antara kedua negara.
Ketua Bursa Saham Taiwan, Sherman Lin, dalam pernyataan kepada wartawan tak lama setelah pasar dibuka, mengatakan bahwa bursa akan berkoordinasi dengan regulator keuangan untuk mengambil langkah-langkah stabilisasi lebih lanjut jika diperlukan. Bursa akan mempertahankan fleksibilitas dalam langkah-langkah stabilisasi minggu ini untuk menangani volatilitas yang berasal dari tarif impor AS yang baru. Meskipun mengakui sulitnya menghindari dampak pasar dari tarif tersebut, Lin menyerukan kepada investor untuk tetap percaya pada perusahaan-perusahaan Taiwan dan pemerintah.
Analisis dan Prediksi Terburuk
Allen Huang, wakil presiden unit investasi sekuritas Mega Financial, mengatakan dalam skenario terburuk, kemungkinan resesi bisa lebih dari 50%. "Kami tidak mengharapkan Trump untuk mengubah kebijakannya dalam jangka pendek," katanya. Pernyataan ini memperlihatkan kekhawatiran mendalam para pelaku pasar terhadap ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis AS.
Penurunan tajam di pasar saham Taiwan ini menunjukkan betapa rentannya ekonomi negara tersebut terhadap kebijakan perdagangan internasional. Kebergantungan pada ekspor dan keterlibatannya yang dalam dalam rantai pasokan global membuat Taiwan sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan, terutama dari pasar utama seperti Amerika Serikat. Upaya pemerintah Taiwan untuk meredam dampak negatif melalui paket dukungan dan pendekatan diplomatik menjadi krusial dalam menghadapi tantangan ini. Namun, ketidakpastian kebijakan AS dan potensi dampak jangka panjang masih menjadi kekhawatiran utama bagi para investor dan ekonomi Taiwan secara keseluruhan. Situasi ini menuntut strategi yang komprehensif dan responsif dari pihak pemerintah dan sektor swasta untuk mengurangi dampak negatif dan menjaga stabilitas ekonomi.