Bank of Japan: Antara Transparansi dan Fleksibilitas dalam Kebijakan Suku Bunga
Bank of Japan: Antara Transparansi dan Fleksibilitas dalam Kebijakan Suku Bunga
Bank of Japan (BOJ) telah menunjukkan perubahan pendekatan dalam komunikasi kebijakan moneternya. Setelah memberikan sinyal yang jelas menjelang kenaikan suku bunga pada pekan lalu, BOJ mungkin akan kembali ke gaya komunikasi yang lebih samar untuk mempertahankan fleksibilitas dalam menentukan langkah selanjutnya. Perubahan ini didorong oleh pengalaman yang kurang memuaskan pada bulan Desember, di mana keputusan BOJ untuk mempertahankan suku bunga tetap mengejutkan pasar. Keputusan tersebut kontras dengan kenaikan suku bunga pada bulan Januari yang telah diantisipasi pasar hingga 90%, menunjukkan betapa efektifnya komunikasi yang lebih transparan.
Strategi Komunikasi yang Berubah
Perubahan ke arah panduan yang lebih jelas, sebuah strategi yang juga pernah diterapkan oleh Federal Reserve (The Fed) pada bulan Agustus untuk menandai perubahan kebijakan, mungkin bersifat sementara. Para pembuat kebijakan di Jepang khawatir akan dipengaruhi oleh pasar dan tidak yakin seberapa jauh BOJ dapat menaikkan suku bunga tanpa mengganggu pertumbuhan ekonomi. Mereka ragu untuk memberikan sinyal yang jelas sebelum setiap pertemuan, mengingat ketidakpastian prospek ekonomi, dan kurangnya keyakinan tentang tingkat suku bunga netral ("Goldilocks") yang ideal, yaitu tingkat yang tidak terlalu merangsang maupun menghambat pertumbuhan ekonomi.
Keengganan BOJ untuk memberikan sinyal yang jelas juga terlihat pada bulan Desember. Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, menunjuk ketidakpastian kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan Donald Trump sebagai alasan utama penundaan kenaikan suku bunga. Pernyataan Ueda, yang dianggap dovish (longgar), menurunkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga pada Januari dari 70% menjadi 46%.
Untuk menghindari kejutan pasar serupa, BOJ kemudian mempersiapkan kenaikan suku bunga Januari dengan cara yang lebih transparan, mengambil pendekatan yang mirip dengan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang secara eksplisit menandakan perubahan kebijakan yang akan segera terjadi. Baik Ueda maupun wakilnya, Ryozo Himino, menyatakan sebelum kenaikan suku bunga pada Jumat bahwa dewan BOJ akan "mendebat apakah akan menaikkan suku bunga," yang secara efektif mengumumkan keputusan untuk menggandakan suku bunga jangka pendek menjadi 0,5%.
Naomi Muguruma, kepala strategi obligasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, menyatakan bahwa tanpa komentar tersebut, kenaikan suku bunga Januari akan menjadi kejutan besar. BOJ, menurutnya, tampaknya tidak memiliki pilihan lain. Ueda sendiri menjelaskan bahwa pernyataan tersebut hanyalah "pengingat" bahwa dewan akan membahas kemungkinan perubahan kebijakan pada setiap tinjauan suku bunga.
Risiko dari Transparansi
Meskipun strategi ini memungkinkan BOJ menaikkan suku bunga kebijakannya ke level tertinggi dalam 17 tahun dengan lancar, hal ini bukan tanpa biaya. Para analis berpendapat bahwa pasar mungkin terlalu fokus pada komentar BOJ, daripada menganalisis data ekonomi dan harga, untuk mengukur kenaikan suku bunga berikutnya. Memberikan sinyal awal yang eksplisit, selain membuat BOJ merasa terkekang, juga dapat melanggar hukum Jepang yang mensyaratkan sembilan anggota dewan harus berdebat dan menyetujui keputusan suku bunga pada setiap rapat kebijakan.
Seorang mantan pembuat kebijakan menyatakan kekhawatirannya terhadap komunikasi BOJ terkait kenaikan suku bunga Jumat lalu. Ia berpendapat bahwa pasar seharusnya menjadi panduan bagi bank sentral tentang kinerja ekonomi. Namun, jika praktik ini berlanjut, BOJ hanya akan melihat cerminan dirinya sendiri di pasar.
Ketidakpastian Tingkat Suku Bunga Netral
Alasan lain untuk kembali ke ambiguitas adalah ketidakpastian tentang titik akhir pengetatan moneter. Perkiraan staf BOJ menempatkan tingkat suku bunga netral nominal Jepang antara 1% dan 2,5%. Meskipun hal ini belum menjadi faktor sejauh ini dengan suku bunga kebijakan yang masih rendah, dua kenaikan lagi akan membawanya ke batas bawah kisaran tersebut—suatu level yang dianggap oleh banyak analis sebagai tingkat netral.
Meskipun menandakan tekad bank untuk terus menaikkan suku bunga, Ueda memberikan sedikit petunjuk pada hari Jumat tentang kecepatan atau waktu kenaikan selanjutnya dan mengatakan sulit untuk menentukan tingkat netral Jepang secara real time. Izuru Kato, kepala ekonom di Totan Research, berpendapat bahwa karena BOJ tidak tahu persis di mana tingkat netral berada, bank tersebut harus menunggu sekitar enam bulan setelah setiap kenaikan untuk memeriksa kesehatan ekonomi. Hanya setelah menilai bahwa tingkat netral masih jauh, barulah BOJ akan menaikkan suku bunga lagi.
Tantangan Ke Depan
Komplikasi lain muncul ketika BOJ mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat meningkatkan tantangan dalam meyakinkan publik tentang perlunya terus menaikkan biaya pinjaman. Bank tersebut membenarkan kenaikan Jumat lalu dengan mengutip prospek kenaikan upah yang berkelanjutan, tetapi tidak pasti apakah konsumsi dapat mengatasi peningkatan biaya hidup. Ancaman Trump untuk menaikkan tarif dapat membebani ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor dan sentimen bisnis.
Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC Bank, menambahkan bahwa risiko seputar kebijakan Trump tidak dapat diabaikan. Semua ini akan menyebabkan variabilitas yang lebih besar dalam jalur suku bunga ke depan. BOJ dihadapkan pada tugas yang kompleks dalam mengelola tekanan harga, upaya reflasi, dan ekspektasi pasar secara bersamaan.