Bank Sentral Korea Selatan Turunkan Suku Bunga, Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Rendah

Bank Sentral Korea Selatan Turunkan Suku Bunga, Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Rendah

Bank of Korea (BOK) telah menurunkan suku bunga acuan dan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini sebagai upaya untuk menyokong perekonomian yang sedang melemah. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan, ekonomi terbesar keempat di Asia, tetap lesu, dengan ekspor terbebani oleh kebijakan tarif Presiden Trump dan peningkatan proteksionisme perdagangan global. Ekonomi juga terhambat oleh permintaan domestik yang lesu dan lemahnya pengeluaran konsumen di tengah gejolak politik seputar sidang pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.

Pemotongan Suku Bunga dan Proyeksi Pertumbuhan

Pada Selasa, BOK memangkas suku bunga acuan tujuh hari repurchase sebesar seperempat poin persentase menjadi 2,75%, sesuai dengan perkiraan pasar. Langkah ini dilakukan setelah suku bunga dibiarkan tetap pada Januari, menyusul pemotongan pada Oktober dan November. Hampir semua (26 dari 27) ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memprediksi penurunan suku bunga ini.

Bersamaan dengan itu, bank sentral menurunkan outlook pertumbuhannya. BOK kini memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan akan tumbuh sebesar 1,5% pada tahun 2025, lebih rendah daripada proyeksi pertumbuhan 1,9% pada November lalu. Bank tersebut memperkirakan inflasi rata-rata 1,9% tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Pada tahun 2024, ekonomi Korea Selatan tumbuh 2,0%, dengan inflasi rata-rata 2,3%.

Ekspor yang Lemah dan Risiko Global

Ekspor Korea Selatan, yang merupakan mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi negara tersebut, memulai tahun ini dengan catatan yang lemah. Penurunan ekspor sekitar 10% pada Januari dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebagian disebabkan oleh liburan Tahun Baru Imlek yang mengurangi hari kerja selama bulan tersebut.

Korea Development Institute (KDI), lembaga think tank milik negara, sebelumnya pada bulan ini juga memangkas proyeksi pertumbuhannya untuk tahun 2025 menjadi 1,6% dari proyeksi November sebesar 2,0%, dengan alasan tarif Trump dan memburuknya kondisi perdagangan global sebagai risiko penurunan.

Gareth Leather, ekonom senior Asia di Capital Economics, menyatakan pada Selasa setelah keputusan suku bunga BOK bahwa pertumbuhan Korea Selatan bisa mencapai sekitar 1,0% tahun ini, jauh di bawah target tahunan baru, karena tekanan inflasi tetap terkendali. Leather menambahkan, "Ada alasan yang baik untuk mengharapkan bank sentral untuk memangkas suku bunga lagi dalam beberapa bulan mendatang untuk mendukung perekonomian yang sedang berjuang."

Kehati-hatian Bank Sentral dan Risiko Lain

Meskipun ada tekanan yang semakin besar bagi BOK untuk mendukung perekonomian, para analis memperkirakan bank akan berhati-hati dalam kecepatan pemotongan suku bunga. BOK masih khawatir bahwa biaya pinjaman yang lebih rendah dapat memicu pertumbuhan utang rumah tangga dan harga properti, yang berpotensi memperburuk ketidakstabilan keuangan.

Bank juga terus mengawasi volatilitas won Korea Selatan, karena pemotongan suku bunga dapat menekan mata uang lokal dan memicu arus keluar modal asing karena melebarnya gap antara imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Korea. Risiko ini perlu dipertimbangkan dengan cermat oleh BOK dalam menentukan langkah kebijakan moneter selanjutnya. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan dampaknya terhadap ekspor Korea Selatan menjadi tantangan utama yang harus dihadapi. Diperlukan strategi yang komprehensif dan berimbang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas keuangan negara. Kemampuan BOK untuk menyeimbangkan kedua hal tersebut akan sangat menentukan prospek ekonomi Korea Selatan di masa mendatang. Perhatian terhadap inflasi, meskipun terkendali, juga menjadi faktor penting dalam pertimbangan kebijakan moneter BOK. Stabilitas ekonomi makro menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Situasi politik dalam negeri juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan, karena ketidakpastian politik dapat memengaruhi iklim investasi dan daya beli konsumen. Oleh karena itu, BOK dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendukung perekonomian Korea Selatan.