Dampak Perang Dagang Trump: Lonjakan Harga Tembaga dan Reaksi Pasar
Dampak Perang Dagang Trump: Lonjakan Harga Tembaga dan Reaksi Pasar
Kenaikan Tarif Impor Tembaga dan Dampaknya terhadap Pasar Saham
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana penerapan tarif 50% pada impor tembaga. Pengumuman ini memicu lonjakan harga tembaga di pasar berjangka Comex hingga lebih dari 12%, mencapai rekor tertinggi. Tembaga, sebagai bahan baku penting dalam berbagai industri, mulai dari kendaraan listrik dan perangkat militer hingga jaringan listrik dan barang konsumsi, menjadi sorotan utama. Kenaikan harga ini berdampak positif bagi perusahaan-perusahaan penghasil tembaga seperti Freeport-McMoRan, yang sahamnya meningkat 2,5%. Ancaman tarif ini juga meluas ke sektor semikonduktor dan farmasi, yang diprediksi akan menyusul mendapatkan kebijakan serupa.
Pengumuman ini merupakan bagian dari strategi perang dagang Trump yang lebih luas. Sebelumnya, Trump telah mengirimkan surat kepada 14 negara, termasuk mitra dagang utama Asia seperti Jepang dan Korea Selatan, menginformasikan tentang kenaikan tarif impor yang akan berlaku mulai 1 Agustus. Meskipun demikian, reaksi pasar saham Amerika Serikat terbilang lebih tenang dibandingkan dengan reaksi pasca pengumuman tarif besar-besaran pada bulan April lalu.
Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia, mencatat bahwa investor Amerika Serikat cenderung menunggu pengumuman laporan keuangan kuartal kedua sebelum mengambil keputusan investasi besar. Ia menyebut situasi saat ini sebagai "tenang sebelum badai." Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500 akan segera merilis laporan keuangan untuk kuartal yang berakhir pada 30 Juni. Terlepas dari ketidakpastian perang dagang, BofA Global Research dan Goldman Sachs menaikkan target akhir tahun untuk S&P 500, sebagian karena kinerja pendapatan perusahaan yang tetap tangguh.
Pergerakan Indeks Pasar Saham Global
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 165,60 poin (0,37%) menjadi 44,240.76, S&P 500 turun 4,46 poin (0,07%) menjadi 6,225.52, sementara Nasdaq Composite justru naik 5,95 poin (0,03%) menjadi 20,418.46. Indeks MSCI yang melacak saham global turun 0,62 poin (0,07%) menjadi 919.31. Di Eropa, indeks STOXX 600 justru naik 0,41%. Kurangnya kemajuan dalam negosiasi perdagangan telah menjadi bayang-bayang di pasar sejak Trump menetapkan tarif timbal balik 10% selama tiga bulan pada bulan April lalu untuk memberi ruang negosiasi. Hingga saat ini, hanya dua perjanjian perdagangan AS yang telah tercapai, yaitu dengan Inggris dan Vietnam. Pada bulan Juni, Washington dan China menyepakati kerangka kerja yang mencakup tarif.
Reaksi Pasar Mata Uang dan Obligasi
Yen Jepang, mata uang negara yang bergantung pada ekspor, melemah 0,32% terhadap dolar AS menjadi 146,54. Euro mencapai level tertinggi satu tahun terhadap yen, naik 0,58% menjadi 171.980. Dolar Australia menguat setelah bank sentral negara tersebut mempertahankan suku bunga acuannya pada 3,85%, bertentangan dengan ekspektasi pasar.
Yield obligasi pemerintah AS juga meningkat. Yield obligasi Treasury AS berjangka waktu 10 tahun naik 2,2 basis poin menjadi 4,417%, mencapai level tertinggi sejak 20 Juni (4,435%). Namun, lelang obligasi Treasury AS berjangka waktu tiga tahun senilai $58 miliar mengalami permintaan yang lemah, dengan yield penjualan mencapai 3,891%, sekitar setengah basis poin di atas level perdagangan sebelum penjualan. Permintaan hanya mencapai 2,51 kali jumlah utang yang ditawarkan, di bawah rata-rata. Pemerintah AS akan melelang obligasi Treasury berjangka waktu 10 tahun senilai $39 miliar pada hari Rabu dan obligasi berjangka waktu 30 tahun senilai $22 miliar pada hari Kamis.
Pergerakan Harga Komoditas
Harga minyak mentah AS naik 40 sen menjadi $68,33 per barel, dan Brent naik 57 sen menjadi $70,15 per barel, mencapai level tertinggi dua minggu terakhir. Kenaikan ini didorong oleh proyeksi penurunan produksi minyak AS dan kekhawatiran tentang tarif tembaga. Harga emas spot turun 1,05% menjadi $3.300,32 per ons.
Prospek Ke Depan dan Antisipasi Keputusan The Fed
Rilis notulen pertemuan terakhir Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu akan menjadi fokus perhatian investor. The Fed sejauh ini mengambil pendekatan wait-and-see terhadap kebijakan moneter, dan investor sangat menantikan petunjuk tentang kemungkinan pemotongan suku bunga. Ketidakpastian seputar perang dagang dan dampaknya terhadap ekonomi global masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar.