Dampak Tarif Impor AS terhadap Pasar Saham dan Obligasi

Dampak Tarif Impor AS terhadap Pasar Saham dan Obligasi

Pasar saham mengalami perdagangan yang volatil pada hari Selasa, dengan indeks Nasdaq Composite sempat turun 10% dari rekor tertinggi pada bulan Desember. Hal ini terjadi beriringan dengan fluktuasi imbal hasil obligasi Treasury, dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif tinggi terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.

Kekhawatiran Investor dan Pergerakan Pasar

Langkah tarif tersebut memicu kekhawatiran investor di Wall Street mengenai dampaknya terhadap perekonomian AS. Hal ini juga melemahkan dolar AS karena investor beralih ke aset aman seperti obligasi Treasury, yang menyebabkan imbal hasil obligasi turun. Pada pertengahan sore, Dow Jones Industrial Average turun 0,86%, S&P 500 turun 0,46%, sementara Nasdaq Composite justru naik 0,47% setelah dibuka dengan penurunan masing-masing sebesar 0,72%, 0,84%, dan 0,98%. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun terakhir naik 2,2 basis poin menjadi 4,20%, setelah sempat turun ke 4,106% pada malam harinya, level terendah sejak Oktober. Indeks dolar AS turun 0,7%.

Analisis Para Ahli Pasar

Berbagai analis memberikan pandangan mereka mengenai situasi ini. Chris Galipeau, Strategis Pasar Senior di Franklin Templeton Institute, Boston, Massachusetts, menyatakan bahwa tekanan kembali terjadi pada pasar saham setelah Presiden Trump mengkonfirmasi penerapan tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko, ditambah dengan laporan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Februari yang sedikit lebih lemah. Ia juga mencatat bahwa S&P 500 yang ditimbang sama (equal weight) berkinerja lebih baik daripada S&P 500 yang ditimbang berdasarkan kapitalisasi pasar (cap weight), sebuah tren yang telah berlangsung selama 8 bulan dan diperkirakan akan berlanjut.

Jim Barnes, Direktur Fixed Income di Bryn Mawr Trust, Berwyn, Pennsylvania, menjelaskan bahwa sebelumnya, dampak inflasi akan tercermin dalam imbal hasil obligasi. Namun, saat ini, dampak tersebut hanya terlihat pada jangka pendek, sementara pada jangka panjang, cerita yang dominan adalah perekonomian yang lemah dan kemungkinan penurunan suku bunga. Investor tampaknya mengesampingkan dampak inflasi yang mungkin ditimbulkan oleh tarif impor.

Jason Goldberg, analis perbankan di Barclays, menambahkan bahwa tarif impor menciptakan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi bank-bank besar, misalnya dengan menekan permintaan pinjaman atau mengurangi pendapatan yang diharapkan dari transaksi pasar modal ketika pasar menjadi terlalu volatil. Ia menekankan bahwa pasar sedang mencoba memperkirakan dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi dan suku bunga, dan besarnya dampak tersebut akan bergantung pada lamanya kebijakan tersebut diberlakukan.

Nathan Hoyt, CIO di Regent Peak Wealth Advisors, Atlanta, Georgia, memandang tarif sebagai alat yang telah lama tidak digunakan dan dampaknya bergantung pada tujuan penggunaannya. Ia menyoroti perbedaan kondisi perdagangan global saat ini dibandingkan dengan periode ketika tarif secara luas diterapkan, menekankan bahwa tarif bisa menjadi kesalahan kebijakan yang besar atau langkah yang diperlukan untuk mengembalikan manufaktur ke AS dan menegosiasikan persyaratan yang lebih baik.

Gene Goldman, CIO di Cetera Financial Group, San Diego, California, mencatat penurunan tajam pada pasar saham pada hari Senin yang dipicu oleh tarif yang akan diberlakukan dan data ekonomi yang melemah. Ia juga menyebutkan peningkatan tarif terhadap Tiongkok dan rencana balas dendam dari Kanada dan Tiongkok yang menciptakan ketidakpastian bagi investor. Selain tarif, laporan manufaktur yang lemah dan penurunan pengeluaran konstruksi juga menambah kekhawatiran akan potensi resesi. Ia mencatat bahwa model perkiraan PDB Atlanta Fed memperkirakan pertumbuhan PDB kuartal pertama sebesar -2,8%, meskipun model ini diakui dapat tidak akurat dan volatil. Goldman juga menyoroti valuasi yang tinggi pada saham-saham kapitalisasi besar dan menyarankan diversifikasi sebagai strategi untuk mengurangi risiko.

Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments, New York, membandingkan situasi saat ini dengan proteksionisme dan tarif pada tahun 1930-an dan 1940-an, menekankan bahwa ketidakpastian yang ditimbulkan menyebabkan investor melakukan penjualan. Ia juga menyebutkan dampak negatif bagi bank dan sektor transportasi jika perang dagang memperlambat perekonomian.

Brian Daingerfield, Strategis Valuta Asing di NatWest Markets, New York, menyatakan bahwa pelemahan dolar mencerminkan asumsi pasar bahwa tarif akan berdampak negatif, baik pada pertumbuhan eksternal maupun pertumbuhan AS.

Kesimpulannya, penerapan tarif impor oleh AS telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan global, mengakibatkan volatilitas pada pasar saham dan obligasi, serta memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi. Para ahli menekankan pentingnya diversifikasi dan strategi pengelolaan risiko dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini.