Dolar Terhuyung, Pasar Menanti Data Ketenagakerjaan AS dan Dampak Perjanjian Dagang AS-Vietnam

Dolar Terhuyung, Pasar Menanti Data Ketenagakerjaan AS dan Dampak Perjanjian Dagang AS-Vietnam

Pasar mata uang global menunjukkan dinamika yang menarik pada hari Kamis, didorong oleh beberapa faktor kunci. Kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Vietnam memicu optimisme tentang potensi kesepakatan di masa mendatang menjelang tenggat waktu tarif 9 Juli. Namun, investor tetap waspada, menantikan rilis data ketenagakerjaan AS untuk menilai langkah selanjutnya Federal Reserve (The Fed).

Pound Sterling Menguat Sedikit Setelah Penurunan Tajam

Pound sterling menunjukan penguatan kecil setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Pernyataan dukungan penuh dari kantor Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, kepada Menteri Keuangan Rachel Reeves, bertujuan meredakan kekhawatiran investor tentang keuangan Inggris. Sebelumnya, penampilan Reeves yang emosional di parlemen sehari setelah pemerintah mundur dari reformasi kesejahteraan memicu kekhawatiran baru tentang kondisi keuangan negara. Penurunan pound hampir 1% dan obligasi pemerintah Inggris anjlok pada hari Rabu. Pada perdagangan Asia, pound terakhir diperdagangkan pada $1,3647, sedikit lebih tinggi dari hari sebelumnya, sementara euro tetap stabil di $1,1806, berada di dekat puncak September 2021 yang dicapainya awal pekan ini. Yen menguat sedikit menjadi 143,56 per dolar.

Indeks Dolar Mendekati Level Terendah 3,5 Tahun

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di angka 96,701, masih mendekati level terendah 3,5 tahun yang bertahan sepanjang pekan ini. Indeks ini diperkirakan akan turun 0,5% untuk pekan ini.

Antisipasi Data Ketenagakerjaan AS: Titik Fokus Pasar

Perhatian investor tertuju pada laporan ketenagakerjaan komprehensif Departemen Tenaga Kerja AS untuk bulan Juni, yang akan dirilis pada hari Kamis sebelum liburan 4 Juli. Data penggajian sektor swasta yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan penurunan untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, memicu pergeseran ekspektasi pasar tentang kapan The Fed akan memangkas suku bunga. Alat CME FedWatch menunjukkan peluang 25% The Fed akan memangkas suku bunga pada Juli, naik dari 20% sehari sebelumnya.

Charu Chanana, kepala strategi investasi di Saxo di Singapura, menyatakan bahwa data penggajian sektor swasta (ADP) telah meningkatkan taruhan untuk laporan penggajian non-pertanian hari ini. Apa yang sebelumnya mungkin ditafsirkan sebagai "berita buruk adalah berita baik" (data yang lebih lemah mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga) sekarang mungkin hanya dilihat sebagai berita buruk, terutama jika kekhawatiran resesi semakin kuat.

Kesepakatan Dagang AS-Vietnam dan Implikasinya

Menjelang tenggat waktu tarif 9 Juli, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Vietnam telah mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS dan dapat mendorong negara-negara lain untuk mencapai kesepakatan serupa mengenai bea masuk. Meskipun detailnya masih sedikit, Trump mengatakan barang-barang Vietnam akan menghadapi tarif 20% dan pengiriman barang dari negara ketiga melalui Vietnam akan menghadapi bea masuk 40%.

Chanana dari Saxo menekankan pentingnya mengamati respons China, mengingat langkah tersebut secara langsung menargetkan barang-barang yang dikirim melalui negara ketiga dengan tarif 40%. Ini merupakan sinyal yang jelas bahwa rantai pasokan global sedang dibentuk ulang, dan kemungkinan lebih banyak gangguan akan terjadi di masa mendatang.

Kekhawatiran Fiskal AS dan Dampak Global

Sementara itu, Partai Republik di DPR kesulitan meloloskan RUU pemotongan pajak dan pengeluaran besar-besaran Trump karena beberapa anggota garis keras menahan dukungan mereka karena kekhawatiran tentang biayanya. RUU tersebut diperkirakan akan menambah $3,3 triliun pada utang nasional yang sudah membengkak, memicu kekhawatiran fiskal. Investor obligasi di seluruh dunia semakin khawatir tentang defisit pemerintah, mulai dari Jepang hingga Amerika Serikat.

Eddy Loh, kepala petugas investasi di Maybank Wealth Management, mengatakan bahwa pemerintah AS mungkin "agak terbatas dalam hal dukungan fiskal yang dapat mereka lakukan untuk mendorong ekonomi tanpa menciptakan terlalu banyak kekhawatiran defisit." Situasi ini menggambarkan kompleksitas tantangan ekonomi global saat ini, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari kebijakan moneter hingga dinamika perdagangan internasional dan pengelolaan fiskal.