Dompet Makin Tipis: Strategi Bertahan Hidup di Tengah Ekonomi yang Terbelah
Baru menikah, Brittany Zwier dan Frank Martinez lagi semangat-semangatnya menata hidup. Penghasilan mereka sebenarnya lumayan, di atas $100,000 per tahun. Tapi, kok ya rasanya uang segitu cepat banget habisnya? Akhirnya, mereka putar otak cari cara hemat.
Salah satu triknya: belanja bulanan di Aldi, supermarket yang terkenal dengan harga miringnya. "Sekarang kami cuma beli yang benar-benar dibutuhkan aja," cerita Brittany waktu ditemui di depan gerai Aldi di New Jersey. Bahkan, mereka sampai berhenti beli daging sapi, yang harganya lagi gila-gilaan karena masalah iklim dan impor.
Kisah Brittany dan Frank ini bukan pengecualian. Jutaan orang Amerika merasakan hal yang sama: biaya hidup meroket. Inflasi yang bandel, suku bunga tinggi, harga energi yang makin menggila, dan kenaikan harga barang karena tarif impor jadi biang keladinya.
Survei terbaru bahkan menunjukkan kalau lebih dari separuh responden mengubah kebiasaan belanja bahan makanan demi bisa tetap sesuai anggaran. Biaya perumahan dan makanan jadi masalah ekonomi nomor satu yang dihadapi banyak keluarga.
Lho, kok bisa? Padahal, ekonomi Amerika kelihatannya baik-baik saja, kan? Indeks saham S&P 500 dan Dow Jones malah mencetak rekor tertinggi saat Natal kemarin. Data terbaru juga menunjukkan pertumbuhan GDP yang jauh melampaui ekspektasi.
Nah, di sinilah letak masalahnya. Ternyata, keuntungan dari pasar saham yang lagi bagus ini nggak dinikmati semua orang. Ekonom bilang, konsumen itu sekarang terbagi jadi dua kelompok, istilah kerennya ekonomi berbentuk K.
"Ekonomi K itu artinya, sebagian orang Amerika, biasanya yang paling kaya, itu baik-baik saja," jelas Heather Long, kepala ekonom di Navy Federal Credit Union. "Mereka ada di bagian atas huruf K. Penghasilan mereka naik, pengeluaran mereka juga naik."
Tapi, banyak orang yang ada di bagian bawah huruf K merasa gaji mereka nggak cukup buat menutupi kenaikan harga makanan, perumahan, listrik, dan biaya penitipan anak. "Mereka merasa ketinggalan, atau paling banter cuma bisa bertahan," kata Long.
Ngirit Itu Wajib Hukumnya
Buat mengendalikan pengeluaran, Brittany dan Frank mengurangi frekuensi makan di luar. "Dulu minimal ada date night sesekali. Sekarang, paling cuma sekali tiga bulan," cerita Frank. "Itu juga salah satu yang kami korbankan karena semuanya mahal."
Mereka ini bagian dari tren yang lebih besar, yaitu penurunan pengeluaran di restoran. Ini juga berdampak ke restoran cepat saji seperti Chipotle, Cava, dan Sweetgreen. "Banyak restoran chain yang kesulitan karena orang nggak mau bayar $15 sampai $20 cuma buat burrito atau salad," kata Long.
Fenomena ekonomi K ini juga menarik perhatian Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. "Kami melihat orang-orang mulai mengetatkan ikat pinggang, mengubah produk yang mereka beli, dan membeli lebih sedikit," ujarnya dalam konferensi pers baru-baru ini.
Dan, masalahnya nggak cuma soal makanan. Tagihan listrik dan gas Brittany dan Frank juga naik drastis. "Padahal kami pakainya lebih sedikit, tapi kok malah lebih mahal," keluh Brittany. Di seluruh Amerika, biaya listrik naik 6,9% dalam setahun terakhir, jauh melebihi laju inflasi.
Musim dingin ini, rumah tangga di Amerika bisa menghabiskan rata-rata $995 cuma buat pemanas ruangan. Itu naik $84 dari tahun lalu! "Kenaikan ini mungkin nggak terlalu terasa buat keluarga berpenghasilan tinggi," kata Mark Wolfe, direktur eksekutif NEADA. "Tapi, buat keluarga yang sudah berjuang, ini bisa sangat memukul."
Strategi Cerdas: Lirik Diskon dan Investasi
Nah, di tengah situasi kayak gini, toko diskon dan grosir seperti Costco, Walmart, dan Aldi jadi pilihan yang menarik. "Kami melihat pembeli dari semua demografi dan tingkat pendapatan beralih ke Aldi, karena nggak ada yang mau bayar lebih mahal untuk bahan makanan," kata juru bicara Aldi.
Aldi sendiri mengalami pertumbuhan pesat dalam satu dekade terakhir. Jumlah gerainya di Amerika Serikat hampir dua kali lipat dalam 11 tahun saja, dan mereka berencana menambah 800 gerai lagi sampai tahun 2028.
Toko ini terkenal dengan harga murah dan pendekatan yang sederhana. Keranjang belanja yang harus pakai koin, sedikitnya produk bermerek terkenal, dan barang-barang yang dipajang langsung di kardus jadi ciri khas Aldi.
Janji harga murah inilah yang menarik pembeli seperti Michael Torres. Bersama istrinya, yang baru punya bayi berumur satu bulan, mereka harus memutar otak buat mencukupi kebutuhan hidup dengan penghasilan di bawah $50,000 per tahun.
"Sebisa mungkin harus hemat," kata Torres. "Tapi, kita juga harus pastikan kulkas tetap penuh, semua kebutuhan di meja terpenuhi." Dia menambahkan, "Ada kebutuhan dan ada keinginan. Kalau memang butuh, ya harus dibeli." Tapi, untuk sekarang, beberapa "keinginan" mungkin harus ditunda dulu.
Selain berhemat, ada juga lho cara lain untuk mengembangkan uang kita. Salah satunya dengan trading atau investasi. Nah, platform seperti Broker InstaForex itu menyediakan akses ke berbagai pasar keuangan, mulai dari saham sampai forex. Tentu saja, ini butuh riset dan strategi yang matang, ya. Jangan sampai malah boncos!
Ekonomi AS: Bergantung pada Si Kaya?
Di saat banyak orang Amerika mengurangi pengeluaran, ekonomi AS jadi makin bergantung pada rumah tangga berpenghasilan tinggi. Bahkan, 10% orang terkaya menyumbang hampir setengah dari total pengeluaran konsumen di Amerika Serikat.
Banyak bisnis yang masih melihat permintaan yang kuat untuk produk-produk premium mereka. Ford dan General Motors melaporkan penjualan yang meroket untuk SUV terbesar dan termahal mereka. Beberapa perusahaan juga mengembangkan produk kelas atas untuk menarik perhatian orang kaya.
Tapi, ekonom memperingatkan bahwa terlalu bergantung pada sebagian kecil orang Amerika bisa membuat ekonomi AS jadi rapuh. Soalnya, pengeluaran konsumen itu kan bagian terbesar dari aktivitas ekonomi suatu negara.
"Apakah ekonomi akan mengalami resesi di tahun 2026 hampir sepenuhnya bergantung pada 20% orang terkaya," kata Long. "Kalau mereka baik-baik saja, ekonomi secara keseluruhan juga baik-baik saja. Kalau mereka nggak, ya kita bisa kena resesi."
Sementara itu, kata dia, semua orang bisa menghadapi tekanan yang semakin besar. "Kenaikan gaji akan semakin kecil, dan inflasi, biaya-biaya dasar itu, akan terus naik," kata Long. "Itu resep untuk kelas menengah yang tertekan."
Jadi, gimana? Apakah kita harus pasrah dengan keadaan? Tentu nggak! Dengan strategi yang tepat, kita tetap bisa kok mengelola keuangan dengan baik dan meraih tujuan finansial kita. Yang penting, tetap aware dengan situasi ekonomi, pandai berhemat, dan jangan takut untuk mencari peluang investasi yang sesuai dengan profil risiko kita.