Gejolak Pasar Akibat Perang Dagang dan Kenaikan Yield Treasury

Gejolak Pasar Akibat Perang Dagang dan Kenaikan Yield Treasury

Pasar keuangan global mengalami gejolak signifikan pada akhir pekan ini, ditandai dengan kenaikan yield Treasury AS ke level tertinggi dua bulan terakhir. Yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun pun berada di jalur peningkatan mingguan terbesar dalam beberapa dekade. Secara simultan, dolar AS melemah, menciptakan kontras yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kenaikan Yield dan Penurunan Dolar AS

Peningkatan yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai puncaknya pada 4.592%, level tertinggi sejak 13 Februari, menandai kenaikan sebesar 10.3 basis poin. Kenaikan ini diproyeksikan sebagai peningkatan mingguan terbesar sejak tahun 2001. Faktor utama di balik peningkatan ini adalah kekhawatiran investor akan likuidasi pasar obligasi lebih lanjut di tengah pendekatan Presiden Trump yang tak terduga terhadap tarif perdagangan. Hedge fund dan manajer aset lainnya dilaporkan melepas obligasi mereka minggu ini setelah menerima margin call dan mengalami kerugian tajam akibat volatilitas pasar. Meskipun lelang obligasi bertenor 10 dan 30 tahun pada hari Rabu dan Kamis berhasil menstabilkan pasar sedikit, banyak investor tetap ragu untuk membeli obligasi sampai likuiditas membaik. Permintaan yang lebih tinggi untuk obligasi pemerintah Jerman dibandingkan dengan Treasury AS juga menunjukkan sentimen negatif terhadap pasar AS. Premium yang diminta pemegang Treasury untuk memegang utang AS dibandingkan dengan Bund Jerman meningkat paling tajam dalam satu minggu sejak tahun 1990-an.

Respon Positif Pasar Saham dan Kenaikan Harga Emas

Berbeda dengan tren negatif pada pasar obligasi, indeks saham AS justru mengalami kenaikan signifikan. Dow Jones Industrial Average naik 1.64%, S&P 500 naik 1.78%, dan Nasdaq Composite naik 1.91%. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk laporan pendapatan yang sebagian besar positif dari bank-bank besar AS seperti JPMorgan Chase, Morgan Stanley, dan Wells Fargo. JPMorgan, misalnya, mengalami kenaikan harga saham sebesar 4.6%. Pernyataan dari Presiden Federal Reserve Boston, Susan Collins, yang memastikan bahwa The Fed siap menjaga fungsi pasar keuangan jika diperlukan, juga memberikan sentimen positif bagi pasar. Kenaikan indeks saham global, ditunjukkan oleh MSCI's gauge of stocks across the globe yang naik 1.48%, menunjukkan bahwa sentimen positif ini bersifat global, meskipun indeks pan-Eropa STOXX 600 justru mengalami penurunan 0.1%.

Harga emas mencapai rekor tertinggi baru setelah China menaikkan tarif impor dari AS menjadi 125%, sebagai balasan atas keputusan Presiden Trump untuk menaikkan bea masuk atas barang-barang China. Harga emas naik 2%, mencapai $3,236.67 per ons, setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi $3,243.82. Kenaikan harga emas ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi global dan meningkatnya permintaan sebagai aset safe haven. Kenaikan harga emas lebih dari 6% sepanjang minggu ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh perang dagang terhadap pasar komoditas.

Analisis Sentimen dan Prospek Ke Depan

Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder, menyatakan bahwa Presiden Trump terus mendominasi berita utama dan pasar keuangan, terutama dalam periode negosiasi tarif. Ia memprediksi akan banyak rumor dan manuver politik yang terjadi. Laporan yang menunjukkan penurunan tajam sentimen konsumen AS pada bulan April dan penurunan harga produsen AS yang tak terduga pada bulan Maret juga memberikan gambaran yang kompleks tentang kondisi ekonomi saat ini. Perang dagang yang terus berlanjut menimbulkan kekhawatiran bagi investor, terutama mengenai arahan yang akan diberikan perusahaan-perusahaan AS selama periode laporan pendapatan. Ketidakpastian ini menjadi faktor kunci yang akan mempengaruhi pergerakan pasar di minggu-minggu mendatang. Penurunan nilai dolar AS terhadap franc Swiss ke level terendah sejak Januari 2015 dan terhadap euro ke level terendah tiga tahun juga mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi AS di tengah perang dagang.

Harga minyak mentah juga mengalami kenaikan, dengan Brent crude futures naik 2.26% dan US West Texas Intermediate crude naik 2.38%. Kenaikan harga minyak ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk geopolitik dan permintaan global, dan bisa jadi tidak sepenuhnya terkait langsung dengan perang dagang. Namun, secara keseluruhan, situasi pasar saat ini mencerminkan kompleksitas interaksi antara berbagai faktor ekonomi dan politik global, yang membuat peramalan tren masa depan menjadi tantangan. Pemantauan yang cermat terhadap perkembangan perang dagang dan rilis data ekonomi akan sangat penting untuk memahami arah pasar selanjutnya.