Gejolak Pasar Mata Uang Global: Dampak Tarif Baru Tiongkok dan Antisipasi Data Ekonomi AS
Gejolak Pasar Mata Uang Global: Dampak Tarif Baru Tiongkok dan Antisipasi Data Ekonomi AS
Perang Tarif Tiongkok-AS dan Dampaknya pada Dolar AS
Pengumuman Tiongkok terkait tarif tambahan 34% untuk barang-barang AS, efektif 10 April, memicu koreksi terhadap penguatan dolar AS. Dolar AS yang sebelumnya mengalami kenaikan tajam, mengalami penurunan setelah pengumuman tersebut. Hal ini berdampak pada mata uang lain, terutama dolar Australia yang dianggap sebagai proksi likuid untuk yuan, mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap dampak perang tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global. Indeks dolar AS, yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, anjlok 1,9% pada hari Kamis, penurunan harian terburuk sejak November 2022, sebelum akhirnya naik tipis 0,20% menjadi 102,14. Pergerakan ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap prospek ekonomi global di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan. Total tarif yang dibebankan Tiongkok mencapai 64% jika dihitung bersama tarif 10% yang diberlakukan pada masa pemerintahan Trump. Baik Tiongkok maupun Uni Eropa telah berjanji untuk mengambil tindakan balasan, meningkatkan risiko perang perdagangan yang lebih luas.
Reaksi Pasar: Safe Haven dan Penurunan Saham Perbankan Eropa
Kekhawatiran akan dampak perang tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global juga memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham perbankan Eropa. Investor semakin khawatir dan memprediksi penurunan suku bunga yang lebih agresif dari bank sentral. Pasar sepenuhnya memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga 25 basis poin dari Bank Sentral Eropa (ECB) hingga Desember, dengan suku bunga deposito diperkirakan mencapai 1,75% dari 1,9% pada akhir Rabu. Suku bunga deposito saat ini berada di angka 2,5%. Prediksi pasar juga mencakup empat kali penurunan suku bunga seperempat poin dari Federal Reserve (The Fed) pada sisa tahun ini, dan penurunan peluang pengetatan moneter lebih lanjut dari Bank of Japan menjadi 11 basis poin. Situasi ini mendorong investor untuk mencari aset safe haven, seperti franc Swiss, yang mengalami peningkatan nilai signifikan. Franc Swiss melonjak 1% terhadap euro dan mencapai level tertinggi 6 bulan terhadap dolar AS.
Francesco Pesole, ahli strategi forex di ING, mencatat adanya rebound kecil dolar AS seiring investor menjual mata uang berisiko dan beralih ke aset safe haven. Pergerakan ini menunjukkan fluktuasi yang signifikan dalam sentimen pasar dan ketidakpastian yang tinggi terkait prospek ekonomi global.
Analisis Pergerakan Euro dan Dolar AS
Euro, yang mengalami kenaikan 1,8% pada hari Kamis – kenaikan harian terbesar sejak November 2022 – mencapai level tertinggi $1,1147, level yang tidak terlihat sejak 30 September, kemudian turun 0,1% menjadi $1.1041. Paul Mackel, kepala riset forex global di HSBC, menyebut euro sebagai "anti-dolar," mengatakan bahwa kenaikan euro seringkali merupakan ekspresi pandangan negatif terhadap dolar AS di pasar keuangan, dan penurunan saat ini merupakan koreksi setelah lonjakan sebelumnya. Deutsche Bank memperingatkan risiko krisis kepercayaan terhadap dolar AS, menyatakan bahwa pergeseran besar dalam alokasi arus modal dapat menggantikan fundamental mata uang dan memicu pergerakan mata uang yang tidak terkendali. Namun, Mackel tetap yakin bahwa dolar AS tidak akan kehilangan statusnya sebagai safe haven, mengatakan bahwa jika pasar benar-benar khawatir tentang resesi AS, sifat safe haven dolar akan segera kembali bekerja.
Dampak pada Mata Uang Lainnya: Dolar Australia dan Selandia Baru
Di luar pergerakan dolar AS dan euro, mata uang lain juga mengalami dampak signifikan. Dolar Australia anjlok 2,2% - penurunan harian terbesar sejak Maret 2023 - menjadi $0,6198. Dolar Selandia Baru juga mengalami penurunan tajam sebesar 1,8% menjadi $0,5688. Thierry Wizman, ahli strategi pertukaran mata uang dan suku bunga global di Macquarie Group, mencatat adanya pemenang dan pecundang dalam program tarif timbal balik, dengan Meksiko dan Kanada sebagai pemenang dan Tiongkok sebagai pecundang. Ia merekomendasikan penjualan dolar Australia dan pembelian dolar Kanada. Dolar Kanada sendiri turun 0,4% menjadi 1,4148, sementara yen Jepang mengalami penurunan terhadap dolar AS sebesar 0,35% menjadi 145,51 yen.
Antisipasi Data Ekonomi AS dan Prospek Ke Depan
Pasar kini menantikan rilis laporan penggajian bulanan AS, yang akan memberikan petunjuk tentang kesehatan ekonomi dan prospek pelonggaran moneter. Laporan ini akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan pasar mata uang dalam beberapa hari ke depan. Perang tarif antara Tiongkok dan AS masih terus berlanjut, dan ketidakpastian terkait dampaknya terhadap perekonomian global akan terus mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang di seluruh dunia. Ke depan, perkembangan negosiasi bilateral antara AS dan Tiongkok akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah pergerakan pasar mata uang global.