Impor dan Ekspor Komoditas China: Gambaran Bulan Maret 2024

Impor dan Ekspor Komoditas China: Gambaran Bulan Maret 2024

Data bea cukai China yang dirilis pada bulan April menunjukkan tren yang beragam dalam impor komoditas utama selama bulan Maret 2024. Meskipun impor minyak mentah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, impor kedelai, batubara, bijih besi, dan tembaga mentah justru mengalami penurunan. Fenomena ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.

Lonjakan Ekspor dan Bayangan Perang Dagang

Ekspor China melonjak tajam pada bulan Maret, kemungkinan disebabkan oleh upaya pabrik-pabrik untuk mengirimkan barang sebelum tarif baru AS diberlakukan. Namun, eskalasi perang dagang AS-China telah menggelapkan prospek pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Kenaikan tarif AS yang signifikan terhadap barang-barang China, menurut banyak ekonom, akan berdampak besar pada arus perdagangan global dan investasi bisnis.

Analisis Data Komoditas Utama

Berikut rincian impor beberapa komoditas utama China pada bulan Maret 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya:

  • Kedelai: Impor turun 36,8% menjadi 3,5 juta metrik ton (mmt).
  • Minyak mentah: Impor naik 4,8% menjadi 51,41 mmt.
  • Tembaga mentah: Impor turun 1,4% menjadi 467.000 metrik ton (mt).
  • Batubara: Impor turun 6% menjadi 38,73 mmt.
  • Bijih besi: Impor turun 6,7% menjadi 93,97 mmt.
  • Tanah jarang: Ekspor naik 20,31% menjadi 5.666,3 mt.

Data ini menunjukkan penurunan signifikan dalam impor beberapa komoditas penting, yang mengindikasikan potensi dampak negatif dari perang dagang terhadap industri manufaktur China. Sementara itu, peningkatan ekspor tanah jarang menunjukkan strategi China dalam mengendalikan pasokan komoditas strategis ini di pasar global.

Pendapat Para Ahli

Para analis dari berbagai lembaga keuangan memberikan pandangan mereka mengenai data komoditas ini:

Minyak Mentah

Emma Li, analis dari Vortexa, Singapura, menyatakan bahwa impor minyak mentah China melalui jalur laut pada bulan Maret mencapai 10,6 juta barel per hari (bpd), angka tertinggi sejak Oktober 2023. Hal ini didorong oleh kedatangan minyak mentah Iran dalam jumlah besar ke wilayah Shandong. Lonjakan ini menunjukkan upaya China untuk mengamankan pasokan energi di tengah ketidakpastian global.

Kedelai

Rosa Wang, analis dari JCI, Shanghai, menjelaskan penurunan impor kedelai disebabkan oleh kekhawatiran perang dagang dan harapan panen raya di Brasil. Sebagian besar pesanan kedelai berasal dari Brasil. Penundaan panen dan kemacetan lalu lintas di Brasil juga berkontribusi pada rendahnya angka impor pada bulan Maret. Hal ini menunjukkan pergeseran dalam pola impor kedelai China, yang kini lebih bergantung pada pasokan dari Brasil.

Tembaga

Adam Williams, kepala riset logam dasar di FastMarkets, London, mengemukakan bahwa kenaikan harga tembaga di AS pada bulan Maret, yang sempat mencapai lebih dari $1.400 per ton di atas harga tembaga London Metal Exchange, menarik pengiriman tembaga ke AS daripada ke China. Ini menunjukkan pengaruh harga global terhadap arus perdagangan komoditas.

Bijih Besi

Chu Xinli, analis dari China Futures, Shanghai, menyebutkan bahwa impor bijih besi pada bulan Maret tidak sesuai ekspektasi. Penurunan ini disebabkan oleh dampak yang masih terasa dari gangguan cuaca pada bulan Februari. Namun, ia memperkirakan impor bijih besi pada bulan April akan kembali normal karena peningkatan permintaan dan berkurangnya kendala pasokan akibat cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor musiman dan cuaca dapat memengaruhi impor komoditas.

Tanah Jarang

Neha Mukherjee, analis senior di Benchmark Mineral Intelligence, London, menjelaskan bahwa kontrol ekspor China terbaru terjadi di tengah volatilitas pasokan unsur tanah jarang berat yang disebabkan oleh gangguan di Myanmar. Lebih dari 75% dari REE menengah dan berat yang ditambang secara global berisiko, sehingga memicu volatilitas harga jangka pendek. Meskipun stok mungkin mencukupi untuk permintaan jangka pendek, perkiraan menunjukkan bahwa stok hanya akan cukup hingga paruh pertama tahun 2025. Kekhawatiran mengenai penundaan ekspor dapat memicu lonjakan harga. Pernyataan ini menyoroti strategi geopolitik China dalam mengendalikan sumber daya strategis.

Kesimpulannya, data perdagangan komoditas China bulan Maret 2024 menunjukkan kompleksitas dinamika ekonomi global, dipengaruhi oleh perang dagang, faktor musiman, dan strategi geopolitik. Perkembangan selanjutnya dalam hubungan AS-China akan terus memengaruhi arus perdagangan komoditas ini di masa mendatang.