Impor Kedelai China di Bulan November 2023: Lebih Rendah dari Perkiraan, Namun Impor Tahunan Tetap Rekor

Impor Kedelai China di Bulan November 2023: Lebih Rendah dari Perkiraan, Namun Impor Tahunan Tetap Rekor

Penurunan Impor dari Brasil

Impor kedelai China pada bulan November 2023 mencapai 7,15 juta ton metrik, lebih rendah dari perkiraan analis yang berkisar antara 7,5 hingga 8,5 juta ton. Angka ini juga menunjukkan penurunan 9% dibandingkan bulan November tahun sebelumnya yang mencapai 7,92 juta ton. Penurunan yang lebih besar dari perkiraan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya kedatangan kedelai Brasil tua, menurut Wan Chengzhi, analis di Capital Jingdu Futures. Faktor ini menunjukkan adanya pergeseran dinamika impor kedelai China, yang biasanya sangat bergantung pada pasokan dari Brasil. Perubahan ini berimplikasi pada strategi importir dan juga harga kedelai di pasar domestik China.

Lonjakan Impor dari Amerika Serikat dan Antisipasi Perang Dagang

Dalam beberapa bulan terakhir, China telah menerima pengiriman kedelai dari Amerika Serikat yang lebih besar dari biasanya. Hal ini didorong oleh kekhawatiran akan potensi meningkatnya ketegangan antara AS dan China yang dapat berdampak negatif pada perdagangan pertanian. Ancaman penerapan tarif impor oleh Presiden terpilih AS saat itu, Donald Trump, memicu kekhawatiran akan perang dagang. Kekhawatiran ini mendorong petani dan pedagang untuk bergegas mengirimkan kedelai ke China sebelum pelantikan Trump pada 20 Januari. Sebagian besar kedelai AS telah dikirim ke China pada bulan Oktober, menurut Wan. Ia memperkirakan volume impor pada Desember akan lebih tinggi daripada November, mengingat waktu pengiriman. Strategi ini menunjukkan bagaimana ketidakpastian politik global dapat secara signifikan mempengaruhi arus perdagangan komoditas pertanian.

Impor Kumulatif dan Dampaknya pada Pasar Domestik

Meskipun impor November lebih rendah dari perkiraan, impor kedelai China untuk periode Januari-November tetap meningkat 9,4% year-on-year, mencapai 97,09 juta ton. Angka ini menunjukkan tren impor kedelai China yang masih sangat tinggi, dan memperkuat posisi China sebagai importir kedelai terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, China mengimpor rekor 100,31 juta ton kedelai pada tahun 2020. Meskipun tahun 2023 belum berakhir, data ini menunjukkan potensi China untuk mendekati atau bahkan melampaui rekor impor tersebut. Perlu dicatat bahwa fluktuasi harga dan pasokan global selalu menjadi faktor yang mempengaruhi angka impor.

Dampak terhadap Pasar Futures dan Margin Pengolahan

Arus masuk kedelai dalam jumlah besar telah menekan harga berjangka kedelai yang paling aktif di Bursa Komoditas Dalian. Harga tersebut telah turun sejak Oktober hingga mendekati level terendah sejak Juli 2023. Penurunan harga ini menunjukkan adanya penyesuaian pasar terhadap pasokan kedelai yang melimpah. Hal ini juga berdampak pada margin pengolahan di Rizhao, pusat pengolahan kedelai utama di China. Margin pengolahan telah menyusut hingga mengalami kerugian sekitar 274 yuan ($37,80) per ton kedelai yang diproses, dibandingkan dengan keuntungan sekitar 78 yuan ($10,70) pada bulan November. Penurunan margin ini mencerminkan tekanan pada profitabilitas industri pengolahan kedelai di China akibat kelebihan pasokan.

Prospek Impor Kedelai China di Masa Mendatang

Data impor kedelai China di bulan November 2023 memberikan gambaran yang kompleks. Meskipun terjadi penurunan impor dari Brasil dan angka impor November yang lebih rendah dari perkiraan, impor kumulatif untuk tahun tersebut tetap tinggi, menandakan bahwa China masih menjadi penggerak utama pasar kedelai global. Ketidakpastian politik internasional dan strategi impor yang responsif terhadap potensi gangguan perdagangan tetap menjadi faktor kunci yang mempengaruhi dinamika impor kedelai China. Perkembangan selanjutnya perlu diperhatikan untuk memprediksi dengan lebih akurat volume impor kedelai China di masa mendatang, termasuk potensi dampak perubahan kebijakan perdagangan internasional dan fluktuasi harga di pasar global. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari tren impor ini terhadap pasar kedelai domestik dan global.