Impor Kontainer AS: Tren Menurun di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan

Impor Kontainer AS: Tren Menurun di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan

Pertumbuhan Impor yang Lambat

Impor barang dalam kontainer di Amerika Serikat mengalami peningkatan sebesar 1,6% secara tahunan pada bulan Agustus. Angka ini terbilang mengejutkan mengingat volume impor dari Tiongkok dan pemasok utama lainnya justru mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump. Descartes, penyedia teknologi rantai pasokan, melaporkan bahwa pelabuhan laut AS menangani 2,5 juta TEU (twenty-foot equivalent unit) kargo pada bulan Agustus, turun dari rekor hampir 2,6 juta TEU pada bulan Juli. Meskipun demikian, hingga Agustus, impor masih menunjukkan peningkatan 3,3% dibandingkan tahun lalu.

Dominasi Tiongkok dan Penurunannya

Tiongkok, sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang penting AS, menyumbang 869.523 TEU dari total impor pada bulan Agustus, atau sekitar 35% dari total volume. Namun, volume impor dari Tiongkok mengalami penurunan sebesar 10,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan impor produk aluminium, pakaian, dan alas kaki, seperti yang ditunjukkan oleh data Descartes. Kebijakan tarif impor yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah Trump terhadap barang-barang dari sebagian besar negara telah memberikan dampak signifikan. Pemerintahan Trump menggunakan bea impor sebagai alat negosiasi dalam hubungan perdagangan internasional.

Puncak Impor dan Prospek yang Suram

Pemimpin pelabuhan laut tersibuk di AS, Los Angeles, memperkirakan bahwa impor dalam kontainer mungkin telah mencapai puncaknya pada bulan Juli. Prospek untuk sisa tahun 2025 tampak suram karena beberapa faktor yang saling berkaitan. Pertama, adanya perselisihan perdagangan yang berkelanjutan. Kedua, kontraksi manufaktur domestik. Ketiga, melemahnya pasar kerja. Keempat, kekhawatiran bahwa konsumen yang khawatir akan inflasi akan mengurangi pengeluaran mereka selama musim liburan musim dingin yang penting. Para ahli industri sepakat bahwa kombinasi faktor-faktor ini akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan impor.

Pertumbuhan ekspor Tiongkok melambat ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan oleh memudarnya dampak positif dari gencatan senjata tarif dengan AS, yang mengindikasikan pelemahan volume kargo di pelabuhan domestik dalam beberapa minggu mendatang. "Prospek perdagangan untuk bulan-bulan terakhir tahun ini tidak optimis," kata Ben Hackett, pendiri Hackett Associates, sebuah konsultan perdagangan internasional.

Dampak Kebijakan Tarif Trump yang Berubah-Ubah

Kebijakan tarif Trump yang berubah-ubah telah menimbulkan guncangan di pasar perdagangan global. Perdagangan dengan Tiongkok telah berfluktuasi seiring dengan penyesuaian tarif, sementara negara-negara pesaing seperti Vietnam, India, Thailand, dan Indonesia mengambil alih pangsa pasar. AS dan Tiongkok memperpanjang gencatan senjata terkait tarif yang berpotensi memberatkan hingga November, memberikan stabilitas jangka pendek bagi industri. Namun, Trump baru-baru ini mengenakan tarif 50% pada barang-barang dari India untuk mencegah pembelian minyak Rusia yang mendanai perang di Ukraina. Langkah ini dapat memengaruhi importir pakaian seperti Walmart, pelanggan pengiriman kontainer nomor satu.

Tantangan Hukum dan Masa Depan Perdagangan

Sebuah pengadilan banding AS bulan lalu memutuskan bahwa sebagian besar tarif Trump ilegal. Namun, pengadilan mengizinkan tarif tersebut tetap berlaku hingga pertengahan Oktober untuk memberi pemerintah Trump kesempatan mengajukan banding ke Mahkamah Agung AS. Ketidakpastian hukum ini semakin memperburuk kondisi perdagangan yang sudah tidak menentu. Perkembangan selanjutnya dari kasus ini akan berpengaruh besar terhadap volume impor dan ekspor AS, khususnya yang berasal dari dan menuju Tiongkok. Dengan adanya berbagai tantangan yang dihadapi, masa depan perdagangan global, khususnya antara AS dan Tiongkok, tetap menjadi teka-teki yang penuh ketidakpastian. Dampak jangka panjang dari kebijakan tarif yang fluktuatif dan perselisihan perdagangan perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami implikasi penuhnya terhadap perekonomian global.