India dan Republik Demokratik Kongo Sepakat Jalin Kerja Sama Pertambangan

India dan Republik Demokratik Kongo Sepakat Jalin Kerja Sama Pertambangan

India tengah gencar memperkuat kemitraan strategis dengan negara-negara kaya mineral untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat dan mendukung transisi energi. Langkah terbaru menunjukkan komitmen ini dengan negosiasi intensif yang dilakukan dengan Republik Demokratik Kongo (RDK) untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU) guna mengamankan pasokan mineral kritis seperti kobalt dan tembaga.

Kebutuhan Mineral Kritis India yang Meningkat

Sebagai ekonomi utama dunia dengan pertumbuhan tercepat, India menghadapi tantangan dalam memenuhi permintaan mineral kritis yang terus meningkat. Permintaan ini didorong oleh pertumbuhan industri dalam negeri dan ambisi besar untuk beralih ke energi terbarukan. Kobalt dan tembaga, sebagai komponen penting dalam baterai kendaraan listrik, perangkat elektronik, dan pembangkit listrik, menjadi fokus utama dalam upaya pengamanan pasokan mineral ini.

Strategi India dalam Mengamankan Pasokan Mineral

Untuk memastikan ketersediaan mineral kritis, India telah mengintensifkan upayanya dalam menjalin kerja sama dengan beberapa negara kaya sumber daya alam, termasuk RDK, Mongolia, dan Zambia. Langkah ini meliputi pengiriman tim ahli geologi untuk melakukan eksplorasi dan penilaian potensi tambang, serta partisipasi aktif dalam konferensi pertambangan internasional. Kunjungan pejabat senior India ke RDK pada Juli 2024 menjadi bukti nyata komitmen ini, dan rencana pengiriman tim geologi ke Kongo untuk menghadiri konferensi pertambangan tahun ini semakin memperkuat sinyal tersebut. Selain itu, India juga berencana mengirim tim ahli geologi ke Zambia dalam dua bulan mendatang.

Tantangan Geopolitik dan Teknologis dalam Eksplorasi Mineral di Kongo

Meskipun potensi ekonomi RDK sangat besar, tantangan geopolitik dan teknis tetap menjadi hambatan. Konflik yang melibatkan kelompok pemberontak M23 yang didukung Rwanda dan milisi pro-Kongo di wilayah timur RDK yang kaya mineral, menimbulkan risiko keamanan dan ketidakpastian bagi investasi asing. Ritabrata Ghosh, wakil presiden dan kepala sektor peringkat perusahaan di ICRA Ltd., menekankan bahwa geopolitik merupakan faktor utama yang seringkali menghambat proyek-proyek di negara-negara Afrika. Selain itu, pengolahan mineral kritis merupakan proses yang intensif secara teknologi, sehingga komersialisasi membutuhkan waktu yang signifikan setelah penemuan deposit tembaga dan kobalt.

Perbandingan dengan Strategi Amerika Serikat

Langkah India ini juga menarik perhatian jika dibandingkan dengan upaya Amerika Serikat. Baru-baru ini, Amerika Serikat menyatakan kesediaannya untuk mengeksplorasi kemitraan dengan RDK terkait mineral kritis, setelah seorang senator Kongo menghubungi pejabat AS untuk membahas kesepakatan mineral-untuk-keamanan. Hal ini menunjukkan meningkatnya persaingan global dalam mengamankan pasokan mineral strategis yang krusial untuk pertumbuhan ekonomi dan transisi energi.

Dampak Suspensi Ekspor Kobalt Kongo

Situasi di RDK semakin kompleks dengan adanya kebijakan pemerintah Kongo yang sempat menangguhkan ekspor kobalt selama empat bulan untuk mengatasi kelebihan pasokan. Keputusan ini menunjukkan bahwa pengelolaan produksi dan distribusi mineral kritis membutuhkan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik antar negara produsen dan negara konsumen.

Kesimpulan: Kemitraan Strategis dan Tantangan ke Depan

Kerja sama antara India dan RDK dalam sektor pertambangan menandai langkah signifikan dalam upaya India untuk mengamankan pasokan mineral kritis. Namun, keberhasilan kerja sama ini sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tantangan geopolitik dan teknis yang ada. Keberhasilan negosiasi MoU dan implementasi proyek-proyek pertambangan di RDK akan menjadi tolok ukur penting bagi strategi India dalam mengamankan akses terhadap sumber daya mineral vital bagi pertumbuhan ekonomi dan transisi energinya. Keberhasilan ini juga akan menjadi contoh bagi kerja sama internasional dalam menghadapi kompleksitas pasokan mineral global di tengah peningkatan permintaan dan tantangan geopolitik.