Inflasi AS Naik Sedikit Lebih Tinggi dari Perkiraan di Bulan November
Inflasi AS Naik Sedikit Lebih Tinggi dari Perkiraan di Bulan November
Inflasi di Amerika Serikat (AS) pada bulan November sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan, didorong oleh kenaikan harga energi. Kenaikan ini mengindikasikan tren inflasi yang sejalan dengan pandangan Federal Reserve (The Fed) tentang jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat tahun ini. Laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Rabu menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,4% bulan lalu, setelah naik 0,3% pada bulan November. Secara tahunan (12 bulan hingga Desember), IHK meningkat 2,9%, dibandingkan dengan peningkatan 2,7% pada bulan November. Perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan peningkatan bulanan sebesar 0,3% dan peningkatan tahunan sebesar 2,9%.
Reaksi Pasar
Data inflasi November ini memicu reaksi beragam di pasar keuangan global. Berikut beberapa tanggapan yang terlihat:
-
Saham: Indeks saham AS melonjak, memperpanjang kenaikannya. Kontrak berjangka S&P 500 E-minis naik 84,5 poin, atau 1,45%.
-
Obligasi: Yield obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun 8,4 basis poin menjadi 4,704%, sementara yield obligasi bertenor dua tahun turun 7,8 basis poin menjadi 4,287%.
-
Valuta Asing: Indeks dolar AS melemah 0,42% menjadi 108,74.
Analisis Para Ahli Ekonomi
Berbagai kalangan ekonom memberikan pandangannya terhadap data inflasi terbaru ini. Beberapa diantaranya adalah:
Brian Jacobsen, Kepala Ekonom, Annex Wealth Management, Menomonee Falls, Wisconsin
Jacobsen menyatakan bahwa meskipun inflasi inti sedikit lebih rendah dari bulan lalu, hal itu merupakan kabar melegakan. Namun, konsumen belum merasakan penurunan harga di sektor energi. Harga energi naik 4,3% pada bulan tersebut, meskipun turun 3,9% dibandingkan tahun lalu. Ia menambahkan bahwa psikologis konsumen masih terbebani oleh inflasi tinggi beberapa tahun terakhir, sehingga The Fed mungkin akan cenderung lebih berhati-hati dalam merespon laporan ini. The Fed, menurut Jacobsen, akan menghabiskan sebagian besar tahun 2025 untuk bereaksi berlebihan terhadap kejutan positif inflasi dan kurang bereaksi terhadap kejutan negatif dalam penyampaian pesannya, dalam upaya membangun kembali kredibilitasnya.
Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar, Spartan Capital Securities, New York
Cardillo berpendapat bahwa angka inflasi utama sedikit mengecewakan, tetapi hal itu mungkin disebabkan oleh harga pangan. Inflasi inti sedikit lebih rendah, yang merupakan kabar baik. Ia menambahkan bahwa hal ini tidak mengubah prospek inflasi, dan tidak mengubah prospek The Fed untuk tetap berhati-hati. Dolar melemah dan yield turun, menunjukkan pasar fokus pada inflasi inti. Ia menyimpulkan bahwa inflasi tetap lengket.
Oliver Pursche, Wakil Presiden Senior, Penasihat, Wealthspire Advisors, Westport, Connecticut
Pursche melihat data inflasi yang baik kemarin dan hari ini sebagai indikasi bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga jika diinginkan, dan tidak terjebak dalam situasi sulit di mana inflasi yang lebih tinggi akan mencegahnya bertindak. Investor, menurutnya, melihat data sebagai skenario "Goldilocks" – laba perusahaan yang kuat, ekonomi yang tangguh, dan inflasi yang lebih rendah.
Kesimpulan
Kenaikan inflasi di bulan November, meskipun sedikit lebih tinggi dari perkiraan, menunjukkan adanya kompleksitas dalam mengendalikan inflasi. Reaksi pasar yang beragam dan analisis para ekonom yang berbeda menunjukkan bahwa dampak data ini masih akan terus dievaluasi dan akan memengaruhi strategi kebijakan moneter The Fed ke depannya. Perhatian tetap tertuju pada perkembangan inflasi inti dan bagaimana The Fed akan menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Ketidakpastian masih ada, dan pengamatan yang cermat terhadap data ekonomi selanjutnya akan sangat penting dalam memahami arah kebijakan moneter di masa mendatang.