Inflasi Selandia Baru Tetap Terkendali, Membuka Jalan bagi Pemotongan Suku Bunga

Inflasi Selandia Baru Tetap Terkendali, Membuka Jalan bagi Pemotongan Suku Bunga

Inflasi di Selandia Baru pada kuartal keempat tahun lalu tetap terkendali, memberikan ruang bagi Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) untuk kembali memangkas suku bunga secara agresif pada bulan Februari. Langkah ini bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian negara yang sedang lesu. Berdasarkan data yang dirilis Stats NZ pada hari Rabu, indeks harga konsumen (CPI) naik 0,5% pada kuartal keempat dibandingkan kuartal ketiga, dan naik 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan perkiraan para ekonom dan menempatkan inflasi di sekitar tengah target bank sentral.

Inflasi Inti dan Proyeksi RBNZ

Inflasi inti tahunan (trimmed mean inflation) turun menjadi 2,4% pada kuartal keempat dari 2,5% pada kuartal ketiga. RBNZ telah memberi sinyal kesiapannya untuk memangkas suku bunga acuan (official cash rate/OCR) sebesar 50 basis poin lagi pada pertemuan Februari mendatang. Potensi ini dapat membawa total pengurangan OCR sejak pertengahan 2024 menjadi 175 basis poin. Dengan perekonomian yang masih dalam resesi dalam dan tingkat pengangguran yang tinggi, kemungkinan pemotongan sebesar 75 basis poin pada bulan depan tidak dikesampingkan oleh para ekonom, terutama mengingat ketidakpastian yang meningkat di perekonomian global. Ketidakpastian ini dipicu oleh kepemimpinan baru di AS dan ekonomi China yang masih rapuh.

"Data inflasi yang rendah ini konsisten dengan data aktivitas dan survei yang menunjukkan bahwa kapasitas cadangan dalam perekonomian masih melimpah," kata Abhijit Surya, ekonom di Capital Economics. "Oleh karena itu, kami pikir RBNZ akan terus melanjutkan dengan pemotongan 50 basis poin lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Februari." Ini adalah kuartal kedua berturut-turut di mana tingkat inflasi tahunan berada dalam kisaran target RBNZ sebesar 1% hingga 3%. Antara pertengahan 2021 dan pertengahan 2024, inflasi tahunan berada di atas kisaran target.

Penyumbang Utama Inflasi dan Faktor Penyeimbang

Kontributor terbesar terhadap tingkat inflasi tahunan adalah sewa, yang naik 4,2% selama setahun. Hampir seperlima dari peningkatan tahunan CPI sebesar 2,2% disebabkan oleh kenaikan harga sewa. Sementara itu, tarif dan pembayaran otoritas lokal meningkat 12,2% dalam setahun, sementara harga rokok dan tembakau meningkat 7,6% dalam periode yang sama. Namun, penurunan harga bensin sebesar 9,2% membantu mengurangi kenaikan harga. "Bensin menyumbang sekitar 4% dari keranjang CPI. Penurunan harganya memberikan kontribusi signifikan terhadap perlambatan peningkatan tingkat inflasi tahunan," kata ahli statistik tersebut.

Prospek Inflasi dan Ketidakpastian di Masa Depan

Meskipun inflasi tampaknya terkendali, prospek pada tahun 2025 memiliki ketidakpastian yang lebih tinggi dari biasanya, terutama di tengah pelemahan baru-baru ini pada dolar Selandia Baru. "Risiko inflasi tidak semuanya menurun, terutama mengingat lingkungan global yang bergejolak dan risiko penurunan untuk dolar Selandia Baru. Itu akan menjadi area penting untuk dipantau selama tahun mendatang jika inflasi ingin tetap berada di dekat 2% secara berkelanjutan," kata Satish Ranchhod, ekonom senior di Westpac. Pelemahan dolar Selandia Baru dapat berdampak pada harga impor, yang pada gilirannya dapat mendorong inflasi kembali naik. Oleh karena itu, RBNZ perlu memonitor perkembangan ini dengan cermat dan menyesuaikan kebijakan moneternya sesuai kebutuhan. Ketidakpastian global juga menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan, karena gejolak ekonomi global dapat dengan mudah memengaruhi perekonomian Selandia Baru dan tingkat inflasinya. Perlu diingat bahwa meskipun inflasi saat ini terkendali, situasi ini dapat berubah dengan cepat tergantung pada perkembangan ekonomi domestik dan internasional. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat dan responsif dari RBNZ terhadap perubahan kondisi ekonomi menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas harga di Selandia Baru. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap dampak dari berbagai faktor ekonomi makro terhadap inflasi agar kebijakan moneter yang diterapkan dapat tepat sasaran dan efektif dalam mencapai target inflasi yang ditetapkan.