Kebijakan Moneter Bank Negara Malaysia: Menjaga Status Quo di Tengah Ketidakpastian Global

Kebijakan Moneter Bank Negara Malaysia: Menjaga Status Quo di Tengah Ketidakpastian Global

Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil dan Inflasi Terkendali

Bank Negara Malaysia (BNM) pada Rabu lalu mempertahankan suku bunga acuannya, Overnight Policy Rate (OPR), di level 3.00%. Keputusan ini sesuai dengan prediksi sembilan ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal dan merupakan pertahankan tingkat suku bunga yang sama sejak Mei 2023. BNM menyatakan bahwa kebijakan moneter saat ini tetap mendukung perekonomian dan konsisten dengan penilaian terkini terhadap inflasi dan prospek pertumbuhan. Stabilitas pertumbuhan ekonomi dan inflasi menjadi alasan utama BNM untuk tidak terburu-buru mengubah kebijakan suku bunganya. Malaysia termasuk sedikit negara di kawasan yang belum memulai siklus penurunan suku bunga.

Menghadapi Volatilitas Ringgit dan Gejolak Geopolitik

Meskipun demikian, BNM mengakui adanya tantangan. Volatilitas ringgit Malaysia dan meningkatnya tekanan dari isu-isu geopolitik internasional menjadi pertimbangan utama dalam mempertahankan kebijakan status quo. BNM menyatakan bahwa penyempitan perbedaan suku bunga antara Malaysia dan negara-negara maju berdampak positif bagi nilai tukar ringgit. Namun, mereka juga mengakui potensi volatilitas di pasar keuangan akibat ketidakpastian kebijakan global.

Analisis Para Ekonom: Pertahankan atau Turunkan Suku Bunga?

Banyak analis melihat ruang bagi BNM untuk mempertahankan status quo sepanjang tahun ini. Namun, beberapa analis melihat tanda-tanda potensi perubahan kebijakan. Analis di BMI, sebuah perusahaan Fitch Solutions, melihat risiko reformasi subsidi bensin RON95 di Malaysia dapat mendorong inflasi lebih tinggi, yang berpotensi mendorong BNM untuk bertindak lebih cepat. Gangguan akibat tarif AS dan volatilitas di pasar valuta asing dan keuangan yang dipicu oleh ketegangan perdagangan dapat mengubah lintasan pertumbuhan Malaysia pada tahun 2025, dan mungkin mendorong BNM untuk mengubah kebijakannya.

BNM memproyeksikan inflasi pada tahun 2025 akan tetap terkendali karena penurunan biaya global dan permintaan domestik yang stabil. Data yang dirilis sebelumnya menunjukkan bahwa inflasi Malaysia melambat menjadi 1,8% pada tahun 2024 dari 2,5% pada tahun 2023. BNM memperkirakan harga komoditas global akan moderasi lebih lanjut dan melihat dampak minimal dari reformasi kebijakan domestik. Namun, BNM mencatat beberapa ruang lingkup risiko dari efek tumpahan perubahan kebijakan domestik, tren komoditas global, dan dinamika pasar keuangan.

BNM juga memperkirakan aktivitas ekonomi pada tahun 2025 akan tetap kuat, didukung oleh pengeluaran domestik yang tangguh, pertumbuhan upah, kenaikan upah minimum, dan kenaikan gaji pegawai negeri. Perkiraan awal yang dirilis pekan lalu menunjukkan rebound yang solid dalam pertumbuhan ekonomi Malaysia pada tahun 2024. Namun, banyak ekonom memperkirakan momentum akan melambat tahun ini mengingat potensi dampak gangguan perdagangan yang dipicu oleh tarif AS dan kebijakan fiskal domestik yang lebih ketat.

Ketidakpastian Global dan Potensi Pemicu Penurunan Suku Bunga

Meningkatnya ketidakpastian eksternal, termasuk potensi masa jabatan kedua Trump, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan ketegangan geopolitik, menunjukkan bahwa bank sentral Malaysia akan bersikap hati-hati dan menjaga suku bunga tetap stabil hingga tahun 2025, kata ekonom UOB Julia Goh dan Loke Siew Ting dalam sebuah catatan. Namun, ekonom di Barclays melihat pengumuman tarif perdagangan signifikan oleh AS sebagai potensi pemicu penurunan suku bunga. Pada tahun 2019, ketika Trump menyebutkan bahwa tarif atas Tiongkok akan dinaikkan, BNM dengan cepat beralih ke penurunan suku bunga, kata ekonom Brian Tan dalam sebuah catatan. Dia memperkirakan bank sentral Malaysia akan merespons dengan cara yang sama cepatnya lagi, mungkin pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya. Barclays menekankan bahwa waktu penurunan suku bunga sangat tidak pasti, tetapi mengingat moderasi PDB kuartal keempat secara berurutan, mereka berpikir "pembuat kebijakan tidak mungkin begitu yakin tentang kekuatan ekonomi Malaysia sehingga mereka akan mengabaikan tarif AS."

Kesimpulannya, meskipun pertumbuhan ekonomi Malaysia tetap kuat dan inflasi terkendali, ketidakpastian global, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan AS dan gejolak geopolitik, membuat BNM cenderung mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya pada level 3.00% untuk sementara waktu. Namun, potensi dampak dari faktor-faktor eksternal ini tetap menjadi perhatian utama dan dapat memicu perubahan kebijakan di masa mendatang.