Kembalinya Delapan Anak Ukraina dari Crimea: Kisah Penculikan dan Perjuangan Membebaskan Mereka

Kembalinya Delapan Anak Ukraina dari Crimea: Kisah Penculikan dan Perjuangan Membebaskan Mereka

Penculikan di Rumah Sakit dan Kehidupan di Panti Asuhan

Delapan anak Ukraina yang diculik dari keluarga mereka di semenanjung Crimea yang telah dianeksasi dan dikendalikan Rusia, akhirnya kembali ke tanah air mereka pada hari Kamis. Informasi ini disampaikan oleh Darina Zarivna, penasihat kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Zarivna menjelaskan bahwa anak-anak tersebut diculik saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit dan berhasil diselamatkan sebagai bagian dari program "Bring Kids Back". Kisah mereka sungguh menyayat hati. Di panti asuhan tempat mereka ditahan, mereka mengalami perlakuan buruk, termasuk intimidasi dan pemaksaan untuk mengikuti latihan patriotisme pro-Rusia. Lebih mengerikan lagi, mereka dipaksa untuk memegang senjata dan dipersiapkan untuk berperang. "Kisah mereka merupakan contoh kekejaman sistematis para penjajah," tulis Zarivna di Telegram. "Mereka dipaksa diambil dari ibu mereka saat berada di rumah sakit, dan (para ibu) dipaksa untuk menyerahkan anak-anak mereka ke panti asuhan di bawah ancaman." Ia menambahkan bahwa semua ini merupakan bagian dari kebijakan Rusia yang bertujuan untuk menghancurkan identitas Ukraina.

Upaya Pemulangan dan Peran Internasional

Zarivna tidak memberikan detail mengenai bagaimana anak-anak tersebut diselamatkan atau lokasi mereka saat ini. Pihak berwenang Rusia sendiri belum memberikan komentar resmi terkait peristiwa ini. Kasus ini semakin memperkuat tuntutan internasional terhadap Rusia. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2023 atas tuduhan kejahatan perang terkait penculikan anak-anak Ukraina. Kremlin sendiri menolak tuduhan tersebut. Namun, peristiwa ini bukanlah kasus yang terisolasi. Awal pekan ini, Kepala Staf Zelenskiy, Andriy Yermakov, mengatakan bahwa 12 anak yang secara paksa dibawa ke Rusia telah kembali ke Ukraina. Moskow dan Kyiv telah melakukan beberapa pertukaran anak-anak untuk reuni dengan keluarga mereka sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022.

Aneksasi Crimea dan Skala Penculikan Anak

Krimea dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 setelah pemberontakan yang menyebabkan presiden Ukraina yang pro-Rusia melarikan diri dari negara tersebut. Ukraina menyatakan bahwa lebih dari 19.500 anak telah dibawa ke Rusia atau wilayah yang diduduki Rusia tanpa persetujuan keluarga atau wali selama perang. Mereka menyebut penculikan tersebut sebagai kejahatan perang yang memenuhi definisi genosida menurut perjanjian PBB. Angka ini menunjukkan skala besar dari operasi penculikan yang sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh pihak Rusia. Anak-anak tersebut tidak hanya diambil dari lingkungan rumah mereka, namun juga dari institusi kesehatan yang semestinya menjadi tempat perlindungan mereka.

Implikasi dan Dampak Jangka Panjang

Peristiwa ini mengungkap pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan dan menyoroti dampak psikologis yang mendalam terhadap anak-anak yang menjadi korban. Pengalaman traumatis seperti penculikan, intimidasi, dan pemaksaan untuk terlibat dalam kegiatan militer akan berdampak jangka panjang pada perkembangan mereka, baik secara emosional, psikologis, maupun sosial. Pemulangan anak-anak ini merupakan sebuah kemenangan, namun juga menjadi pengingat akan banyaknya anak-anak Ukraina lainnya yang masih terjebak dalam situasi yang serupa. Upaya internasional untuk memulangkan semua anak Ukraina yang diculik oleh Rusia harus terus ditingkatkan dan diperkuat. Keadilan harus ditegakkan dan para pelaku kejahatan perang harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan brutal mereka. Dunia internasional perlu terus memberikan tekanan pada Rusia untuk menghentikan praktik penculikan anak-anak dan memastikan kembalinya semua anak Ukraina yang masih ditahan secara paksa. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya perlindungan anak-anak dalam konflik bersenjata dan perlunya mekanisme yang lebih efektif untuk mencegah dan menghukum pelanggaran hak asasi manusia yang terkait dengan anak-anak.