Kembalinya Mahmoud Khalil: Sebuah Janji untuk Perjuangan Palestina
Kembalinya Mahmoud Khalil: Sebuah Janji untuk Perjuangan Palestina
Bebas, Namun Perjuangan Masih Jauh dari Usai
Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi hari yang penuh haru bagi Mahmoud Khalil. Setelah berbulan-bulan ditahan, alumnus Columbia University ini kembali menginjakkan kaki di tanah Amerika Serikat, disambut dengan sorak sorai dan tepuk tangan meriah dari kerabat, teman, dan pendukungnya di Bandara Internasional Newark, New Jersey. Di tengah hiruk pikuk sambutan tersebut, tekadnya tetap teguh: perjuangan untuk Palestina masih jauh dari usai. Ia disambut oleh tokoh terkemuka, Anggota DPR AS Alexandria Ocasio-Cortez, menunjukkan dukungan luas yang ia terima.
Penangkapan dan Tuduhan yang Tak Menggoyahkan
Perjalanan Mahmoud Khalil menuju kebebasan bukanlah tanpa rintangan. Pada 8 Maret lalu, ia ditangkap oleh petugas imigrasi federal di lobi apartemennya di Manhattan. Penangkapannya menandai langkah awal upaya pemerintah di bawah kepemimpinan Trump untuk mendeportasi mahasiswa internasional yang dianggap memiliki pandangan pro-Palestina atau anti-Israel. Mahmoud, yang baru saja menyelesaikan studinya di Columbia University, menjadi target pertama dari kebijakan kontroversial tersebut. Penangkapannya memicu gelombang protes dan kecaman dari berbagai kalangan yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk penindasan terhadap kebebasan berekspresi.
Suara yang Tak Pernah Padam
Di tengah gejolak tersebut, Mahmoud Khalil tetap teguh pada pendiriannya. Ia bertekad untuk terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina. Pidato yang ia sampaikan sesaat setelah pembebasannya menjadi bukti nyata komitmennya yang tak tergoyahkan. Dengan suara lantang dan penuh emosi, ia menyatakan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral selama masa penahanannya. Pesan-pesan dukungan, kata-kata penyemangat, menjadi kekuatan yang membantunya bertahan. Namun, ia menekankan bahwa pembebasannya bukanlah akhir dari perjuangan.
"Terima kasih atas semuanya, bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk setiap harinya. Kata-kata dukungan kalian, pesan-pesan kalian telah membuat saya tetap bertahan," ungkap Mahmoud. "Tetapi, perjuangan ini masih jauh dari usai. Pemerintah AS mendanai genosida ini, dan Columbia University berinvestasi dalam genosida ini. Inilah yang saya protes. Inilah yang akan terus saya protes bersama kalian semua. Bukan hanya jika mereka mengancam saya dengan penahanan, bahkan jika mereka membunuh saya, saya akan tetap bersuara untuk Palestina."
Kritik Terhadap Kebijakan Pemerintah dan Lembaga Pendidikan
Mahmoud secara tegas mengkritik keterlibatan pemerintah AS dan bahkan institusi pendidikan terkemuka seperti Columbia University dalam apa yang ia sebut sebagai “genosida”. Pernyataan ini mencerminkan keprihatinannya yang mendalam terhadap situasi di Palestina dan peran yang dimainkan oleh kekuatan global dalam konflik tersebut. Ia melihat bahwa dukungan finansial yang diberikan oleh pemerintah AS justru memperparah situasi di lapangan. Sementara itu, keterlibatan Columbia University, tempat ia menuntut ilmu, semakin memperkuat kritiknya terhadap peran lembaga pendidikan dalam isu-isu politik global yang seringkali diabaikan.
Kembali ke Medan Perjuangan
Kini, setelah menghirup udara kebebasan, Mahmoud Khalil memiliki satu tekad: kembali ke medan perjuangan. Ia ingin melanjutkan pekerjaannya dalam mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina – sebuah pekerjaan yang menurutnya seharusnya dirayakan, bukan dihukum. Kepulangannya bukan sekadar reuni dengan istri dan keluarganya, tetapi juga sebuah pernyataan yang kuat, sebuah sinyal bagi mereka yang mendukung perjuangan Palestina bahwa suara mereka masih dibutuhkan, dan perjuangan mereka masih jauh dari kata selesai. Kisah Mahmoud Khalil menjadi simbol perlawanan, sebuah bukti bahwa tekad dan kebenaran mampu mengatasi penindasan dan ketidakadilan. Ia berdiri sebagai representasi dari generasi muda yang berani bersuara untuk keadilan dan perdamaian, meskipun menghadapi risiko yang sangat besar. Perjuangannya menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kebebasan berbicara dan dukungan yang berkelanjutan bagi mereka yang memperjuangkan hak asasi manusia di seluruh dunia.