Kenaikan Harga Minyak Mentah: Permintaan Meningkat dan Risiko Timur Tengah Mereda
Kenaikan Harga Minyak Mentah: Permintaan Meningkat dan Risiko Timur Tengah Mereda
Permintaan Meningkat di Musim Panas
Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada hari Kamis, didorong oleh penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama musim berkendara musim panas. Meskipun kekhawatiran akan risiko pasokan dari Timur Tengah mereda, sebagian keuntungan sempat terimbangi. Harga minyak mentah Brent ditutup dengan kenaikan 5 sen (0,07%), mencapai $67,73 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 32 sen (0,49%), mencapai $65,24 per barel. Kedua patokan harga tersebut naik hampir 1% pada hari Rabu, pulih dari kerugian pada awal pekan setelah data menunjukkan permintaan yang kuat di Amerika Serikat. Harga minyak mentah Brent diperdagangkan di bawah harga penutupan $69,36 pada 12 Juni, sehari sebelum Israel memulai serangan udara terhadap Iran. Musim berkendara di Amerika Serikat memang dimulai dengan lambat, namun kini mulai mendorong permintaan, menurut analis ANZ. "Pasar mulai mencerna fakta bahwa persediaan minyak mentah tiba-tiba menjadi sangat ketat," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Penurunan Persediaan Minyak Mentah AS
Persediaan minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat turun pada pekan yang berakhir pada 20 Juni, karena aktivitas penyulingan dan permintaan meningkat, menurut laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu. Persediaan minyak mentah turun sebesar 5,8 juta barel, melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 797.000 barel.
Pelemahan Dolar AS Mendukung Kenaikan Harga
Selain itu, indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya, turun ke level terendah tiga tahun. Hal ini didorong oleh laporan bahwa Presiden Donald Trump berencana untuk memilih ketua Federal Reserve berikutnya lebih cepat. Laporan ini memicu spekulasi baru tentang penurunan suku bunga AS. Pelemahan dolar membuat minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.
Risiko Pasokan Timur Tengah Mereda
Namun, tanda-tanda meredanya risiko pasokan dari Timur Tengah sebagian mengimbangi keuntungan tersebut. Sesaat sebelum pasar minyak ditutup pada hari Kamis, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa hasil perang Israel dengan Iran menghadirkan peluang perdamaian yang tidak boleh disia-siakan oleh negaranya. Trump memuji berakhirnya perang antara Iran dan Israel dengan cepat dan mengatakan Washington kemungkinan akan meminta komitmen dari Teheran untuk mengakhiri ambisi nuklirnya dalam pembicaraan dengan pejabat Iran pekan depan. Trump juga mengatakan pada hari Rabu bahwa AS tetap mempertahankan tekanan maksimum terhadap Iran – termasuk pembatasan penjualan minyak Iran – tetapi memberi sinyal potensi pelonggaran penegakan untuk membantu negara tersebut membangun kembali. “(Dorongan cepat untuk gencatan senjata menunjukkan bahwa Presiden Trump tetap sensitif terhadap harga minyak yang tinggi, menurut pandangan kami, berpotensi membatasi premi risiko geopolitik meskipun konflik mungkin masih berlangsung,” kata Citi dalam sebuah catatan pada hari Kamis. Pernyataan ini menunjukkan adanya pertimbangan terhadap implikasi harga minyak dalam keputusan politik.
Analisis Pasar dan Prospek Ke Depan
Secara keseluruhan, pasar minyak mentah menunjukkan dinamika yang kompleks. Meningkatnya permintaan domestik di AS, khususnya selama musim panas, menjadi pendorong utama kenaikan harga. Penurunan persediaan minyak mentah AS juga berkontribusi pada tren ini. Namun, faktor geopolitik, khususnya situasi di Timur Tengah, tetap menjadi variabel penting yang dapat memengaruhi harga minyak mentah. Pelemahan dolar AS juga memberikan dukungan tambahan terhadap kenaikan harga. Perkembangan selanjutnya terkait konflik Israel-Iran dan kebijakan AS terhadap Iran akan terus dipantau dengan cermat oleh para pelaku pasar untuk menilai dampaknya terhadap harga minyak mentah di masa mendatang. Perlu diperhatikan pula, bahwa meskipun risiko geopolitik tampak mereda untuk sementara, potensi eskalasi konflik di masa depan masih tetap ada dan dapat menimbulkan volatilitas harga minyak. Ke depan, dinamika antara permintaan yang meningkat, pasokan yang ketat, dan faktor geopolitik akan terus membentuk pergerakan harga minyak mentah di pasar global. Pemantauan terhadap data ekonomi makro, terutama di AS dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya, juga akan menjadi kunci dalam memprediksi arah pergerakan harga minyak mentah.