Kenaikan Upah Minimum dan Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga di Turki
Kenaikan Upah Minimum dan Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga di Turki
Turki tengah menghadapi dilema antara pengendalian inflasi dan tekanan ekonomi. Kenaikan upah minimum yang lebih rendah dari ekspektasi telah memicu spekulasi akan pemotongan suku bunga oleh bank sentral Turki. Keputusan ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mencapai target disinflasi, meski berisiko meningkatkan tekanan harga.
Kenaikan Upah Minimum yang Lebih Rendah dari Ekspektasi
Pemerintah Turki mengumumkan kenaikan upah minimum sebesar 30% untuk tahun 2025, menjadi 22.104 Lira Turki (sekitar $627). Angka ini jauh lebih rendah dari tuntutan serikat pekerja yang meminta kenaikan sekitar 70%. Keputusan pemerintah ini diklaim bertujuan untuk menjaga disiplin fiskal dan melanjutkan perjuangan melawan inflasi yang telah berlangsung lama. Kenaikan ini akan berdampak pada sekitar 9 juta pekerja di Turki.
Dampak terhadap Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga
Para ekonom menilai kenaikan upah minimum yang lebih rendah dari perkiraan meningkatkan ekspektasi akan pemotongan suku bunga oleh bank sentral Turki. Hal ini diyakini akan memberikan ruang gerak bagi bank sentral untuk memulai pelonggaran kebijakan moneter. Filiz Eryilmaz, kepala ekonom di ALB Yatirim, bahkan merevisi perkiraannya dari pemotongan 150 basis poin menjadi 200 basis poin, dan tidak akan terkejut jika pemotongan mencapai 250 basis poin.
Hasil jajak pendapat Reuters yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan bahwa bank sentral diperkirakan akan memulai siklus pelonggaran setelah delapan bulan mempertahankan kebijakan suku bunga yang stabil. Sebelum pengumuman kenaikan upah minimum, para ekonom memperkirakan pemotongan suku bunga pertama akan berada di kisaran 150-250 basis poin dari suku bunga acuan saat ini sebesar 50%.
Haluk Burumcekci, mitra pendiri Burumcekci Consulting, menambahkan bahwa kenaikan upah minimum yang lebih rendah dari ekspektasi diperkirakan hanya akan berdampak kurang dari 1 poin pada Indeks Harga Konsumen (IHK). Menurutnya, hal ini memudahkan bank sentral untuk memulai pemotongan suku bunga. Berdasarkan penelitian bank sentral sebelumnya, kenaikan upah minimum sebesar satu persen berkontribusi 0,06 hingga 0,2 poin terhadap inflasi. Kenaikan upah minimum kali ini, yang diperkirakan berdampak pada inflasi antara 1,8 hingga 6 poin, sebagian besar telah diperhitungkan dalam perkiraan inflasi akhir tahun sebesar 21%.
Inflasi Turki dan Kebijakan Moneter
Inflasi di Turki telah menurun menjadi 47,09% pada November, turun dari puncak tahunan 75% pada Mei. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal yang ketat. Namun, penurunan tersebut lebih lambat dari perkiraan bank sentral sebelumnya. Bank sentral akan mengumumkan keputusan suku bunga pada hari Kamis pukul 11.00 GMT.
Analisis dan Pertimbangan
Meskipun penurunan inflasi menunjukkan kemajuan, tekanan untuk mempertahankan stabilitas ekonomi tetap tinggi. Kenaikan upah minimum, meskipun lebih rendah dari ekspektasi, tetap berpotensi mendorong inflasi. Keputusan bank sentral untuk memangkas suku bunga akan menjadi langkah yang penuh pertimbangan, menimbang dampaknya terhadap inflasi dan stabilitas ekonomi jangka panjang. Sebuah kebijakan yang tepat perlu mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi untuk menghindari potensi gejolak ekonomi di masa mendatang. Pemotongan suku bunga yang terlalu agresif berisiko memicu kembali inflasi yang telah dikendalikan dengan susah payah. Di sisi lain, keengganan untuk memangkas suku bunga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, bank sentral dihadapkan pada tantangan untuk menemukan titik keseimbangan yang tepat dalam kebijakan moneternya. Pengambilan keputusan ini akan sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi Turki dan kepercayaan investor baik domestik maupun internasional. Perkembangan selanjutnya perlu terus dipantau untuk memahami dampak penuh dari kebijakan ini terhadap ekonomi Turki.