Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Mengguncang Pasar Global
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Mengguncang Pasar Global
Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada Jumat lalu telah memicu gelombang ketakutan di pasar global. Kekhawatiran akan keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut semakin memperparah situasi, mengakibatkan penurunan tajam di berbagai indeks saham dan lonjakan harga minyak pada hari Kamis, meskipun Wall Street tutup karena libur nasional.
Dampak terhadap Indeks Saham dan Harga Minyak
Indeks DAX Jerman, sebagai barometer utama bursa saham Jerman, mengalami penurunan hingga 0.9 persen, mencapai 23.118 poin. EuroStoxx50 juga ikut tergelincir sebesar 0.7 persen. Kyle Rodda dari Capital.com menyatakan bahwa investor merasa cemas dan tidak pasti. Keterlibatan AS, menurutnya, akan meningkatkan risiko konflik regional yang lebih besar, berdampak pada pasokan energi global dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Ketakutan akan gangguan pasokan energi menjadi pendorong utama penurunan ini. Harga minyak mentah Brent dan WTI melonjak lebih dari satu persen, mencapai puncaknya di $77.66 dan $76.29 per barel. Meskipun sempat mereda setelah utusan Rusia, Kirill Dmitriev, menyatakan kemungkinan kerja sama antara Rusia, AS, dan Arab Saudi untuk menstabilkan pasar minyak, harga minyak tetap menunjukkan kenaikan lebih dari sebelas persen sejak serangan Israel dimulai. Produksi minyak Iran yang mencapai 3,3 juta barel per hari, sebagai produsen terbesar ketiga OPEC, serta potensi terganggunya jalur pelayaran di Selat Hormuz—jalur utama pengiriman sekitar 19 juta barel minyak per hari—menjadi faktor utama kekhawatiran ini. Helima Croft dari RBC Capital bahkan memperingatkan potensi serangan langsung terhadap tanker dan infrastruktur energi jika AS turut campur.
Dolar AS Menguat sebagai Aset Aman
Di pasar mata uang, investor berbondong-bondong menuju dolar AS, yang kembali menjadi aset aman di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Indeks dolar AS naik 0.3 persen, mencapai titik tertinggi satu minggu terakhir di angka 99.1570 poin, sementara euro melemah 0.3 persen menjadi $1.1449.
Keputusan suku bunga The Federal Reserve (Fed) pada Rabu malam sebelumnya hampir tidak berpengaruh pada pasar. Fed mempertahankan target pengurangan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada tahun 2025, sesuai dengan proyeksi mereka pada bulan Maret. Suku bunga acuan tetap berada di kisaran 4,25 hingga 4,50 persen. Eckhard Schulte dari MainSky Asset Management menjelaskan bahwa ketidakpastian inflasi yang tinggi, terutama karena kebijakan tarif Presiden Donald Trump, membuat Fed tetap bertahan. Elmar Völker dari LBBW menambahkan bahwa eskalasi militer di Timur Tengah berpotensi memperburuk dilema pertumbuhan-inflasi yang dihadapi Fed, sehingga perubahan sikap dari strategi wait-and-see masih belum terlihat.
Keputusan Suku Bunga Bank Sentral Lainnya
Selain keputusan Fed, pasar juga memperhatikan keputusan suku bunga dari Swiss National Bank (SNB) yang merespon penurunan inflasi dengan pemotongan suku bunga keenam berturut-turut, menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 0.25 poin persentase menjadi 0.00 persen. Sementara itu, Bank Sentral Norwegia mengejutkan pasar dengan pelonggaran moneter, meskipun banyak ahli memperkirakan pemotongan baru akan terjadi di kuartal berikutnya. Hal ini didorong oleh penurunan inflasi inti (tidak termasuk harga energi) yang lebih tajam dari perkiraan, menjadi 2,8 persen. Nilai Krone Norwegia melemah terhadap dolar AS setelah keputusan tersebut.
Pergerakan Saham Perusahaan
Di pasar saham Jerman, saham-saham perusahaan pertahanan melonjak. Rheinmetall memimpin kenaikan di DAX dengan peningkatan 1,7 persen. Sebaliknya, Zalando mengalami tekanan kembali, melanjutkan penurunannya dengan kerugian 3,8 persen.
Kesimpulannya, eskalasi konflik di Timur Tengah menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar global. Keterlibatan potensial AS, potensi gangguan pasokan minyak, dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor utama yang mendorong volatilitas pasar saham dan mata uang. Keputusan suku bunga bank sentral di berbagai negara juga ikut memengaruhi dinamika pasar, meskipun pengaruhnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan dampak geopolitik yang sedang terjadi. Perkembangan selanjutnya di Timur Tengah akan terus menjadi fokus utama bagi investor di seluruh dunia.