Ketegangan Meningkat: Israel dan Dilema Serangan terhadap Fasilitas Nuklir Fordow
Ketegangan Meningkat: Israel dan Dilema Serangan terhadap Fasilitas Nuklir Fordow
Tegangnya hubungan antara Israel dan Iran mencapai titik kritis. Laporan terbaru mengindikasikan bahwa Israel semakin dekat untuk melancarkan serangan tunggal terhadap fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Fordow, jantung program nuklir Iran. Situasi ini diperumit oleh perbedaan pendapat yang tajam di dalam pemerintahan Trump mengenai keterlibatan Amerika Serikat.
Desakan Israel untuk Aksi Cepat
Informasi dari dua sumber anonim yang dekat dengan situasi ini mengungkapkan bahwa pejabat Israel telah menghubungi pemerintahan Trump, mendesak tindakan segera terhadap Fordow. Mereka menolak tenggat waktu dua minggu yang diajukan Presiden Trump untuk menentukan keterlibatan AS dalam konflik tersebut. Dalam sebuah panggilan telepon yang digambarkan sebagai tegang, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Katz, dan Kepala Staf Eyal Zamir menyampaikan kekhawatiran mereka. Mereka menganggap jendela kesempatan untuk menyerang Fordow sangat terbatas.
Sumber-sumber tersebut menekankan bahwa fasilitas Fordow, yang tertanam dalam gunung, membutuhkan daya ledak yang luar biasa untuk dihancurkan. Hanya Amerika Serikat yang memiliki bom penetrasi bunker yang cukup kuat untuk mencapai target tersebut. Laporan sebelumnya dari Reuters menguatkan kemungkinan keterlibatan AS, dengan menyebutkan pemindahan pembom B-2 ke Guam. Pembom B-2 mampu membawa GBU-57 Massive Ordnance Penetrator, bom seberat 30.000 pon yang dirancang untuk menghancurkan target bawah tanah.
Perpecahan di Pemerintahan Trump
Namun, di Washington, terdapat perbedaan pendapat yang signifikan. Wakil Presiden JD Vance menentang keterlibatan langsung AS, memperingatkan bahwa Israel mungkin akan menyeret Amerika ke dalam perang. Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga turut serta dalam panggilan telepon tersebut. Perbedaan pendapat ini mencerminkan perpecahan yang lebih luas di dalam basis pendukung Trump, dengan beberapa anggota mendesak agar AS tidak terlibat dalam perang baru di Timur Tengah.
Meskipun Vance secara konsisten mengkritik keterlibatan AS dalam konflik sebelumnya, ia kini membela Trump dari kritik dari sesama Republikan yang menyerukan agar pemerintahan tetap keluar dari konflik Iran. Sebaliknya, Senator Lindsey Graham, sekutu Trump, berharap presiden akan membantu Israel menghancurkan program nuklir Iran. Trump sendiri tampaknya terpecah antara bergabung dalam serangan Israel atau fokus pada upaya diplomatik. Meskipun pernah berjanji untuk menjaga AS keluar dari perang asing, retorika Trump belakangan ini semakin agresif terhadap Iran.
Kemungkinan Serangan Tunggal Israel: Strategi dan Tantangan
Meskipun Netanyahu secara terbuka belum mengesampingkan serangan tunggal terhadap Fordow, detail operasional masih belum diungkapkan. Namun, empat sumber menyebutkan kemungkinan serangan solo Israel semakin besar. Keunggulan udara Israel atas sebagian besar wilayah Iran membuat operasi ini lebih memungkinkan, meskipun tetap berisiko. Salah satu sumber menambahkan bahwa Israel merasa memiliki momentum dan waktu yang terbatas mengingat biaya perang.
Strategi serangan masih belum jelas, apakah akan melibatkan pemboman, pasukan darat, atau keduanya. Dua sumber menyatakan bahwa Israel mungkin tidak berupaya menghancurkan seluruh situs, melainkan hanya merusak sebagian signifikan. Ini bisa berarti menargetkan isi situs daripada bangunan itu sendiri. Beberapa analis berspekulasi tentang kemungkinan penggunaan pasukan khusus untuk menyusup dan meledakkan situs dari dalam. Skenario lain yang dipertimbangkan adalah menjatuhkan serangkaian amunisi secara cepat untuk menembus situs tersebut, mirip dengan pembunuhan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah tahun lalu, yang mungkin diikuti oleh serangan pasukan khusus.
Namun, kemampuan Israel untuk menembus fasilitas yang sangat terbentengi masih dipertanyakan. Banyak yang percaya bahwa intervensi AS sangat dibutuhkan untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Bahkan dengan kekuatan gabungan AS-Israel, para ahli militer dan nuklir memperkirakan bahwa operasi militer kemungkinan hanya akan menunda sementara program nuklir Iran, yang dikhawatirkan Barat diarahkan untuk menghasilkan bom atom suatu hari nanti, meskipun Iran menyangkalnya. Iran sendiri secara konsisten menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
Kesimpulan: Jalan Menuju Konflik?
Situasi di Timur Tengah semakin menegang. Keputusan Israel untuk bertindak sendiri atau menunggu keterlibatan AS akan menentukan eskalasi konflik di masa depan. Dampak dari setiap keputusan akan sangat besar, baik bagi stabilitas regional maupun bagi dinamika geopolitik global. Perkembangan lebih lanjut sangat dinantikan dan akan menentukan nasib fasilitas Fordow dan masa depan hubungan Israel-Iran.