Kisah Pisky: Bekas Desa Soviet yang Hancur dan Harapan akan Kompensasi

Kisah Pisky: Bekas Desa Soviet yang Hancur dan Harapan akan Kompensasi

Kenangan yang Tersisa dari Sebuah Desa

Pisky, sebuah desa di Ukraina timur peninggalan era Soviet, kini hanya menyisakan puing-puing bangunan dan kenangan pahit. Perang yang berkecamuk sejak 2014, yang kemudian memuncak dengan invasi Rusia pada tahun 2022, telah merenggut segalanya. Ribuan penduduk telah mengungsi sejak konflik pecah, meninggalkan rumah dan kehidupan mereka di balik tumpukan reruntuhan. Hanya segelintir jiwa yang nekat kembali, bukan untuk membangun kembali kehidupan, namun untuk mendokumentasikan kerusakan yang terjadi, sebuah upaya untuk mengklaim kompensasi dari pihak berwenang Rusia yang kini menguasai wilayah tersebut.

Kesaksian dari Bekas Penduduk

Maria Seryogova, salah satu mantan penduduk Pisky, menceritakan pengalamannya kembali ke desa yang dulu ia kenal. “Sungguh mengerikan,” katanya, “Ini pertama kalinya saya kembali ke sini dalam 11 tahun. Menakutkan melihat semua ini. Saya tidak percaya semuanya akan dipulihkan. Lebih mudah untuk merobohkan semuanya dan membangun kembali dari awal. Tapi ada harapan bahwa kami tidak akan ditinggalkan, bahwa kami akan dibantu. Dulu ada banyak penduduk, dan sekarang semuanya kehilangan tempat tinggal. Beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki anak atau cucu.” Rasa pilu terpancar dari setiap kata yang diucapkannya. Ia menambahkan, "Semua orang ingin kembali. Jadi, kami mengambil foto dan merekam video, bahkan dari reruntuhan ini. Orang-orang menangis, tetapi mereka ingin melihat apa yang terjadi di sini."

Yekaterina Tkachenko, mantan penduduk Pisky lainnya, mengungkapkan pesimismenya. “Saya tidak berpikir akan ada perjanjian damai,” ujarnya. “Bagaimana mereka bisa mencapai kesepakatan? Kerusakannya begitu besar. Saya tidak tahu siapa yang akan memperbaikinya, siapa yang akan bertanggung jawab.” Keraguan dan keputusasaan jelas tersirat dalam suaranya, menggambarkan kepiluan yang mendalam atas hancurnya desa yang pernah menjadi rumah bagi mereka.

Sejarah Konflik dan Jatuhnya Pisky

Konflik di Ukraina timur memang dimulai sejak 2014, jauh sebelum invasi Rusia yang lebih besar pada tahun 2022. Pisky menjadi salah satu medan pertempuran terberat di awal konflik, beberapa kali berpindah tangan antara pihak-pihak yang bertikai. Desa yang dulunya dihuni oleh beberapa ribu penduduk, jumlahnya menyusut drastis menjadi hanya sekitar selusin jiwa di tengah gempuran perang. Pada Agustus 2022, tentara Rusia dan pasukan yang didukung Moskow akhirnya menguasai Pisky, meninggalkan desa tersebut tanpa penghuni sama sekali.

Harapan akan Kompensasi dan Masa Depan yang Tak Pasti

Para mantan penduduk Pisky, seperti Maria dan Yekaterina, memegang secercah harapan untuk mendapatkan kompensasi dari pemerintah Rusia atas kerugian yang mereka alami. Foto-foto dan video reruntuhan yang mereka dokumentasikan menjadi bukti nyata kerusakan yang terjadi dan dasar klaim mereka. Namun, harapan tersebut masih jauh dari kepastian. Jalan menuju perdamaian dan rekonsiliasi masih terbentang panjang dan penuh tantangan. Perjanjian damai masih menjadi impian yang sulit diwujudkan di tengah kerusakan yang begitu parah dan trauma mendalam yang dialami para korban konflik.

Lebih dari Sekadar Reruntuhan: Sebuah Cerita Kemanusiaan

Kisah Pisky lebih dari sekadar laporan kerusakan fisik. Ini adalah cerita tentang kehilangan, ketahanan, dan harapan yang tipis di tengah kepiluan. Ini adalah cerminan dari dampak perang yang menghancurkan kehidupan manusia dan komunitas, meninggalkan luka yang mendalam dan masa depan yang tak menentu. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya perdamaian, keadilan, dan tanggung jawab internasional dalam menghadapi konflik bersenjata. Reruntuhan Pisky bukan hanya simbol dari kehancuran fisik, tetapi juga simbol dari kehilangan yang tak terukur dan harapan akan keadilan yang masih harus diperjuangkan. Nasib para mantan penduduk Pisky, dan desa-desa lain yang mengalami nasib serupa, menjadi pengingat akan betapa mahalnya harga perang dan pentingnya upaya perdamaian.