Konflik Israel-Iran: Eskalasi Perang dan Jalan Buntu Diplomasi

Konflik Israel-Iran: Eskalasi Perang dan Jalan Buntu Diplomasi

Eskalasi Militer dan Korban Jiwa

Konflik antara Israel dan Iran memasuki babak baru yang mencekam. Israel mengklaim telah membunuh komandan senior Garda Revolusi Iran, Saeed Izadi, dalam serangan udara di kota Qom. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut pembunuhan Izadi sebagai "capaian besar bagi intelijen dan Angkatan Udara Israel". Katz menuduh Izadi mendanai dan mempersenjatai Hamas sebelum serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza. Serangan Israel ini bukan hanya menarget Izadi. Garda Revolusi Iran melaporkan lima anggotanya tewas dalam serangan di Khorramabad, meski mereka tidak menyebutkan Izadi yang sebelumnya masuk dalam daftar sanksi AS dan Inggris.

Laporan awal dari media Iran menyebutkan serangan di sebuah bangunan di Qom mengakibatkan satu korban jiwa berusia 16 tahun dan dua orang luka-luka. Angka korban jiwa di Iran akibat serangan Israel sejak 13 Juni telah mencapai setidaknya 430 orang tewas dan 3.500 luka-luka menurut Nour News, media pemerintah Iran yang mengutip Kementerian Kesehatan. Di sisi lain, otoritas Israel melaporkan 24 warga sipil tewas akibat serangan rudal Iran, menjadikan konflik ini sebagai pertempuran terburuk antara kedua negara musuh bebuyutan tersebut.

Israel bersikukuh bahwa Iran berada di ambang pengembangan senjata nuklir, sementara Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Meskipun Israel secara luas dianggap memiliki senjata nuklir, negara tersebut tidak pernah mengkonfirmasi atau menyangkalnya. Laporan dari Human Rights Activists News Agency, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di AS, bahkan menyebutkan angka korban jiwa di Iran lebih tinggi, yaitu 639 orang, termasuk kalangan militer tingkat tinggi dan ilmuwan nuklir. Israel juga mengklaim telah membunuh komandan Garda Revolusi lainnya, Benham Shariyari, dalam serangan terpisah. Nour News menyebutkan 15 perwira dan prajurit pertahanan udara tewas dalam konflik tersebut. Menteri Kesehatan Iran, Mohammadreza Zafarqandi, menuduh Israel menyerang tiga rumah sakit, menewaskan dua petugas kesehatan dan seorang anak, serta menargetkan enam ambulans. Pihak militer Israel membantah menargetkan warga sipil dan menyatakan hanya menyerang target militer, meskipun mengakui kemungkinan kerusakan jaminan di beberapa insiden. Sebagai balasan, rudal Iran menghantam sebuah rumah sakit di kota Beersheba, Israel selatan.

Kebuntuan Diplomasi dan Reaksi Internasional

Di tengah eskalasi militer, upaya diplomasi tampaknya menemui jalan buntu. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan bahwa agresi Israel, yang menurutnya menunjukkan keterlibatan AS, harus dihentikan agar Iran dapat "kembali ke diplomasi". Ia menegaskan ketidakmungkinan bernegosiasi dengan AS selama rakyatnya berada di bawah serangan yang didukung AS. Pertemuan Araqchi dengan menteri luar negeri Eropa di Jenewa untuk mencari jalan kembali ke diplomasi juga belum membuahkan hasil signifikan.

Presiden Donald Trump (dalam konteks berita ini) menyatakan akan membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk memutuskan apakah AS akan ikut campur dalam konflik di pihak Israel, memberikan waktu untuk melihat apakah "orang-orang akan kembali sadar". Trump juga memperkirakan Iran akan memiliki senjata nuklir dalam beberapa minggu atau bulan, menekankan perlunya mencegah hal tersebut. Meskipun demikian, Trump meragukan negosiator dapat mengamankan gencatan senjata karena menurutnya Iran ingin berbicara langsung dengan AS, bukan Eropa. Ia juga menyatakan kecil kemungkinan akan menekan Israel untuk mengurangi serangan udara agar negosiasi dapat berlanjut, karena menurutnya Israel sedang "menang".

Turki, Rusia, dan China menyerukan de-eskalasi segera. Presiden Turki Tayyip Erdogan berpendapat bahwa serangan Israel terhadap Iran menjelang putaran baru pembicaraan nuklir dengan AS bertujuan untuk menyabotase negosiasi dan menunjukkan bahwa Israel tidak ingin menyelesaikan masalah melalui diplomasi.

Posisi Iran dan Strategi ke Depan

Seorang pejabat senior Iran memberi tahu Reuters bahwa Iran siap membahas pembatasan pengayaan uranium, tetapi akan menolak proposal apa pun yang melarang pengayaan uranium sepenuhnya, terutama selama serangan Israel berlangsung. Serangan terhadap fasilitas nuklir Isfahan, salah satu yang terbesar di negara itu, juga dilaporkan oleh Fars News Agency, tetapi tidak ada laporan kebocoran bahan berbahaya. Ali Shamkhani, sekutu dekat pemimpin tertinggi Iran, juga melaporkan selamat dari serangan Israel.

Eskalasi konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik dan dampaknya pada stabilitas regional serta upaya internasional untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Kebuntuan diplomasi dan sikap tegas kedua belah pihak semakin memperumit pencarian solusi damai. Serangan-serangan balasan dan ancaman saling balas dendam terus meningkatkan tensi, membayangi prospek perdamaian dalam waktu dekat. Intersepsi rudal di atas Tel Aviv menunjukkan kesiapan kedua pihak untuk melanjutkan pertempuran, memperburuk situasi yang sudah rawan.