Konflik Suriah dan Kepentingan Strategis Israel: Solidaritas Druze dan Ancaman Islamis
Konflik Suriah dan Kepentingan Strategis Israel: Solidaritas Druze dan Ancaman Islamis
Konflik yang terjadi di Suriah belakangan ini telah menimbulkan dampak yang signifikan, tidak hanya bagi negara tersebut sendiri, tetapi juga bagi negara-negara tetangga, termasuk Israel. Lebih dari 100 warga Druze Suriah, sebagian besar merupakan pejuang, dilaporkan tewas dalam bentrokan mematikan dengan kelompok Islamis di negara tersebut beberapa minggu terakhir. Kejadian ini telah memicu seruan dari komunitas Druze di Israel agar pemerintah memberikan perlindungan kepada saudara-saudara mereka di seberang perbatasan.
Ikatan Kuat Druze-Israel: Sebuah Hubungan Strategis
Anwer Amer, walikota kota Druze di Israel utara, menggambarkan ikatan kuat yang telah terjalin antara komunitas Druze di Israel dengan negara tersebut. "Komunitas Druze di Israel telah menjalin ikatan yang kuat dengan negara ini dan dengan rakyat Yahudi. Kami berjuang bersama mereka di semua garis depan, dan kami akan melindungi negara kami dan rakyat Yahudi," tegasnya. "Saya berharap negara saya dan rakyat Yahudi akan membalas semua yang telah kami lakukan dan membela saudara-saudara kami di Suriah." Pernyataan ini mencerminkan loyalitas dan komitmen komunitas Druze di Israel terhadap negara yang telah menjadi rumah mereka. Sebagai minoritas Arab, mereka telah menunjukkan patriotisme yang tak tergoyahkan, dengan kaum lelakinya bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Kehadiran mereka dalam IDF menjadi bukti nyata integrasi dan solidaritas yang terjalin antara komunitas Druze dan negara Israel. Sekitar 120.000 warga Druze di Israel berperan penting dalam struktur sosial dan keamanan negara tersebut.
Intervensi Israel: Antara Solidaritas dan Kepentingan Keamanan Nasional
Solidaritas dengan komunitas Druze di Suriah bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong keterlibatan Israel dalam konflik tersebut. Israel juga memandang kelompok-kelompok Islamis di Suriah sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya. Kekhawatiran semakin meningkat dengan potensi pengaruh Turki, sekutu kelompok-kelompok Islamis tersebut, di perbatasan Israel. Video yang dirilis oleh militer Israel pada awal Mei, yang konon memperlihatkan pasukan Israel merawat warga Druze yang terluka akibat kekerasan sektarian di Suriah selatan, serta serangan udara di berbagai wilayah Suriah, menunjukkan skala keterlibatan Israel. Meskipun Reuters belum dapat memverifikasi tanggal dan lokasi kejadian dalam video tersebut, namun hal ini menegaskan komitmen Israel untuk melindungi komunitas Druze dan mencegah ekspansi pengaruh kelompok-kelompok Islamis. Peringatan yang dilontarkan Israel kepada pemerintah Suriah yang baru –yang didominasi kelompok-kelompok Islamis— pada tanggal 2 Mei lalu, menekankan dukungan Israel terhadap minoritas Druze di Suriah.
Perspektif Keamanan: Pelajaran dari Serangan Hamas dan Pencegahan Ancaman yang Lebih Besar
Sarit Zehavi, pendiri organisasi riset dan pengajaran keamanan di Galilea, menekankan pentingnya melindungi komunitas Druze sebagai kepentingan strategis Israel. Ia menuturkan, "Membangun hubungan dengan komunitas Druze di Suriah yang tinggal hanya beberapa puluh kilometer dari perbatasan dapat membantu memastikan bahwa monster Islamis tidak tumbuh di dekat perbatasan kita." Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya pendekatan proaktif untuk mencegah pertumbuhan kekuatan kelompok-kelompok Islamis di perbatasan, dengan mengambil pelajaran dari serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober yang lalu. Hubungan yang baik dengan komunitas Druze di Suriah dapat menjadi mata dan telinga di lapangan, memberikan informasi penting untuk mencegah potensi ancaman di masa depan. Keterlibatan Israel bukan hanya soal solidaritas kemanusiaan, tetapi juga strategi pencegahan ancaman yang lebih besar terhadap keamanan nasional.
Respon Suriah dan Perubahan Kebijakan AS
Suriah telah menuduh Israel melakukan eskalasi berbahaya dan menolak segala bentuk intervensi asing. Namun, pemerintah Suriah tampaknya mulai membuat beberapa konsesi untuk meredakan ketegangan dengan komunitas Druze, termasuk menunjuk seorang menteri kabinet dari komunitas Druze dan merekrut pasukan keamanan setempat, alih-alih mendatangkan mereka dari daerah lain. Langkah-langkah ini menunjukkan upaya pemerintah Suriah untuk meredam sentimen anti-pemerintah di antara komunitas Druze. Sementara itu, perubahan signifikan terjadi dalam kebijakan AS terhadap Suriah. Presiden Donald Trump mengumumkan pencabutan sanksi lama terhadap Suriah, meskipun ada kekhawatiran dari Israel. Keputusan ini berpotensi memengaruhi dinamika konflik di Suriah dan implikasinya terhadap kepentingan Israel.
Kesimpulannya, konflik di Suriah telah memaksa Israel untuk mempertimbangkan kembali strategi kebijakan luar negerinya. Keputusan untuk melindungi komunitas Druze dan mencegah ekspansi pengaruh kelompok-kelompok Islamis merupakan perpaduan antara solidaritas dan kepentingan keamanan nasional. Hubungan yang kompleks dan dinamis antara Israel, komunitas Druze di Suriah dan Israel, dan aktor-aktor regional lainnya akan terus membentuk lanskap politik dan keamanan di wilayah tersebut.