Krisis Energi di Transnistria: Akibat Perang dan Politik
Krisis Energi di Transnistria: Akibat Perang dan Politik
Krisis Gas Membekukan Transnistria
Lebih dari 51.000 rumah tangga dan 1.500 gedung apartemen di Transnistria, enklave separatis pro-Rusia di Moldova, kehilangan akses gas dan pemanasan di musim dingin. Krisis ini terjadi setelah Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit gas dengan Rusia pada minggu lalu. Selama beberapa dekade, Transnistria, wilayah separatis berbahasa Rusia di perbatasan Ukraina, telah menerima pasokan gas Rusia melalui Ukraina. Gas ini tidak hanya untuk pemanasan rumah tangga, tetapi juga untuk pembangkit listrik yang memasok 80% kebutuhan energi Moldova. Namun, pasokan gas terputus bersamaan dengan aliran gas ke Eropa tengah dan timur pada awal tahun baru, setelah Kyiv menolak memperpanjang kesepakatan transit yang bertahan selama hampir tiga tahun perang antara Rusia dan Ukraina.
Pemerintah Transnistria melaporkan melalui Telegram bahwa sebanyak 122 permukiman terputus pasokan gas pada Senin pagi, dan hanya sedikit pasokan yang dialirkan ke beberapa apartemen untuk keperluan memasak. Pihak berwenang memerintahkan penutupan sekolah setelah liburan musim dingin, dengan setidaknya 131 sekolah dan 147 taman kanak-kanak yang kekurangan pemanas. Presiden pemerintahan wilayah, Vadim Krasnoselsky, menyatakan dalam siaran televisi bahwa tidak ada satu pun orang di Transnistria yang bertanggung jawab atas situasi ini, dan semuanya disebabkan oleh faktor eksternal.
Peran Ukraina dan Rusia dalam Krisis
Gas yang dialirkan melalui Ukraina selama ini menjadi jalur utama Rusia untuk mendukung wilayah separatis ini. Transnistria memisahkan diri dari pemerintahan pusat Moldova dalam perang singkat tahun 1992 dan hingga kini masih menjadi tempat berdirinya 1.500 tentara Rusia. Moldova, yang memiliki pemerintahan pro-Barat dan bertujuan bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, menuduh Moskow berupaya merusak kemerdekaannya, termasuk dengan memanipulasi para separatis—tuduhan yang dibantah oleh Rusia.
Sejak pasokan gas Rusia terhenti di awal tahun baru, Moldova memenuhi kebutuhan energinya dengan mengimpor sekitar 60% dari kebutuhan energinya dari negara tetangga, Rumania. Moldova menyatakan telah menawarkan bantuan pasokan gas kepada para separatis. Namun, Krasnoselsky menyebut laporan tentang tawaran bantuan tersebut sebagai "kebohongan" dan mengatakan tujuan Moldova adalah untuk "mencekik" enklave tersebut. Ia menegaskan bahwa tidak ada tawaran bantuan dari Moldova atau negara lain. Ia mendesak penduduk untuk menggunakan kayu bakar sebagai alternatif.
Perseteruan Hutang dan Tuduhan Politik
Pemerintah Moldova menyalahkan krisis energi ini pada raksasa ekspor gas Rusia, Gazprom, yang dikatakan menolak memasok gas kontrak ke Moldova melalui rute alternatif. Gazprom menyatakan akan menangguhkan ekspor ke Moldova pada tanggal 1 Januari karena utang Moldova yang belum dibayar, yang menurut Moskow mencapai $709 juta. Moldova membantah angka tersebut dan menyatakan jumlah utang hanya sebesar $8,6 juta. Perbedaan angka yang signifikan ini semakin memperkeruh situasi dan menunjukkan adanya perebutan narasi politik di balik krisis energi ini.
Dampak Krisis dan Prospek Masa Depan
Krisis energi ini berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Transnistria. Penutupan sekolah dan kekurangan pemanasan menimbulkan kekhawatiran akan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama anak-anak. Situasi ini juga meningkatkan ketegangan politik antara Moldova dan Rusia, serta antara Moldova dan wilayah separatis Transnistria. Ketidakpastian pasokan energi di masa mendatang menimbulkan tantangan besar bagi Transnistria dan Moldova. Peran komunitas internasional dalam menyelesaikan konflik dan menyediakan bantuan kemanusiaan menjadi sangat penting dalam mengatasi krisis ini dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Penyelesaian perbedaan angka hutang antara Moldova dan Gazprom juga menjadi kunci untuk membuka jalur pasokan gas alternatif dan mengakhiri penderitaan masyarakat Transnistria. Perundingan yang melibatkan semua pihak yang terkait sangat krusial untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan bagi krisis ini. Ke depannya, diversifikasi sumber energi dan peningkatan kemandirian energi menjadi hal yang mendesak bagi Moldova dan Transnistria untuk mencegah terulangnya krisis serupa di masa mendatang.