Krisis Energi di Transnistria: Dampak Putusnya Pasokan Gas Rusia

Krisis Energi di Transnistria: Dampak Putusnya Pasokan Gas Rusia

Putusnya Arus Gas dan Dampaknya terhadap Transnistria

Wilayah separatis Transnistria di Moldova menghadapi pemadaman listrik bergilir yang berkelanjutan, menyusul terhentinya pasokan gas alam dari Rusia. Keputusan Ukraina untuk tidak memperpanjang kontrak transit gas Rusia menjadi pemicu utama krisis ini. Aliran gas Rusia melalui Ukraina menuju Eropa tengah dan timur terhenti pada 1 Januari setelah berakhirnya perjanjian transit antara kedua negara yang sedang berkonflik. Kyiv secara tegas menolak untuk melanjutkan kerjasama dengan Moskow dalam hal ini.

Pemadaman listrik bergilir pertama mulai diberlakukan pada Jumat malam. Wilayah yang mayoritas penduduknya berbahasa Rusia ini, yang terletak di sepanjang perbatasan Moldova-Ukraina dan memisahkan diri dari Moldova pada tahun 1990-an, sebelumnya mengandalkan pasokan gas Rusia melalui Ukraina untuk menghasilkan listrik. Saluran berita resmi pemerintah Transnistria di Telegram mengumumkan bahwa pasokan listrik akan dipotong selama tiga jam, antara pukul 14.00 dan 17.00 waktu setempat (12.00 dan 15.00 GMT) di banyak distrik.

Presiden Transnistria yang menamakan dirinya sendiri, Vadim Krasnoselsky, sebelumnya telah memperingatkan bahwa pemadaman listrik tidak dapat dihindari. Ia menyatakan bahwa wilayah tersebut memiliki cadangan gas yang cukup untuk 10 hari penggunaan terbatas di wilayah utara, dan dua kali lipatnya di wilayah selatan. Namun, ia tidak menjelaskan rencana pengadaan pasokan setelah cadangan tersebut habis. Pada hari Sabtu, Krasnoselsky mengumumkan melalui Telegram bahwa pemadaman listrik kemungkinan akan diperpanjang menjadi empat jam pada hari Minggu.

Tuduhan Penggunaan Gas sebagai Senjata dan Perselisihan Hutang

Rusia membantah menggunakan gas sebagai senjata untuk memaksa Moldova, dan menyalahkan Kyiv atas penolakan untuk memperbarui kesepakatan transit gas. Moldova sendiri mendapatkan sekitar 60% kebutuhan gasnya dari Rumania dan memproduksi sisanya. Namun, pemadaman listrik di Transnistria menjadi masalah besar bagi Moldova, karena wilayah tersebut memiliki pembangkit listrik yang memasok sebagian besar listrik untuk wilayah-wilayah yang dikendalikan pemerintah Moldova dengan harga tetap dan rendah.

Perdana Menteri Moldova, Dorin Recean, menyatakan pada hari Jumat bahwa negaranya menghadapi krisis keamanan setelah Transnistria memberlakukan pemadaman bergilir. Namun, ia juga mengatakan bahwa pemerintah Chisinau telah mempersiapkan alternatif, dengan menggabungkan produksi domestik dan impor listrik dari Rumania. Moldova menyatakan bahwa Gazprom, perusahaan gas raksasa Rusia, sebenarnya dapat memasok gas dengan melewati Ukraina, tetapi telah sengaja memilih untuk tidak melakukannya.

Bahkan sebelum penghentian pasokan melalui Ukraina, Gazprom telah mengumumkan pada tanggal 28 Desember bahwa mereka akan menangguhkan ekspor ke Moldova pada tanggal 1 Januari karena apa yang disebut Rusia sebagai utang Moldova yang belum dibayar sebesar $709 juta. Moldova membantah angka tersebut dan menyatakan jumlahnya hanya $8,6 juta.

Implikasi Geopolitik dan Tantangan bagi Moldova

Situasi ini memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Krisis energi di Transnistria memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Rusia, Ukraina, dan Moldova. Pemadaman listrik yang meluas berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari penduduk Transnistria, mengakibatkan gangguan ekonomi dan sosial. Kemampuan Moldova untuk mengatasi krisis ini akan menjadi ujian besar bagi stabilitas dan kemandirian energinya.

Keengganan Rusia untuk memasok gas secara langsung ke Moldova, meskipun tersedia jalur alternatif, menimbulkan pertanyaan serius tentang motif sebenarnya di balik tindakan Moskow. Pernyataan Rusia yang menyalahkan Ukraina atas penghentian pasokan gas, sementara Moldova menegaskan bahwa Gazprom memiliki kemampuan untuk menghindari transit melalui Ukraina, menunjukkan kompleksitas dan kecurigaan yang mendasari konflik ini.

Upaya Moldova untuk mencari sumber energi alternatif dan menjamin keamanan energinya akan menjadi langkah krusial dalam menghadapi ancaman dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh krisis ini. Integrasi lebih lanjut dengan negara-negara Eropa untuk diversifikasi pasokan energi kemungkinan besar akan menjadi fokus utama pemerintah Moldova di masa mendatang. Peristiwa ini juga menunjukkan betapa rentannya negara-negara kecil terhadap manipulasi politik dan ekonomi dari negara-negara yang lebih besar.