Kurva Yield Treasury: Risiko Fiskal, Politik, dan Dampaknya pada Pasar Obligasi
Kurva Yield Treasury: Risiko Fiskal, Politik, dan Dampaknya pada Pasar Obligasi
Kurva yield Treasury, yang mencerminkan perbedaan antara imbal hasil obligasi jangka pendek dan jangka panjang, tengah menghadapi tekanan signifikan. Investor mulai menuntut kompensasi yang lebih tinggi untuk menanggung risiko fiskal dan politik yang meningkat, terutama di tengah tekanan yang diberikan oleh pemerintahan Trump terhadap Federal Reserve (The Fed). Kritik terus-menerus dari Presiden Trump terhadap The Fed dan Ketua Jerome Powell karena tidak menurunkan suku bunga, serta upayanya untuk mengubah komposisi dewan pengambilan keputusan, telah menggerogoti kepercayaan investor terhadap otoritas lembaga tersebut.
Kurva Yield yang Menerjal: Tanda-Tanda Kekhawatiran
Kurva yield yang menerjal, di mana suku bunga jangka panjang naik lebih cepat daripada suku bunga jangka pendek, seringkali menjadi refleksi dari kekhawatiran akan meningkatnya inflasi dan defisit AS yang lebih besar. Salah satu strategi perdagangan yang populer tahun ini, khususnya pada kurva yield 5-tahun/30-tahun, adalah membeli obligasi jangka pendek dan menjual obligasi 30-tahun. Hal ini menunjukkan antisipasi akan kenaikan suku bunga jangka panjang yang lebih signifikan dibandingkan dengan jangka pendek.
Gareth Nicholson, Chief Investment Officer dan Head of Discretionary Portfolio Management di Nomura, mengungkapkan pandangannya dalam Reuters Global Markets Forum. Ia menyarankan untuk tetap waspada dan fleksibel dalam hal durasi investasi, serta memperlakukan dolar dan obligasi jangka panjang sebagai "penyerap guncangan" pertama jika kebijakan dipengaruhi oleh politik. Keraguan terhadap independensi The Fed mulai memengaruhi imbal hasil jangka panjang, meskipun pasar masih secara bersyarat mempercayai bank sentral tersebut.
Defisit AS yang terus-menerus dan penerbitan obligasi yang besar telah menekan obligasi Treasury jangka panjang, bahkan ketika imbal hasil jangka pendek memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed yang lebih agresif. Imbal hasil obligasi 2-tahun, yang biasanya bergerak seiring dengan ekspektasi suku bunga The Fed, turun menjadi 3,51% pada hari Selasa setelah mencapai 3,578%, sementara imbal hasil obligasi 10-tahun berada di 4,03%, turun dalam beberapa pekan terakhir karena data ketenagakerjaan yang lebih lemah memicu spekulasi tentang pelonggaran kebijakan.
Nicholson memperkirakan imbal hasil jangka pendek akan turun ke kisaran 2% tinggi jika kelemahan pasar tenaga kerja berlanjut, dengan imbal hasil jangka panjang tetap berada di kisaran 3%-4%. Ia memperkirakan adanya sedikit penajaman kurva pada awal 2026 karena pelonggaran moneter diimbangi oleh dinamika penawaran.
Kekhawatiran Inflasi dan Fiskal
Stephen Parker, Co-Head of Global Investment Strategy di JPMorgan Private Bank, berpendapat bahwa investor tidak mendapatkan kompensasi yang memadai untuk inflasi dan kekhawatiran fiskal, dengan ujung panjang kurva Treasury paling sensitif terhadap risiko tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan Mike Wilson, Chief Investment Officer Morgan Stanley, yang menyatakan bahwa pembuat kebijakan kemungkinan akan berupaya menekan imbal hasil bahkan dengan risiko memicu kembali inflasi. Kondisi ini, menurut Wilson, menyebabkan investor meninggalkan utang berdaulat dan memilih untuk membeli saham dan aset lainnya. Namun, ia memperkirakan imbal hasil jangka panjang akan menurun dalam jangka pendek karena penerbitan wesel, pembelian kembali Treasury, dan retorika The Fed menekan suku bunga lebih rendah.
Alternatif Investasi: Kredit Swasta
Dengan menurunnya daya tarik Treasury, manajer dana obligasi memperkirakan kredit swasta akan semakin mengisi celah imbal hasil dan diversifikasi. Nicholson dari Nomura menyoroti peluang dalam pasar sekunder, infrastruktur, energi terbarukan, dan real estat yang berfokus pada logistik. Parker dari JPMorgan mencatat fundamental sektor korporasi tetap kuat, dengan spread yang hanya tampak ketat karena dinamika pasar Treasury yang terdistorsi. Ia menekankan preferensi untuk fokus pada carry over long duration.
Kesimpulannya, ketidakpastian politik, defisit fiskal, dan tekanan terhadap The Fed telah menciptakan lingkungan investasi yang kompleks. Investor harus mempertimbangkan dengan cermat risiko dan peluang yang ada, dengan mempertimbangkan diversifikasi portofolio dan strategi yang tepat untuk menghadapi dinamika pasar yang berubah-ubah. Kredit swasta muncul sebagai alternatif yang menarik, namun tetap penting untuk melakukan due diligence yang menyeluruh sebelum melakukan investasi.