Lonjakan Harga Kopi Arabika: Kekurangan Pasokan dan Antisipasi Panen
Lonjakan Harga Kopi Arabika: Kekurangan Pasokan dan Antisipasi Panen
Lonjakan harga kopi arabika terus berlanjut, mencapai rekor tertinggi mendekati $4 per pon di bursa ICE. Hal ini didorong oleh pasokan yang sangat terbatas dan kekhawatiran terhadap prospek panen mendatang. Kenaikan harga ini berdampak signifikan pada pasar global, mengingat kopi arabika merupakan standar harga transaksi di seluruh dunia.
Rekor Tertinggi dan Spekulasi Pasar
Pada awal perdagangan, harga kopi arabika di New York mencapai rekor tertinggi sepanjang masa yaitu $3.7685 per pon, meningkat lebih dari 15% sejak awal tahun. Penutupan pasar menunjukkan angka $3.734 per pon, naik 1.9%. Para pedagang menyatakan bahwa data bursa menunjukkan bahwa pemanggang kopi besar seperti Nestle dan JDE Peet's masih kekurangan pasokan dan masih perlu melakukan pembelian dalam jumlah besar. Kondisi ini diperparah oleh sentimen spekulatif yang optimis terhadap harga kopi di masa mendatang.
Krisis Pasokan di Brazil: Dampak Kekeringan
Kekurangan pasokan yang signifikan terutama berasal dari Brazil, produsen arabika terbesar dunia yang menyumbang hampir setengah dari produksi global. Kekeringan parah tahun lalu telah merusak perkiraan panen mendatang. Trishul Mandana, direktur pelaksana Volcafe, salah satu pedagang kopi terbesar di dunia, menjelaskan bahwa "intinya adalah pasokan turun jauh lebih cepat daripada permintaan. Sederhana saja."
Mandana menambahkan, "Ketatnya pasokan di Brazil dan perbedaan harga saat ini memberi tahu kita kisah sebenarnya tentang panen 24/25 - dan yang pasti akan segera menyebabkan hilangnya sertifikasi (stok arabika bersertifikat di ICE). Dan situasinya bisa menjadi kacau dengan cepat." Stok arabika bersertifikat telah berkurang drastis dalam beberapa hari terakhir, turun hampir 100.000 karung menjadi sekitar 900.000 karung.
Meskipun sempat ada harapan bahwa situasi di Brazil untuk panen baru mungkin tidak seburuk yang dikhawatirkan sebelumnya, berkat hujan dalam beberapa bulan terakhir, namun perkiraan cuaca terbaru kembali menimbulkan kekhawatiran. "Curah hujan di bawah rata-rata di beberapa wilayah (Brazil) telah kembali memicu kekhawatiran," kata Icona Cafe dalam sebuah laporan, mengutip perkiraan cuaca kering yang lebih lama dan peningkatan suhu di daerah penghasil kopi utama selama beberapa minggu ke depan.
Robusta Ikut Terdampak: Vietnam dan Perayaan Tahun Baru Imlek
Situasi kekurangan pasokan juga terjadi pada kopi robusta, meskipun dapat dipertukarkan dengan arabika, robusta umumnya digunakan untuk membuat kopi instan daripada campuran panggang dan giling. Harga kopi robusta naik 2,2% menjadi $5.734 per ton metrik, hampir mencapai rekor tertinggi untuk kontrak tersebut. Petani di Vietnam, produsen robusta terbesar di dunia, menahan penjualan dengan antisipasi kenaikan harga lebih lanjut. Di sisi lain, perlambatan tajam dalam perdagangan dan pengiriman diperkirakan terjadi pada akhir Januari karena perayaan Tahun Baru Imlek.
Pergerakan Komoditas Lainnya
Sementara harga kopi melonjak, komoditas lunak lainnya menunjukkan pergerakan yang berbeda. Harga kakao di New York turun 4,6% menjadi $11.207 per ton, sedangkan kakao di London turun 3,5% menjadi 8.817 pound per ton. Harga gula mentah hampir tidak berubah pada 19,47 sen per pon, sementara gula putih stabil pada $522,70 per ton.
Kesimpulan: Prospek Harga Kopi di Masa Mendatang
Lonjakan harga kopi arabika yang signifikan ini mencerminkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan yang semakin tajam. Kekeringan di Brazil, sebagai produsen utama, telah memainkan peran kunci dalam krisis pasokan ini. Dengan stok yang menipis dan kekhawatiran akan cuaca yang terus berlanjut, para analis memperkirakan harga kopi akan tetap tinggi, setidaknya dalam jangka pendek. Perilaku petani di Vietnam yang menahan penjualan robusta juga turut memperumit situasi dan berpotensi mendorong harga lebih tinggi lagi. Ketidakpastian iklim dan dinamika pasar global akan menjadi faktor penentu utama pergerakan harga kopi di masa mendatang. Para pemanggang kopi dan konsumen perlu bersiap menghadapi potensi kenaikan harga kopi yang lebih lanjut.