Lonjakan Harga Minyak Mentah Akibat Serangan Drone Ukraina

Lonjakan Harga Minyak Mentah Akibat Serangan Drone Ukraina

Serangan drone Ukraina terhadap terminal ekspor bahan bakar Rusia di dekat Leningrad pada Minggu lalu telah memicu lonjakan harga minyak mentah pada hari Senin. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober di NYMEX melonjak $1,25, mencapai $64,90 per barel pada siang hari waktu Timur. Kontrak WTI untuk pengiriman November juga naik $1,20, diperdagangkan pada $64,45 per barel. Tren serupa terlihat pada patokan minyak mentah Brent, dengan kontrak Oktober di ICE naik $1,20 menjadi $68,95 per barel dan kontrak November naik $1,15 menjadi $68,35 per barel. Kenaikan ini menandai sesi keempat berturut-turut di mana kedua patokan minyak mentah ini mengalami peningkatan harga.

Dampak Serangan Terhadap Pasar Minyak

Serangan drone yang berhasil membakar terminal ekspor bahan bakar utama di Ust-Luga, dekat perbatasan Rusia dengan Estonia, menjadi katalis utama lonjakan harga. Pihak berwenang Rusia menyatakan bahwa Ukraina berada di balik serangan ini. Insiden ini juga terjadi beriringan dengan laporan mengenai kebakaran di pembangkit nuklir di wilayah Kursk Rusia, yang juga dikaitkan dengan serangan drone Ukraina. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan lebih lanjut terhadap pasokan energi Rusia, yang sudah mengalami tekanan akibat sanksi internasional.

Peran Sanksi dan Optimisme Ekonomi

Presiden Trump sebelumnya telah memperingatkan akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia jika tidak ada kemajuan menuju kesepakatan damai dengan Ukraina. Ancaman sanksi ini menambah ketidakpastian pasar dan dapat memperburuk situasi pasokan energi global. Potensi pengurangan ekspor energi Rusia akibat sanksi tersebut turut berkontribusi pada peningkatan harga minyak mentah.

Selain faktor geopolitik, optimisme ekonomi juga berperan dalam mendorong peningkatan harga minyak. Pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada Jumat lalu, mengenai perlambatan pasar kerja AS yang dapat meredakan kekhawatiran inflasi akibat penurunan suku bunga, diinterpretasikan sebagai sinyal kemungkinan penurunan suku bunga di akhir tahun. Hal ini memicu sentimen positif di pasar dan memberikan dorongan tambahan terhadap harga minyak.

Pergerakan Harga Produk Minyak Olahan

Lonjakan harga minyak mentah juga berdampak pada pasar produk minyak olahan. Kontrak Ultra-Low Sulfur Diesel (ULSD) Oktober di NYMEX naik 4,65 sen menjadi $2,3505 per galon, sementara kontrak September naik 4,7 sen menjadi $2,3555 per galon. Kontrak Reformulated Blendstock for Oxygenate Blending (RBOB) Oktober naik 1,1 sen menjadi $2,005 per galon, sedangkan kontrak September naik 0,5 sen menjadi $2,1635 per galon. Secara umum, harga produk minyak olahan di pasar tunai AS mengikuti pergerakan harga di pasar berjangka.

Kesimpulan

Lonjakan harga minyak mentah pada hari Senin didorong oleh kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi. Serangan drone Ukraina di Rusia telah meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan energi, sementara pernyataan optimis dari Ketua Federal Reserve telah meningkatkan sentimen pasar. Kenaikan harga minyak mentah ini berdampak pula pada harga produk minyak olahan, menunjukkan interkoneksi yang kuat di antara berbagai segmen pasar energi. Ketidakpastian geopolitik yang terus berlanjut, ditambah dengan potensi sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, mengindikasikan bahwa volatilitas harga minyak kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka pendek. Perkembangan situasi di Ukraina dan tanggapan internasional akan terus menjadi faktor penentu dalam dinamika harga minyak global di masa mendatang. Penting untuk memantau perkembangan situasi ini secara ketat untuk memahami dampaknya terhadap pasar energi secara keseluruhan.