Negosiasi Nuklir Iran-AS: Jalan Panjang Menuju Kesepakatan

Negosiasi Nuklir Iran-AS: Jalan Panjang Menuju Kesepakatan

Pernyataan Optimis dari Iran

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan keyakinan akan tercapainya kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat. Pernyataan optimis ini disampaikan pada Jumat, sehari sebelum putaran kedua perundingan dengan pemerintahan Trump. Araqchi menekankan bahwa keberhasilan negosiasi bergantung pada realisme pendekatan AS. Dalam konferensi pers di Moskow setelah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Araqchi menyatakan, "Jika mereka menunjukkan keseriusan niat dan tidak mengajukan tuntutan yang tidak realistis, mencapai kesepakatan adalah mungkin." Araqchi juga menambahkan bahwa Iran telah mencatat keseriusan AS selama putaran pertama pembicaraan yang berlangsung di Oman pekan lalu.

Putaran Kedua Negosiasi di Roma

Putaran kedua perundingan dijadwalkan berlangsung pada Sabtu di Roma, difasilitasi oleh Menteri Luar Negeri Oman, Badr al-Busaidi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengonfirmasi hal tersebut. Namun, Baghaei juga menyoroti adanya perbedaan pendapat dari berbagai pejabat AS dalam beberapa hari terakhir. Ia menyatakan, "Mengingat posisi yang kontradiktif yang telah kita dengar dari berbagai pejabat AS selama beberapa hari terakhir, kami berharap pihak AS untuk pertama-tama memberikan penjelasan dalam hal ini dan menghilangkan ambiguitas serius yang telah muncul mengenai niat dan keseriusannya." Baghaei tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai ambiguitas yang dimaksud.

Konsesi dan Jaminan yang Diharapkan Iran

Seorang pejabat senior Iran mengungkapkan bahwa selama pembicaraan pekan lalu, Iran menyatakan kesediaannya untuk menerima beberapa batasan pada pengayaan uranium. Namun, Iran membutuhkan jaminan yang kuat bahwa Presiden Donald Trump tidak akan lagi membatalkan kesepakatan nuklir seperti yang terjadi sebelumnya. Trump sendiri telah mengancam akan menyerang Iran jika tidak mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya. Meskipun Iran bersikeras program nuklirnya untuk tujuan damai, Barat mencurigai program tersebut bertujuan untuk membangun bom atom.

Pandangan Trump dan Dukungan Rusia

Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan pada Jumat, Trump menyatakan, "Saya menginginkan penghentian Iran untuk memiliki senjata nuklir. Mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi hebat, makmur, dan luar biasa." Pernyataan ini menunjukkan bahwa Trump menginginkan Iran yang kuat namun tanpa senjata nuklir. Sementara itu, Rusia, yang memiliki peran penting dalam negosiasi nuklir Iran sebelumnya, menyatakan kesiapannya untuk membantu. Lavrov menegaskan bahwa Rusia "siap untuk membantu, memediasi, dan memainkan peran apa pun yang akan bermanfaat bagi Iran dan AS." Rusia, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dengan hak veto, dan juga sebagai penandatangan kesepakatan nuklir sebelumnya yang dibatalkan oleh Trump pada tahun 2018, memiliki pengaruh signifikan dalam proses negosiasi ini.

Langkah Diplomasi Iran: Moskow dan Beijing

Sebagai bagian dari upaya diplomasi, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengirimkan Araqchi ke Moskow dengan surat untuk Presiden Vladimir Putin. Surat tersebut berisi penjelasan mengenai perkembangan negosiasi. Selain itu, Araqchi juga dijadwalkan mengunjungi Beijing dalam beberapa hari mendatang, demikian dilaporkan oleh kantor berita Iran, IRNA, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Langkah-langkah diplomatik ini menunjukkan upaya Iran untuk mendapatkan dukungan internasional dalam negosiasi yang krusial ini.

Sikap AS: Mencari Solusi Damai

Menanggapi perkembangan ini, Sekretaris Negara AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa pemerintahan AS sedang mencari solusi damai dengan Iran, tetapi tidak akan pernah mentolerir pengembangan senjata nuklir oleh Iran. Pernyataan ini menggarisbawahi posisi AS yang tegas dalam mencegah Iran memiliki senjata nuklir, namun juga membuka kemungkinan solusi damai melalui negosiasi. Keberhasilan negosiasi ini bergantung pada banyak faktor, termasuk kesediaan kedua belah pihak untuk berkompromi dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Jalan menuju kesepakatan masih panjang dan penuh tantangan, tetapi upaya diplomatik terus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.