Pemangkasan Suku Bunga di China: Strategi Mengatasi Perang Dagang dan Merangsang Ekonomi

Pemangkasan Suku Bunga di China: Strategi Mengatasi Perang Dagang dan Merangsang Ekonomi

China melakukan pemangkasan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Oktober lalu. Langkah ini dilakukan bersamaan dengan penurunan biaya pinjaman oleh bank-bank besar milik negara. Pemerintah berupaya melonggarkan kebijakan moneter guna melindungi perekonomian dari dampak perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Pemangkasan suku bunga yang telah diperkirakan secara luas ini bertujuan untuk merangsang konsumsi dan pertumbuhan kredit di tengah pelemahan ekonomi, sambil tetap melindungi margin keuntungan perbankan yang menyusut.

Penurunan Suku Bunga Pinjaman Utama (LPR)

Bank Rakyat China (PBOC) mengumumkan penurunan suku bunga pinjaman utama satu tahun (LPR), yang ditentukan oleh bank-bank, sebesar 10 basis poin menjadi 3,0%. Suku bunga LPR lima tahun juga diturunkan dengan besaran yang sama menjadi 3,5%. Sebagian besar pinjaman baru dan yang ada di China didasarkan pada LPR satu tahun, sementara suku bunga lima tahun memengaruhi penetapan harga hipotek.

Pemangkasan suku bunga pinjaman ini diumumkan setelah lima bank milik negara terbesar di China mengumumkan pemotongan suku bunga deposito mereka. Bank of China, Industrial and Commercial Bank of China, Agricultural Bank of China, China Construction Bank, dan beberapa bank lainnya mengurangi suku bunga deposito antara 5 hingga 25 basis poin (bps) untuk beberapa tenor. Penurunan tersebut meliputi penurunan suku bunga deposito jangka waktu tertentu sebesar 5 bps menjadi 0,05%, penurunan suku bunga deposito satu tahun sebesar 15 bps menjadi 0,95%, dan penurunan 25 bps untuk deposito tiga tahun dan lima tahun. Penurunan suku bunga deposito ini diharapkan akan mendorong bank-bank yang lebih kecil untuk melakukan pemotongan serupa.

Langkah Antisipasi Perang Dagang dan Perbaikan Ekonomi

Pemangkasan suku bunga ini merupakan bagian dari serangkaian langkah yang diumumkan oleh Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, dan regulator keuangan lainnya sebelum pembicaraan antara China dan AS di Jenewa awal bulan ini, yang menghasilkan penurunan eskalasi perang dagang. Langkah ini diambil sebagai antisipasi atas dampak negatif perang dagang terhadap perekonomian China.

Berbagai lembaga investasi global menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China tahun ini setelah Beijing dan Washington menyepakati jeda 90 hari untuk tarif, meskipun masih ada ketidakpastian seputar negosiasi perdagangan antara China dan AS. Namun, ada kekhawatiran bahwa pencapaian target pertumbuhan "sekitar 5%" akan tetap menantang bagi Beijing kecuali jika paket stimulus yang signifikan diterapkan. Respite dalam perang dagang mungkin mengurangi tekanan pada Beijing untuk segera menerapkan stimulus dan reformasi yang diperlukan.

Data Ekonomi yang Menunjukkan Perlambatan Pertumbuhan

Data ekonomi terbaru menunjukkan pertumbuhan yang masih tidak merata dan lesu. Harga rumah baru di China tidak berubah pada April dibandingkan bulan sebelumnya, memperpanjang tren tanpa pertumbuhan hingga hampir dua tahun meskipun ada upaya para pembuat kebijakan untuk menstabilkan sektor tersebut. Sementara itu, pinjaman bank baru juga anjlok lebih dari yang diperkirakan bulan lalu. Kondisi ini semakin mempertegas perlunya intervensi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemangkasan suku bunga dan langkah-langkah pelonggaran moneter lainnya merupakan upaya pemerintah China untuk mengatasi perlambatan ekonomi dan dampak negatif perang dagang. Namun, keberhasilan upaya ini masih bergantung pada berbagai faktor, termasuk perkembangan negosiasi perdagangan antara China dan AS serta efektivitas stimulus yang diterapkan. Perlu dipantau lebih lanjut bagaimana langkah-langkah ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi China di masa mendatang, serta bagaimana dampaknya terhadap stabilitas sektor keuangan. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah China untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.