Pemilu Moldova: Rusia Diduga Intervensi, Sandu Berjanji Pertahankan Kedaulatan

Pemilu Moldova: Rusia Diduga Intervensi, Sandu Berjanji Pertahankan Kedaulatan

Pemilu presiden Moldova memasuki babak kedua pada Minggu (3 November), dengan Rusia dituduh melakukan "intervensi besar-besaran" dalam proses pemilihan. Pemilihan ini menjadi pertaruhan penting bagi pengaruh Moskow di negara yang semakin dekat dengan Uni Eropa.

Presiden petahana pro-Barat, Maia Sandu, menegaskan tekadnya untuk mempertahankan kedaulatan negara setelah mencoblos di ibukota Chisinau. "Pencuri ingin membeli suara kita, membeli negara kita. Tapi kekuatan rakyat jauh lebih besar daripada kekuatan kejahatan," tegasnya.

Di sisi lain, lawan Sandu yang pro-Moskow, Alexandr Stoianoglo, menyatakan bahwa ia memilih Moldova yang akan mengembangkan hubungan baik dengan Barat dan Timur.

Uni Eropa dengan saksama memantau jalannya pemilu, mengingat langkah Sandu membawa Moldova memasuki tahap perundingan bergabung dengan Uni Eropa pada Juni lalu. Situasi ini terjadi seminggu setelah Georgia, negara bekas Uni Soviet yang juga menargetkan keanggotaan Uni Eropa, kembali memilih partai penguasa yang dianggap semakin pro-Rusia oleh Barat.

Masa depan Moldova telah menjadi sorotan sejak Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada tahun 2022, yang bertetangga dengan Moldova di sebelah timur. Pada Minggu, penasihat keamanan nasional Sandu, Stanislav Secrieru, menulis di media sosial, menuduh Moskow melakukan intervensi dalam pemilu.

"Ini adalah upaya dengan potensi tinggi untuk mendistorsi hasil," tulis Secrieru. Ia merujuk pada laporan tentang warga Moldova yang diangkut secara terorganisir dan ilegal untuk memilih dari wilayah separatis pro-Moskow, tempat Rusia menugaskan tentara sebagai pasukan penjaga perdamaian.

Hingga saat ini, belum ada komentar langsung dari Moskow mengenai tuduhan ini. Rusia telah membantah tuduhan campur tangan dalam pemilu di masa lalu.

Pemerintah Sandu juga menuduh Ilan Shor, oligarki buron yang tinggal di Rusia, menghabiskan jutaan dolar untuk membayar pemilih agar menentang Sandu. Mereka menyatakan bahwa campur tangan tersebut mempengaruhi hasil putaran pertama pemilu pada 20 Oktober. Shor membantah melakukan kesalahan.

Pemilu Moldova yang memanas ini menjadi arena perebutan pengaruh antara Barat dan Rusia. Hasilnya akan memberikan gambaran jelas mengenai arah politik Moldova di masa depan, apakah semakin condong ke Barat atau kembali ke lingkup pengaruh Moskow.