Penguatan Rupiah: Respon terhadap Pelemahan Dolar dan Strategi Bank Sentral India

Penguatan Rupiah: Respon terhadap Pelemahan Dolar dan Strategi Bank Sentral India

Pelemahan Dolar AS dan Pengaruhnya terhadap Rupiah

Rupiah Indonesia mencatatkan penguatan pada hari Selasa, mengikuti tren regional dan penurunan indeks dolar AS ke level terendah tiga tahun. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai kebijakan fiskal dan perdagangan Amerika Serikat. Pelemahan dolar AS ini menjadi angin segar bagi mata uang-mata uang di Asia, termasuk Rupiah. Kekhawatiran akan defisit fiskal AS yang besar dan ketidakpastian seputar kesepakatan perdagangan dengan negara-negara utama menjadi faktor utama penyebab penurunan indeks dolar. Kondisi ini memberikan ruang bagi Rupiah untuk menguat, setelah sebelumnya mencapai titik terendah sepanjang sejarah di angka 87,95 per dolar AS pada bulan Februari. Sejak saat itu, Rupiah berhasil pulih sekitar 2,5%.

Peran Bank Sentral India (RBI) dalam Menstabilkan Rupiah

Data yang dirilis setelah jam bursa pada hari Senin menunjukkan bahwa posisi forward valuta asing (valas) Bank Sentral India (RBI) menyusut menjadi US$65,2 miliar pada akhir Mei, turun dari US$72,6 miliar pada bulan sebelumnya. Data ini dirilis dengan selisih satu bulan. Posisi dolar pendek agregat RBI dalam forward dan futures valas telah mencapai rekor pada bulan Februari di tengah intervensi penjualan dolar oleh bank sentral untuk mendukung Rupiah. Penyusutan posisi dolar pendek ini sebagian besar disebabkan oleh jatuh temponya swap tenor dekat – senilai sekitar US$7,4 miliar dalam jangka waktu hingga 1 bulan pada bulan April.

B. Prasanna, kepala perbendaharaan di ICICI Bank, menjelaskan bahwa RBI telah meningkatkan posisi dolar pendek dalam buku forward-nya selama periode volatilitas Rupiah. Namun, RBI juga secara oportunistik telah melakukan beberapa posisi tersebut dan membiarkan beberapa posisi lainnya jatuh tempo. Strategi ini menunjukkan pendekatan yang lebih terukur dan adaptif dari RBI dalam mengelola posisi valas, menghindari intervensi yang terlalu agresif dan berpotensi mengganggu pasar.

Ketidakpastian Kebijakan AS dan Dampaknya pada Pasar Valas

Pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada hari Senin yang memperingatkan kemungkinan kenaikan tarif secara signifikan menjelang tenggat waktu 9 Juli, menambah ketidakpastian di pasar valas global. Hal ini semakin memperkuat tekanan terhadap dolar AS. Sementara itu, Gedung Putih menyatakan bahwa pembaruan mengenai kesepakatan perdagangan dengan India diharapkan "segera". Ketidakpastian ini menciptakan lingkungan yang fluktuatif bagi mata uang global, dan memberikan kesempatan bagi Rupiah untuk memperkuat posisinya.

Penguatan Rupiah: Prospek ke Depan

Pada pukul 10:20 waktu India, Rupiah menguat 0,2% menjadi 85,59 per dolar AS. Penguatan ini menunjukkan kepercayaan terhadap ekonomi India dan juga respon positif terhadap pelemahan dolar AS. Namun, penting untuk diingat bahwa prospek Rupiah masih bergantung pada berbagai faktor, termasuk perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter RBI, dan perkembangan hubungan perdagangan antara India dan AS. Ketidakpastian politik dan ekonomi global tetap menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai. Meskipun penguatan saat ini menunjukkan tren positif, stabilitas Rupiah masih perlu dipantau secara cermat.

Penguatan Rupiah ini menunjukkan interaksi kompleks antara kebijakan moneter domestik, dinamika pasar valas global, dan sentimen investor terhadap ekonomi AS dan India. Strategi RBI yang lebih terukur dalam mengelola posisi valas, dikombinasikan dengan pelemahan dolar AS akibat ketidakpastian kebijakan AS, telah berkontribusi signifikan terhadap penguatan Rupiah. Meskipun demikian, perlu tetap berhati-hati dan memantau perkembangan lebih lanjut untuk melihat apakah tren positif ini akan berkelanjutan. Ke depannya, analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor makro ekonomi dan gejolak geopolitik akan sangat penting untuk memprediksi pergerakan Rupiah.