Pengumuman PHK Capai Level Tertinggi Sejak Pandemi Covid-19

Pengumuman PHK Capai Level Tertinggi Sejak Pandemi Covid-19

Tren PHK di Amerika Serikat

Perusahaan konsultan Challenger, Gray & Christmas, melaporkan bahwa pengumuman pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat tahun ini telah mencapai level tertinggi sejak tahun 2020, tepat ketika pandemi Covid-19 melumpuhkan ekonomi negara tersebut. Hingga akhir November, perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS telah mengumumkan rencana untuk menghapus hampir 1,2 juta pekerjaan.

Angka ini menandai momen penting, menjadi yang keenam kalinya sejak tahun 1993 pengumuman PHK hingga bulan November melampaui angka 1,1 juta. Terakhir kali kejadian serupa terjadi adalah pada tahun 2020, ketika rencana PHK mencapai total 2,3 juta pada periode yang sama. Pada bulan November saja, perusahaan-perusahaan di AS mengumumkan 71.321 PHK, menurut laporan Challenger.

Analisis Angka PHK November

Meskipun jumlah ini lebih rendah dari angka PHK yang diumumkan pada bulan Oktober, namun lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan total tertinggi untuk bulan November sejak tahun 2022. Mengingat fluktuasi musiman dalam perekrutan, para ekonom dan analis cenderung memberikan perhatian lebih pada data dari bulan yang sama di tahun-tahun sebelumnya, bukan hanya perubahan dari bulan ke bulan.

Andy Challenger, chief revenue officer Challenger, menyatakan bahwa pengumuman PHK selama bulan November "telah meningkat di atas 70.000 hanya dua kali sejak 2008: pada tahun 2022 dan 2008." Pernyataan ini menyoroti signifikansi angka PHK November tahun ini dalam konteks historis.

Sektor yang Terdampak PHK

Beberapa industri yang paling terpukul oleh PHK bulan lalu termasuk teknologi, perusahaan makanan, dan perusahaan telekomunikasi. Verizon, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di negara itu, mengumumkan rencana untuk memangkas 13.000 pekerjaan pada bulan November. PHK di sektor teknologi terus menjadi perhatian, mencerminkan perubahan dalam permintaan konsumen dan strategi bisnis.

Signifikansi Laporan Challenger di Tengah Kekosongan Data

Biasanya, laporan Challenger memiliki bobot yang relatif kecil di antara pelaku pasar dan ekonom karena hanya melacak PHK yang diumumkan secara publik, yang sebagian besar belum terjadi. Selain itu, meskipun pengumuman dibuat oleh perusahaan yang berbasis di AS, Challenger memasukkan pemangkasan pekerjaan di luar negeri dalam penghitungannya untuk perusahaan multinasional.

Namun, laporan ini muncul di tengah kekosongan data historis yang disebabkan oleh penutupan pemerintahan, yang menyebabkan cuti bagi karyawan di banyak badan statistik pemerintah federal yang mengumpulkan dan menerbitkan data ekonomi. Laporan Challenger adalah salah satu dari sedikit titik data yang tersedia saat ini untuk pasar, pembuat undang-undang, dan bank sentral. Laporan ketenagakerjaan berikutnya dari Biro Statistik Tenaga Kerja tidak akan dirilis hingga 16 Desember.

Data Tambahan dan Dampak pada Bisnis Kecil

Data Challenger juga muncul sehari setelah ADP melaporkan bahwa daftar gaji pemberi kerja swasta mengalami kontraksi bersih sebesar 32.000 pekerjaan pada bulan November. Bisnis kecil sangat terpukul, kehilangan 120.000 pekerjaan, menurut ADP. Data lain yang dirilis pada hari Kamis, klaim pengangguran awal mingguan, sedikit lebih baik dari yang diharapkan tidak lama setelah laporan Challenger.

Penjelasan Pemerintah dan Pandangan ke Depan

Pada hari Rabu, Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan kepada CNBC bahwa angka dalam laporan suram ADP tidak disebabkan oleh agenda tarif pemerintah yang luas, tetapi oleh penutupan pemerintah baru-baru ini dan deportasi imigran ilegal baru-baru ini. Lutnick mengatakan data pekerjaan akan "seimbang kembali" di masa depan, dan bahwa "tahun depan, angkanya akan fantastis."

Namun, tren yang lebih luas dalam ekonomi tidak luput dari perhatian pemerintahan Trump, yang telah mengambil langkah-langkah dalam beberapa minggu terakhir untuk membatalkan beberapa tarif pada barang-barang makanan. Inflasi telah meningkat setiap bulan sejak April, ketika Trump meluncurkan tarif timbal balik globalnya. Situasi ini menciptakan lanskap ekonomi yang kompleks dengan berbagai faktor yang saling memengaruhi. Dampak jangka panjang dari PHK, kebijakan perdagangan, dan faktor ekonomi lainnya masih harus dilihat.