Penurunan Inflasi Indonesia Dorong Kenaikan IHSG, Sementara Pasar Asia Lainnya Beragam

Penurunan Inflasi Indonesia Dorong Kenaikan IHSG, Sementara Pasar Asia Lainnya Beragam

Inflasi Indonesia Turun di Bawah Ekspektasi

Indeks harga saham gabungan (IHSG) Indonesia melonjak hingga 3,7% pada hari Senin, didorong oleh penurunan laju inflasi di bulan Februari. Data resmi menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini turun 0,09% secara tahunan, jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di kisaran 0,76% pada bulan sebelumnya. Penurunan inflasi ini memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia. Nilai tukar Rupiah juga menguat sekitar 0,4% terhadap dolar Amerika Serikat, mencapai level 16,510. Meskipun demikian, Rupiah masih menjadi mata uang dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini, mengalami penurunan sekitar 2,7%. Bank Indonesia (BI) bahkan melakukan intervensi di pasar valuta asing setelah Rupiah menyentuh level terendah lima tahun pada hari Jumat.

Ketidakpastian Dana Kekayaan Negara dan Tata Kelola Perusahaan Mempengaruhi Pasar

Analis mata uang senior di MUFG Bank, Lloyd Chan, menyebutkan bahwa ketidakpastian seputar Dana Kekayaan Negara (SWF) Indonesia, Danantara, dan tata kelola perusahaan turut memengaruhi pasar Indonesia, termasuk nilai tukar Rupiah. Peluncuran resmi Danantara senilai $20 miliar oleh Presiden Prabowo Subianto pada tanggal 24 Februari bertujuan untuk mendorong pembangunan dan mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Namun, kurangnya kejelasan mengenai kepastian dana dan mandat investasi telah membuat investor was-was dan menyebabkan penarikan dana dari pasar ekuitas Indonesia dalam beberapa minggu terakhir.

Pasar Asia Lainnya Menunggu Keputusan Tarif AS

Di sisi lain, sebagian besar mata uang di pasar Asia berkembang cenderung lesu menjelang tenggat waktu penerapan tarif impor Amerika Serikat terhadap Kanada dan Meksiko yang akan berlaku mulai Selasa. Peso Filipina dan dolar Singapura naik sedikit, masing-masing 0,1%, sementara Rupiah India naik sekitar 0.3%. Lloyd Chan menyatakan kekhawatiran bank sentral di Asia berkembang mengenai cakupan dan besarnya tarif yang akan diberlakukan. Ia memperkirakan paruh kedua tahun ini akan memberikan ruang lebih bagi bank sentral Asia untuk menurunkan suku bunga, memberikan dukungan yang lebih besar bagi pertumbuhan, terutama ketika dampak negatif tarif mulai terasa.

Meskipun demikian, sebagian besar saham Asia berkembang justru naik menjelang keputusan tarif tersebut. Saham Singapura naik 0,4%, dan saham di Manila naik 1%. Taiwan menjadi pengecualian, dengan mata uang dolar Taiwan turun sekitar 0,3% dan indeks acuannya merosot 1,4%, terutama karena penurunan saham TSMC hingga 3,9%.

Data Inflasi dan Pergerakan Suku Bunga di Asia

Data inflasi untuk Filipina, Taiwan, dan Thailand dinantikan pekan ini. Sementara itu, bank sentral Malaysia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 3% pada hari Kamis. Pemerintah Thailand juga dikabarkan akan meminta bank-bank milik negara untuk memangkas suku bunga. Hubungan antara Filipina dan Amerika Serikat juga semakin diperkuat, menunjukkan kesepakatan dan kepentingan bersama. Pasar saham di Korea Selatan tutup karena hari libur.

Gambaran Pasar Saham dan Mata Uang Asia (0416 GMT)

Berikut ringkasan pergerakan saham dan mata uang di beberapa negara Asia:

Negara FX RIC Perubahan Harian FX (%) Perubahan YTD FX (%) Indeks Saham Perubahan Harian Saham (%) Perubahan YTD Saham (%)
Jepang <.N225> +0.11 +4.48 1.37 -4.17
China
India <.NSEI> +0.27 -1.89 0.20 -6.24
Indonesia <.JKSE> +0.41 -2.53 3.55 -8.29
Malaysia <.KLSE> +0.00 +0.18 0.04 -4.08
Filipina <.PSI> +0.05 +0.26 1.01 -7.21
Korea Selatan
Singapura <.STI> +0.13 +1.21 0.41 3.28
Taiwan <.TWII> -0.29 -0.41 -1.40 -1.32
Thailand <.SET> -0.16 +0.10 -0.62 -14.57

Data ini menunjukkan dinamika yang kompleks di pasar Asia, dengan Indonesia mengalami peningkatan signifikan berkat penurunan inflasi, sementara negara-negara lain menghadapi tantangan dari ketidakpastian global dan potensi dampak tarif AS. Perkembangan selanjutnya patut dinantikan, terutama terkait dampak tarif AS dan data inflasi di beberapa negara Asia.