Penurunan Nilai Rupiah di Tahun 2024 dan Prospek di Tahun 2025

Penurunan Nilai Rupiah di Tahun 2024 dan Prospek di Tahun 2025

Penurunan Berkelanjutan Sepanjang Tahun 2024

Rupiah Indonesia mengalami penurunan nilai selama tujuh kuartal berturut-turut di tahun 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor yang berdampak signifikan pada kuartal terakhir tahun tersebut. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat memicu penguatan dolar AS secara signifikan, menjadi salah satu tantangan utama. Di dalam negeri, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan defisit perdagangan turut memperburuk situasi. Secara keseluruhan, rupiah melemah sebesar 2,8% di tahun 2024, menutup tahun pada level 85,6150 per dolar AS. Meskipun demikian, kinerja rupiah relatif lebih baik dibandingkan mata uang Asia lainnya, yang mengalami penurunan antara 3% hingga 12% akibat penguatan dolar AS dan ketidakpastian kebijakan suku bunga Amerika Serikat.

Kuartal IV 2024: Periode Penurunan Tertajam

Hingga akhir September 2024, pelemahan rupiah masih relatif terbatas. Namun, pada kuartal terakhir, rupiah tergelincir tajam hingga hampir 2,2%, mencapai beberapa rekor terendah sepanjang masa, dengan titik terendah mencapai 85,8075 per dolar AS pada tanggal 27 Desember. Meskipun mengalami penurunan signifikan pada tiga bulan terakhir tahun 2024, rupiah tetap menjadi mata uang utama Asia yang paling stabil, tidak termasuk dolar Hong Kong yang terpatok, hal ini sebagian besar berkat intervensi rutin dua arah dari Bank Indonesia (BI).

Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Rupiah

Ketika arus masuk portofolio melonjak pada kuartal Juli-September, dampak positifnya terhadap rupiah hanya minimal. Hal ini karena BI menyerap aliran masuk dolar AS, sehingga cadangan devisa negara meningkat ke level tertinggi sepanjang masa, yaitu $704,89 miliar. Sebaliknya, BI secara rutin melakukan intervensi dengan menjual dolar AS untuk menopang rupiah ketika mata uang negara berkembang lainnya tertekan akibat ketegangan di Timur Tengah atau ketidakpastian prospek Federal Reserve. Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS pada bulan November pun membuat BI sibuk melakukan intervensi.

Tantangan Domestik dan Arus Modal Asing

Upaya BI dalam mengelola nilai tukar rupiah menghadapi tantangan pada kuartal Desember akibat perkembangan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi melambat, defisit perdagangan melebar, dan investor asing melakukan aksi jual saham di pasar Indonesia. Investor asing menarik dana sebesar $11,7 miliar dari pasar ekuitas Indonesia pada kuartal Desember, berbanding terbalik dengan aliran masuk sekitar $12 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Penurunan nilai rupiah berdampak pada cadangan devisa, yang mencerminkan upaya BI untuk mendukung mata uang nasional. Cadangan devisa Indonesia kini turun $60,5 miliar dari level tertinggi sepanjang masa.

Prospek Rupiah di Tahun 2025: Prediksi dan Faktor Penentu

Anshul Chandak, kepala treasury di RBL Bank, memprediksi pelemahan rupiah akan berlanjut di tahun 2025. Ia menilai BI mungkin akan mengubah kebijakan intervensinya karena rupiah tampaknya dinilai terlalu tinggi, ditambah dengan cadangan devisa yang telah banyak digunakan di tahun 2024. Para pelaku pasar akan mencermati potensi tarif perdagangan AS di tahun 2025, yang berpotensi menurunkan prospek mata uang negara berkembang, terutama yuan China. Trajektori pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan menjadi variabel kunci, selain perubahan potensial dalam strategi devisa BI di bawah kepemimpinan gubernur baru. Kesimpulannya, kinerja rupiah di masa depan akan sangat bergantung pada faktor-faktor global dan domestik yang saling berkaitan dan kompleks.