Penurunan Pasar Saham Wall Street: Dampak Penurunan Peringkat Kredit AS dan Kenaikan Yield Obligasi
Penurunan Pasar Saham Wall Street: Dampak Penurunan Peringkat Kredit AS dan Kenaikan Yield Obligasi
Pasar saham utama Wall Street mengalami penurunan pada hari Senin, didorong oleh penurunan saham teknologi dan lonjakan Treasury yields setelah Moody's menurunkan peringkat kredit berdaulat AS. Penurunan peringkat ini semakin menyoroti meningkatnya kekhawatiran atas utang negara Amerika Serikat yang terus membengkak.
Penurunan Peringkat Kredit AS oleh Moody's
Moody's menurunkan peringkat kredit AS menjadi "Aa1" dari "Aaa" pada akhir Jumat lalu. Keputusan ini didasarkan pada kekhawatiran akan membengkaknya utang negara sebesar $36 triliun. Penurunan ini menandai berakhirnya periode panjang, sejak tahun 1919, dimana AS mendapatkan peringkat kredit tertinggi "Aaa" dari Moody's. Meskipun bukan hal yang sepenuhnya baru, penurunan peringkat ini kembali menyoroti kekhawatiran pasar yang selama ini sudah ada.
Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird, menyatakan bahwa penurunan peringkat tersebut kembali memfokuskan perhatian pada sejumlah permasalahan yang selama ini menjadi kekhawatiran pasar. Ia juga menambahkan bahwa selain penurunan peringkat, tekanan perdagangan internasional juga berkontribusi pada volatilitas pasar.
Dampak terhadap Pasar Saham
Penurunan peringkat kredit ini berdampak signifikan terhadap pasar saham. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 222.40 poin (0.52%) menjadi 42,432.34. S&P 500 kehilangan 55.42 poin (0.93%) dan ditutup pada 5,902.96, sementara Nasdaq Composite turun 257.49 poin (1.34%) menjadi 18,953.61.
Sepuluh dari 11 sub-sektor S&P mengalami penurunan, dengan sektor barang konsumsi discretionary dan energi menjadi yang paling terdampak. Saham teknologi, yang selama ini bernilai tinggi, turut tertekan akibat kenaikan yields, yang cenderung mengurangi nilai sekarang dari keuntungan di masa depan. Tesla memimpin penurunan di antara saham-saham megacap dan saham pertumbuhan dengan penurunan sebesar 4.1%. Saham-saham chip juga mengalami penjualan besar-besaran, dengan Nvidia turun 1.4% dan indeks saham semikonduktor turun 1.9%.
Kenaikan Yield Obligasi Pemerintah AS
Yield obligasi pemerintah AS, yang bergerak berlawanan arah dengan harga, meningkat. Yield obligasi 10 tahun naik 9 basis poin menjadi 4.526%, dan yield obligasi 30 tahun mencapai 4.998%. Kenaikan yield ini semakin memperkuat tekanan pada pasar saham.
Situasi Sebelumnya dan Respon Pemerintah
Sebelum penurunan ini, S&P 500 mencatat kenaikan selama lima hari berturut-turut, ditutup dengan kenaikan yang cukup signifikan pada Jumat lalu. Kenaikan ini didorong oleh gencatan senjata sementara dalam perang tarif antara AS dan China, serta data inflasi yang terkendali. Namun, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa Presiden Trump akan mengenakan tarif sesuai dengan ancamannya bulan lalu terhadap mitra dagang yang tidak bernegosiasi dengan itikad baik.
Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa Federal Reserve mungkin hanya dapat memangkas suku bunga sebesar seperempat poin hingga akhir tahun. Sementara itu, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, menyatakan bahwa kebijakan suku bunga saat ini sudah tepat untuk menghadapi ketidakpastian prospek ekonomi.
Pergerakan Saham Individual
Beberapa saham individual juga mengalami pergerakan yang signifikan. Netflix turun hampir 1% setelah J.P.Morgan mengeluarkan saham tersebut dari daftar fokus analis AS. Di sisi lain, TXNM Energy melonjak 7.6% setelah perusahaan utilitas tersebut mengumumkan akan diakuisisi oleh unit infrastruktur Blackstone dengan nilai $11,5 miliar.
Rasio saham yang menurun lebih banyak dibandingkan yang naik, dengan rasio 5.98 banding 1 di NYSE dan 2.91 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatat tiga rekor tertinggi 52 minggu dan tidak ada rekor terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 10 rekor tertinggi dan 23 rekor terendah baru.
Peristiwa ini menunjukkan kompleksitas dan interkonektivitas pasar keuangan global, dimana faktor-faktor makro ekonomi seperti peringkat kredit, utang negara, dan kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja pasar saham. Ketidakpastian geopolitik dan perdagangan internasional semakin memperumit situasi dan meningkatkan volatilitas pasar.