Perancis dan Tantangan Orde Global: Pandangan Macron dari Singapura

Perancis dan Tantangan Orde Global: Pandangan Macron dari Singapura

Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menyampaikan pandangannya mengenai risiko utama yang dihadapi dunia saat ini, yaitu perpecahan antara dua kekuatan besar, Amerika Serikat dan Tiongkok. Pernyataan ini disampaikan selama kunjungannya ke Singapura, bertepatan dengan Dialog Shangri-La, forum pertahanan terkemuka di Asia, dan kunjungan kenegaraan selama dua hari. Macron menekankan perlunya membangun koalisi baru antara Paris dan para mitranya di kawasan Indo-Pasifik.

Kunjungan Macron ke wilayah tersebut mencerminkan upaya Prancis dan Uni Eropa untuk memperkuat ikatan ekonomi di Asia. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif global Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pidatonya, Macron menegaskan posisi Prancis: "Saya akan jelaskan, Prancis adalah teman dan sekutu Amerika Serikat, dan kami berteman, dan kami bekerja sama—meskipun terkadang kami tidak sepakat dan bersaing—dengan Tiongkok."

Namun, Macron juga memperingatkan bahaya dari pilihan yang terlalu sederhana. Ia menyatakan dengan tegas, "Anda harus memilih pihak. Jika kita melakukan itu, kita akan membunuh tatanan global, dan kita akan menghancurkan secara metodis semua lembaga yang kita ciptakan setelah Perang Dunia Kedua untuk menjaga perdamaian dan untuk memiliki kerja sama dalam kesehatan, iklim, hak asasi manusia, dan sebagainya." Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran mendalam Macron terhadap potensi disintegrasi tatanan internasional yang selama ini menjadi pilar kerjasama global.

Presiden Prancis melihat adanya kepentingan bersama antara Asia dan Eropa dalam mencegah disintegrasi tatanan global tersebut. Ia menyatakan bahwa era non-blok telah berakhir, dan saatnya bagi koalisi aksi untuk mengambil alih. "Waktu untuk non-alignment telah berlalu, tetapi waktu untuk koalisi aksi telah tiba, dan mengharuskan negara-negara yang mampu bertindak bersama memberikan setiap cara untuk melakukannya," tegas Macron.

Kunjungan Macron ke Asia, menyusul kunjungan para pemimpin Tiongkok, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan meningkatnya pentingnya strategis Asia Tenggara di tengah ketidakpastian rantai pasokan dan perdagangan global. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini menjadi pusat perhatian dunia dalam menentukan arah geopolitik masa depan.

Macron juga menyinggung dampak krisis Ukraina terhadap kredibilitas Amerika Serikat dan Eropa di kawasan Indo-Pasifik. Ia memperingatkan, "Jika Amerika Serikat dan Eropa tidak mampu menyelesaikan krisis Ukraina dalam waktu singkat, saya pikir kredibilitas AS dan Eropa untuk menyelesaikan krisis lain di wilayah ini akan sangat rendah." Pernyataan ini menyoroti betapa pentingnya penyelesaian konflik Ukraina bagi menjaga stabilitas global dan kepercayaan internasional.

Konflik di Ukraina, yang dimulai dengan invasi Rusia pada Februari 2022, telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampaknya terhadap tatanan internasional. Rusia saat ini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina, dan perang ini telah menimbulkan korban jiwa dan pengeluaran militer yang besar bagi kedua belah pihak. Macron melihat adanya potensi bahaya jika Rusia dibiarkan menguasai sebagian wilayah Ukraina tanpa konsekuensi.

Macron memperingatkan, "Jika kita menganggap bahwa Rusia dapat diizinkan untuk mengambil sebagian wilayah Ukraina tanpa batasan, tanpa kendala, tanpa reaksi dari tatanan global.... apa yang bisa terjadi di Taiwan?" Pertanyaan ini mengacu pada klaim Tiongkok atas Taiwan, yang dianggap sebagai bagian dari wilayahnya. Peningkatan tekanan militer dan politik Tiongkok terhadap Taiwan menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik regional yang lebih besar.

Kesimpulannya, pidato Macron di Singapura menyoroti kompleksitas tantangan geopolitik global saat ini. Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional, pembentukan koalisi baru, dan pencegahan disintegrasi tatanan global. Pernyataan-pernyataan Macron mencerminkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya perpecahan antara kekuatan besar, dampak konflik di Ukraina, dan potensi konflik di Selat Taiwan. Kunjungannya ke Asia menjadi bukti komitmen Prancis dalam terlibat aktif dalam membentuk masa depan kawasan Indo-Pasifik yang stabil dan damai.