Perdebatan di Federal Reserve: Kenaikan Tarif, Inflasi, dan Nasib Suku Bunga
Perdebatan di Federal Reserve: Kenaikan Tarif, Inflasi, dan Nasib Suku Bunga
Kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat kembali menjadi sorotan menyusul keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada pekan ini. Pernyataan publik pertama dari para pembuat kebijakan pasca-keputusan tersebut mengungkapkan adanya perpecahan tajam mengenai strategi yang tepat: apakah harus tetap waspada terhadap risiko inflasi atau justru mempercepat penurunan suku bunga.
Tarif dan Tekanan Inflasi: Pandangan yang Beragam
Kenaikan tarif impor diperkirakan akan mendorong inflasi sepanjang tahun ini. Sebuah laporan kebijakan moneter Federal Reserve terbaru menyimpulkan bahwa pajak impor yang lebih tinggi telah meningkatkan inflasi barang, meskipun inflasi utama, termasuk layanan, tetap lebih rendah dari yang diperkirakan dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, pandangan mengenai dampak tarif terhadap inflasi terbelah. Gubernur Fed, Christopher Waller, berpendapat bahwa risiko inflasi akibat tarif relatif kecil. Ia bahkan mendorong penurunan suku bunga pada pertemuan Juli mendatang, dengan alasan peningkatan harga baru-baru ini moderat, sementara ia melihat beberapa tanda yang mengkhawatirkan di pasar kerja, seperti tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi baru. Waller menyatakan bahwa inflasi akibat tarif tidak akan signifikan dan kebijakan moneter seharusnya tidak terlalu dipengaruhi olehnya. Ia melihat tren inflasi yang baik dan mendesak agar penurunan suku bunga dilakukan sesegera mungkin sebelum pasar kerja memburuk.
Sebaliknya, Presiden Fed Richmond, Tom Barkin, menunjukkan pandangan yang lebih hati-hati. Ia menekankan bahwa inflasi masih berada di atas target 2% Fed setelah upaya multi-tahun untuk mengendalikannya. Dengan perdebatan tarif yang belum terselesaikan dan tingkat pengangguran yang rendah (4.2%), ia tidak melihat urgensi untuk memangkas suku bunga. Barkin berpendapat bahwa belum ada alasan mendesak untuk bertindak, dan ia lebih memilih untuk mengamati perkembangan inflasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan. Ia menyatakan kenyamanan dengan posisi suku bunga saat ini dan melihat pentingnya tetap sedikit restriktif untuk mengatasi inflasi inti yang masih di atas target.
Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, menawarkan perspektif yang lebih seimbang. Ia berpendapat bahwa penurunan suku bunga pada musim gugur lebih tepat daripada Juli, kecuali jika pasar tenaga kerja melemah. Meskipun tarif dapat menyebabkan inflasi yang signifikan, Daly percaya bahwa bisnis mungkin akan menemukan cara untuk tidak membebankan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan, sehingga mengurangi dampak inflasi. Ia menekankan perlunya Fed untuk mengamati data lebih lanjut dan tidak bertindak preemptif. Daly mengakui pasar kerja yang masih solid, tetapi juga mengingatkan akan pentingnya bertindak sebelum pelemahan pasar kerja berlanjut.
Proyeksi Fed dan Perpecahan Pendapat
Proyeksi ekonomi terbaru Fed memperkirakan pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi. Meskipun proyeksi tersebut secara keseluruhan masih memperkirakan penurunan suku bunga di kemudian hari, menunjukkan keyakinan bahwa tarif akan menaikkan harga tetapi tidak secara persisten, namun terdapat perpecahan pendapat yang tajam di antara para pembuat kebijakan. Barkin menggambarkannya sebagai perpecahan "bimodal", dengan tujuh pembuat kebijakan yang melihat tidak perlu ada penurunan suku bunga tahun ini, dan delapan lainnya yang memperkirakan rata-rata dua kali penurunan suku bunga, sesuai dengan ekspektasi investor akan pengurangan seperempat poin pada pertemuan September dan Desember.
Meskipun ketiganya tidak secara spesifik mengungkapkan pandangan mereka mengenai suku bunga, komentar mereka menggarisbawahi perdebatan yang sedang berlangsung tentang seberapa serius dan persisten upaya Presiden Donald Trump untuk membentuk kembali perdagangan global akan memengaruhi harga, pekerjaan, dan pertumbuhan di bulan-bulan mendatang.
Ketua Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers pada hari Rabu, memperingatkan agar tidak terlalu menekankan pada pandangan tertentu pada saat ini, mengingat betapa volatilnya perdebatan seputar perdagangan dan masih banyaknya keputusan penting yang belum diambil. Powell akan bersaksi di Kongres pada Selasa dan Rabu pekan depan sebagai bagian dari sidang semi-tahunan rutin tentang kebijakan moneter. Sidang ini berlangsung setelah seminggu terjadi serangan dari Trump yang menuntut penurunan suku bunga, dan kekhawatiran di Wall Street tentang rencana presiden untuk Fed ketika Powell meninggalkan jabatannya pada Mei mendatang. Powell tampaknya lebih memilih untuk menunggu data lebih lanjut sebelum melanjutkan penurunan suku bunga.
Perdebatan yang terjadi di dalam Federal Reserve mencerminkan kompleksitas tantangan ekonomi saat ini, di mana tekanan inflasi akibat tarif dan kondisi pasar kerja yang beragam membutuhkan pendekatan yang cermat dan terukur dalam menentukan kebijakan moneter selanjutnya.