Pergeseran Kebijakan Moneter Global di Tahun 2024: Sebuah Tinjauan

Pergeseran Kebijakan Moneter Global di Tahun 2024: Sebuah Tinjauan

Di bulan November 2024, bank-bank sentral di negara maju dan berkembang terus melakukan pelonggaran moneter, di tengah antisipasi pasar terhadap perubahan besar dalam lanskap kebijakan global di tahun baru. Empat dari enam bank sentral yang mengawasi sepuluh mata uang paling banyak diperdagangkan dan mengadakan pertemuan di bulan November, menurunkan suku bunga acuan mereka. Bank sentral Selandia Baru dan Swedia masing-masing memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, sementara The Federal Reserve (AS) dan Bank of England masing-masing melakukan pemotongan sebesar 25 basis poin. Australia dan Norwegia memilih untuk mempertahankan suku bunga tanpa perubahan, sementara Swiss, Jepang, Kanada, dan Bank Sentral Eropa tidak mengadakan pertemuan penetapan suku bunga pada bulan tersebut.

Dampak Pemilu AS dan Ketidakpastian Global

Hasil pemilihan umum AS, yang menandai kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada 20 Januari 2025, diperkirakan akan memicu ketegangan perdagangan baru. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi AS dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah pelonggaran moneter terbaru dilakukan menjelang potensi guncangan besar bagi ekonomi global, dengan politik yang diperkirakan akan semakin tidak terduga.

James Rossiter, kepala strategi makro global di TD Securities, menyatakan bahwa ketidakpastian menjadi ciri utama tahun 2025, terutama di AS dan Eropa. Ia menambahkan bahwa bank-bank sentral harus dengan cepat beradaptasi dengan strategi mereka. Pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral G10 hingga November 2024 telah mencapai 650 basis poin, hampir menyamai total 655 basis poin di tahun 2020. Patut dicatat bahwa tidak ada pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh bank-bank sentral utama antara tahun 2021 dan 2023.

Pasar Negara Berkembang: Respon Terhadap Kebijakan Global

Di pasar negara berkembang, 12 dari 18 bank sentral dalam sampel Reuters yang mengadakan pertemuan penetapan suku bunga di bulan November menunjukkan berbagai respons. Korea Selatan, Meksiko, Afrika Selatan, dan Republik Ceko masing-masing melakukan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sementara itu, Tiongkok, Indonesia, Turki, Malaysia, Israel, Hungaria, dan Polandia mempertahankan suku bunga tanpa perubahan. Berbeda dengan negara-negara tersebut, Brasil memperpanjang siklus kenaikan suku bunganya dengan menaikkan suku bunga utama sebesar 50 basis poin.

Elijah Oliveros-Rosen, kepala ekonom pasar negara berkembang di S&P Global Ratings, berpendapat bahwa perubahan pandangan mengenai lebih sedikitnya pemotongan suku bunga dari Fed setelah pemilihan AS akan membentuk kebijakan di negara-negara berkembang. Ia memperkirakan akan ada peningkatan kehati-hatian di antara sebagian besar bank sentral negara berkembang utama, sehingga mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga pada tahun 2025. Oliveros-Rosen juga memprediksi penguatan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang di tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 2024.

Gambaran Umum Pelonggaran Moneter di Negara Berkembang

Total pemotongan suku bunga di pasar negara berkembang sejak awal tahun 2024 mencapai 1.810 basis poin melalui 46 langkah, melampaui total pelonggaran 1.765 basis poin di tahun 2022 dan 945 basis poin di tahun 2023. Sebaliknya, total kenaikan suku bunga di pasar negara berkembang hingga saat ini di tahun 2024 tercatat sebesar 1.350 basis poin. Situasi ini menunjukkan dinamika yang kompleks dan respon yang beragam dari bank sentral di negara berkembang terhadap perubahan kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter negara maju. Ketidakpastian politik global dan dampaknya terhadap ekonomi makro akan terus membentuk lanskap kebijakan moneter di tahun-tahun mendatang. Perlu dipantau secara cermat perkembangan selanjutnya untuk memahami dampak jangka panjang dari berbagai kebijakan yang telah dan akan diimplementasikan.