Perkembangan Pasar Asia: Antara Optimisme dan Ketidakpastian
Perkembangan Pasar Asia: Antara Optimisme dan Ketidakpastian
Pasar Asia diperkirakan akan mengalami peningkatan apresiasi risiko pada hari Selasa, didorong oleh sentimen positif yang berlanjut dari laporan bahwa agenda tarif Presiden terpilih AS, Donald Trump, tidak akan se-agresif yang dikhawatirkan sebelumnya. Meskipun Trump membantah laporan Washington Post tersebut, investor tampaknya lebih memilih untuk mempercayainya. Bursa saham Eropa dan global mengalami reli pada hari Senin, saham AS naik untuk hari kedua, dan dolar AS melemah terhadap mata uang negara maju dan negara berkembang.
Dampak Potensial Kebijakan Tarif Trump
Jika tarif AS secara umum lebih rendah daripada yang dijanjikan Trump selama kampanye dan hanya ditujukan pada sektor-sektor "kritis", maka prospek pertumbuhan global seharusnya membaik dan dolar AS seharusnya melemah. Secara sekilas, ini merupakan kabar baik bagi pasar Asia dan pasar negara berkembang. Namun, jika Trump tetap pada kata-katanya sebelum pemilihan dan unggahan media sosial 'Truth Social' pada hari Senin, aset berisiko akan kembali berada di bawah tekanan. Kenaikan Wall Street sedikit melemah pada akhir sesi Senin, dan penolakan Trump membuat imbal hasil Treasury tetap tinggi menjelang lelang utang minggu ini. Imbal hasil obligasi 30 tahun berada di level tertinggi dalam lebih dari setahun dan mendekati 5,00%. Hal ini akan memberikan alasan bagi investor untuk berhati-hati pada hari Selasa.
Ketidakpastian Politik Global
Selain itu, ketidakpastian politik masih berlanjut di Korea Selatan dan semakin meningkat di Kanada setelah Perdana Menteri Justin Trudeau mengumumkan pada hari Senin bahwa ia akan mengundurkan diri. Ketidakpastian politik global ini tentu saja akan mempengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan. Investor perlu mempertimbangkan faktor ini sebagai bagian dari analisis mereka.
Perkembangan Pasar Jepang: Antara Yen dan Imbal Hasil Obligasi
Di Asia, perkembangan di pasar Jepang perlu dipantau. Imbal hasil obligasi mencapai titik tertinggi multi-tahun setelah Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda memberi sinyal bahwa suku bunga akan dinaikkan lagi, tetapi yen masih berada di sekitar 160,00 per dolar. Imbal hasil Obligasi Pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun pada hari Senin mencapai 1,1350%, yang tertinggi sejak Juli 2011. Kementerian Keuangan Jepang akan melelang obligasi 10 tahun pada hari Selasa, dan baru-baru ini mengatakan akan meningkatkan jumlah obligasi lima tahun yang akan dijual di awal tahun fiskal baru. Saham Jepang, yang pekan lalu mencapai level tertinggi sejak Juli tahun lalu, merasakan tekanan dari imbal hasil JGB yang lebih tinggi. Indeks Nikkei 225 turun 1,5% pada hari Senin, penurunan terbesar sejak 13 November. Pertanyaan besarnya adalah, akankah saham Jepang pada hari Selasa mengikuti jejak yen yang lemah dan ramah ekspor, atau puncak multi-tahun dalam biaya pinjaman jangka panjang?
Tantangan di Pasar China: Mata Uang dan Inflasi
Investor di China akan kembali fokus pada imbal hasil obligasi dua tahun yang mendekati 1%, pelemahan nilai tukar, dan upaya Beijing untuk mendukung mata uang dan pasar saham di tengah penurunan imbal hasil dan tekanan deflasi yang terus-menerus. Yuan spot sekarang berada di atas 7,33 per dolar untuk pertama kalinya sejak September 2023, semakin dekat untuk menembus di bawah 7,35 per dolar yang akan menandakan level terendah baru dalam 17 tahun.
Kalender Ekonomi Asia dan Pertimbangan ke Depan
Kalender ekonomi Asia pada hari Selasa relatif sepi. Rilis utama akan berupa data inflasi dari Filipina dan Taiwan, dan cadangan devisa terbaru China. Namun, beberapa perkembangan kunci yang perlu diperhatikan untuk memberikan arah yang lebih jelas pada pasar pada hari Selasa antara lain lelang obligasi Jepang 10 tahun, cadangan devisa China (Desember), dan inflasi Taiwan (Desember).
Secara keseluruhan, pasar Asia menghadapi hari yang penuh tantangan. Meskipun sentimen positif terkait kebijakan tarif Trump memberikan angin segar, ketidakpastian politik global, pergerakan imbal hasil obligasi di Jepang, dan tekanan ekonomi di China tetap menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan arah pasar di hari-hari mendatang. Investor perlu terus memantau perkembangan tersebut dan melakukan analisis yang komprehensif sebelum mengambil keputusan investasi. Volatilitas yang tinggi diperkirakan akan terus terjadi.