Perlambatan Ekonomi China: Tantangan dan Antisipasi di Kuartal Kedua 2025
Perlambatan Ekonomi China: Tantangan dan Antisipasi di Kuartal Kedua 2025
Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat
Ekonomi China diperkirakan mengalami perlambatan di kuartal kedua tahun 2025, setelah awal tahun yang cukup solid. Teganganyang dagang dengan Amerika Serikat, ditambah tekanan deflasi, semakin memperkuat ekspektasi bahwa Beijing perlu meluncurkan stimulus lebih lanjut. Meskipun berhasil menghindari penurunan tajam, ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghadapi tantangan berat di paruh kedua tahun ini. Hal ini didorong oleh penurunan ekspor, lemahnya permintaan konsumen, dan penurunan terus-menerus di sektor properti.
Survei terhadap 40 ekonom oleh Reuters memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada April-Juni sebesar 5,1% year-on-year, menurun dari 5,4% di kuartal pertama. Meskipun demikian, angka ini masih melampaui proyeksi 4,7% dalam survei Reuters pada April dan secara umum sesuai dengan target resmi tahunan sekitar 5%.
Para investor mengamati dengan seksama tanda-tanda stimulus baru pada pertemuan Politburo yang akan datang pada akhir Juli, yang kemungkinan akan membentuk kebijakan ekonomi untuk sisa tahun ini. Analis di Societe Generale menyatakan bahwa pertumbuhan PDB kuartal kedua diperkirakan melebihi 5%, dibandingkan 5,4% di kuartal pertama, yang menunjukkan tidak ada kebutuhan mendesak untuk stimulus tambahan. Namun, proyeksi pertumbuhan PDB diperkirakan melambat menjadi 4,5% di kuartal ketiga dan 4,0% di kuartal keempat, yang menunjukkan meningkatnya hambatan ekonomi.
Faktor-Faktor Penyebab Perlambatan
Perang dagang global yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump (meski konteksnya sudah 2025, referensi ini tetap relevan sebagai konteks historis) menyisakan tugas berat bagi Beijing untuk mendorong pengeluaran rumah tangga di tengah ketidakpastian. Ting Lu, kepala ekonom China di Nomura, mencatat beberapa faktor penyebab penurunan permintaan di paruh kedua tahun ini, antara lain: perlambatan ekspor akibat tarif AS, memudarnya dorongan dari program perdagangan barang konsumsi, langkah-langkah penghematan, dan penurunan properti yang berkepanjangan. Lu meyakini Beijing kemungkinan besar akan segera meluncurkan putaran baru langkah-langkah pendukung di paruh kedua tahun ini.
Proyeksi pertumbuhan PDB China untuk keseluruhan tahun 2025 diperkirakan turun menjadi 4,6%, tidak mencapai target resmi, turun dari 5,0% tahun lalu dan diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi 4,2% pada tahun 2026. Secara kuartalan, ekonomi diperkirakan tumbuh 0,9% di kuartal kedua, melambat dari 1,2% pada Januari-Maret. Pemerintah akan merilis data PDB kuartal kedua dan data penjualan eceran, produksi industri, dan investasi Juni pada 15 Juli.
Upaya Stimulus Pemerintah dan Keterbatasannya
Beijing telah meningkatkan pengeluaran infrastruktur dan subsidi konsumen, bersamaan dengan pelonggaran moneter yang stabil. Pada Mei, bank sentral memangkas suku bunga dan menyuntikkan likuiditas sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk melindungi ekonomi dari tarif perdagangan Trump. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga kebijakan utamanya – suku bunga repo terbalik tujuh hari – sebesar 10 basis poin di kuartal keempat, bersamaan dengan pemotongan serupa pada suku bunga utama pinjaman (LPR). Bank sentral juga diperkirakan akan menurunkan rasio cadangan wajib rata-rata tertimbang (RRR) sebesar 20 basis poin selama periode yang sama.
Namun, pengamat dan analis China mengatakan bahwa stimulus saja mungkin tidak cukup untuk mengatasi deflasi, yang memburuk ke tingkat terburuknya dalam hampir dua tahun pada Juni. Deflator PDB China – ukuran harga yang paling luas untuk barang dan jasa – diperkirakan akan terus menurun di kuartal kedua, menandai penurunan kuartalan kesembilan berturut-turut, rekor terpanjang sejak pencatatan dimulai pada tahun 1993. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan harga konsumen China sebesar 0,1% untuk tahun ini, jauh di bawah target pemerintah sekitar 2%, sebelum meningkat 1,0% pada tahun 2026.
Reformasi dan Prioritas Baru
Ekspektasi meningkat bahwa China dapat mempercepat reformasi sisi penawaran untuk mengurangi kapasitas industri yang berlebihan dan menemukan cara baru untuk meningkatkan permintaan domestik. Penasihat pemerintah China meningkatkan seruan untuk menjadikan kontribusi sektor rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih luas sebagai prioritas utama dalam rencana kebijakan lima tahun mendatang Beijing, karena ketegangan perdagangan dan deflasi mengancam prospek ekonomi. Perubahan fokus ini menandakan upaya untuk mengimbangi keterbatasan stimulus moneter dan fiskal semata. Strategi jangka panjang yang berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat dan efisiensi produksi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks ini.