Perlambatan Produktivitas Menghambat Pemulihan Ekonomi Selandia Baru
Perlambatan Produktivitas Menghambat Pemulihan Ekonomi Selandia Baru
Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Lambat dari Perkiraan
Kantor Perbendaharaan Selandia Baru (New Zealand Treasury) mengumumkan pada Kamis lalu bahwa mereka kemungkinan akan memangkas proyeksi ekonomi dan fiskal mereka karena perlambatan produktivitas yang berkelanjutan. Proyeksi anggaran Mei dari Kantor Perbendaharaan sebelumnya memperkirakan kembalinya pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2024. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa pemulihan akan dimulai lebih lambat dari perkiraan. Hal ini disampaikan oleh Penasihat Ekonomi Kepala Kantor Perbendaharaan, Dominick Stephens, dalam sebuah pidato di konferensi Chartered Accountants Australia and New Zealand di Wellington.
Stephens menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi terbukti lebih lambat dari yang diantisipasi. Pertumbuhan ekonomi yang lemah berarti ekonomi yang lebih kecil dan pendapatan pajak yang lebih sedikit, yang semakin mempersulit pemerintah dalam menyeimbangkan anggaran negara. Situasi ini menghadirkan tantangan signifikan bagi pemerintah dalam mengelola keuangan publik dan mencapai target surplus anggaran.
Defisit Anggaran yang Lebih Besar dari Perkiraan dan Upaya Pemerintah
Pemerintah Selandia Baru pada bulan Oktober melaporkan defisit anggaran yang lebih besar dari perkiraan untuk tahun 2023-2024. Penurunan pendapatan pemerintah akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah menjadi penyebab utama defisit ini. Meskipun demikian, pemerintah berjanji untuk menerapkan disiplin dalam pengeluaran publik dan mengembalikan anggaran negara ke kondisi surplus. Komitmen ini menunjukkan tekad pemerintah untuk mengatasi masalah fiskal yang dihadapi negara. Namun, realisasi komitmen ini bergantung pada kemampuan pemerintah untuk mengendalikan pengeluaran dan meningkatkan pendapatan negara di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Produktivitas Menurun ke Tingkat Pra-Pandemik
Data terbaru menunjukkan bahwa produktivitas telah kembali ke tingkat pra-pandemik pada tahun 2024. Indikator aktivitas manufaktur dan jasa tetap mengalami kontraksi, yang menunjukkan sedikit pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini semakin memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang signifikan dan memperumit upaya pemerintah dalam mencapai target fiskal. Penurunan produktivitas ini menjadi faktor kunci yang menyebabkan pemangkasan proyeksi ekonomi dan fiskal yang akan diumumkan oleh Kantor Perbendaharaan.
Penurunan Suku Bunga sebagai Respon terhadap Perlambatan Ekonomi
Ekonomi Selandia Baru mengalami kontraksi pada kuartal kedua tahun ini, di mana aktivitas ekonomi menurun di beberapa sektor industri utama. Kondisi ini memberikan ruang bagi penurunan suku bunga lebih lanjut. Bank Sentral Selandia Baru telah merespon perlambatan ekonomi dengan memangkas suku bunga acuan pada bulan Agustus, yang merupakan pengurangan pertama sejak Maret 2020. Pengurangan suku bunga tersebut kemudian diikuti dengan pemotongan tambahan sebesar 50 basis poin pada bulan Oktober, sehingga suku bunga menjadi 4,75%. Diharapkan akan ada pengurangan suku bunga ketiga secara berturut-turut pada minggu depan, sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi perlambatan yang terjadi.
Pembaruan Ekonomi dan Fiskal Semesteran
Kantor Perbendaharaan Selandia Baru dijadwalkan akan menerbitkan pembaruan ekonomi dan fiskal semesteran pada tanggal 17 Desember. Pembaruan ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi ekonomi terkini dan proyeksi ke depan. Pembaruan tersebut sangat dinantikan oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk menilai dampak perlambatan produktivitas dan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi Selandia Baru. Pembaruan ini juga akan menjadi acuan penting bagi investor dan pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan ekonomi di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan data terbaru dan proyeksi yang direvisi, diharapkan pembaruan ini akan memberikan informasi yang lebih akurat dan realistis mengenai kondisi ekonomi Selandia Baru.