Persaingan Politik Memanas di Moldova Jelang Pemilu Parlemen
Persaingan Politik Memanas di Moldova Jelang Pemilu Parlemen
Moldova, negara kecil yang terletak di antara Ukraina dan Rumania, tengah bersiap menghadapi pemilu parlemen yang dijadwalkan paling lambat 26 Oktober. Pemilu ini diprediksi akan berjalan ketat dan berpotensi mengubah peta politik negara yang menjadi medan pertarungan geopolitik antara Rusia dan Barat tersebut. Persaingan sengit di antara partai-partai pendukung pemerintah dan oposisi menandai babak baru perebutan kekuasaan di negara dengan mayoritas penduduk berbahasa Rumania dan minoritas berbahasa Rusia yang signifikan ini.
Koalisi Oposisi Bermunculan, Tantang Kekuasaan Partai PAS
Alexandr Stoianoglo, pemimpin oposisi yang kalah dalam pemilihan presiden November lalu, mengumumkan pembentukan koalisi "Alternative" yang terdiri dari tiga partai. Koalisi ini bertujuan menantang partai berkuasa, Partai Aksi dan Solidaritas (PAS) pimpinan Presiden Maia Sandu yang pro-Barat. Stoianoglo, mantan Jaksa Agung yang dalam kampanye presiden menonjolkan kebijakan luar negeri seimbang dengan mendekati Rusia dan Barat, berhasil meraih suara lebih banyak dari yang diperkirakan. Dukungan dari partai Sosialis pro-Moskow menjadi salah satu faktor keberhasilannya dalam meraih suara signifikan.
Koalisi "Alternative" terdiri dari partai yang dipimpin oleh Walikota Chisinau, Ion Ceban; partai mantan Perdana Menteri, Ion Chicu; dan partai mantan anggota parlemen, Marc Tcaciuc. Ketiga partai ini memiliki perbedaan strategi politik, namun mereka bersatu dalam tujuan menentang kebijakan pemerintahan Sandu. Stoianoglo menekankan prioritas utamanya adalah "konsolidasi masyarakat Moldova," menghindari polarisasi dan pemisahan warga berdasarkan afiliasi politik atau etnis.
Kritik terhadap Pemerintahan Sandu dan Tuduhan Campur Tangan Rusia
Oposisi secara konsisten mengkritik pemerintahan Sandu dan PAS atas inefisiensi dan kurangnya perhatian terhadap kepentingan publik. Mereka menuduh pemerintah hanya fokus pada integrasi ke Uni Eropa dan mengabaikan permasalahan rakyat. Namun, pemerintahan Sandu membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa oposisi berupaya mengancam upaya bergabung dengan Uni Eropa yang ditargetkan pada tahun 2030. Ceban, sebagai salah satu tokoh kunci koalisi oposisi, menegaskan dukungannya terhadap integrasi Eropa, namun menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan rakyat.
Ketegangan geopolitik antara Moldova dan Rusia juga ikut mewarnai persaingan politik dalam negeri. Kehadiran pasukan Rusia di Transnistria, wilayah separatis pro-Moskow di Moldova, menciptakan dinamika tersendiri. Hubungan Chisinau dan Moskow memburuk setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang dikecam oleh Presiden Sandu. Pemerintah Moldova bahkan menuduh Rusia melakukan campur tangan dalam pemilihan presiden tahun lalu dan referendum mengenai keanggotaan Uni Eropa. Tuduhan tersebut dibantah oleh pihak Rusia.
Sengketa Gas dan Krisis Energi Memanas
Konflik antara Moldova dan Rusia juga meluas ke sektor energi. Perselisihan terkait pasokan gas ke Transnistria, yang memproduksi listrik untuk seluruh Moldova, telah menimbulkan krisis energi. Penghentian aliran gas Rusia ke Transnistria melalui Ukraina pada awal Januari 2024, setelah berakhirnya perjanjian transit, menyebabkan ribuan warga Transnistria kekurangan gas dan pemanasan di musim dingin. Moldova menuntut Rusia mengirimkan gas melalui jalur lain, sementara Gazprom, perusahaan gas Rusia, menghentikan ekspor dengan alasan Moldova memiliki tunggakan pembayaran yang tidak diakui oleh Chisinau.
Pemerintah Moldova menuduh Rusia sengaja menciptakan krisis energi untuk memengaruhi pemilu parlemen. Rusia, sebaliknya, menyalahkan Moldova dan Ukraina. Situasi ini memperumit dinamika politik menjelang pemilu dan berpotensi meningkatkan ketidakstabilan. Akibatnya, pemilu parlemen di Moldova tidak hanya menjadi ajang pertarungan antar partai politik, tetapi juga pertarungan pengaruh geopolitik yang lebih besar. Hasil pemilu akan secara signifikan mempengaruhi arah politik Moldova dan hubungannya dengan Rusia dan Uni Eropa di masa mendatang. Persaingan politik yang ketat ini tentu akan menarik perhatian internasional, terutama mengingat posisi geografis Moldova yang strategis dan kepentingan berbagai kekuatan global di wilayah tersebut.