Pertempuran Sengit di Darfur Utara: Perebutan Basis Logistik al-Zurug

Pertempuran Sengit di Darfur Utara: Perebutan Basis Logistik al-Zurug

Perebutan Kontrol Basis al-Zurug

Pertempuran antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan pasukan yang bersekutu dengan angkatan darat Sudan terus berkecamuk di Darfur Utara. Pada Minggu, RSF mengumumkan telah merebut kembali kendali atas basis logistik utama al-Zurug, sehari setelah basis tersebut jatuh ke tangan pasukan lawan yang beraliansi dengan angkatan darat Sudan. Kejadian ini menandai babak baru dalam konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan dan menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan etnis di wilayah tersebut.

Pasukan Gabungan (Joint Forces), gabungan kelompok pemberontak mantan, bersama dengan angkatan darat Sudan, menyatakan telah berhasil menguasai basis al-Zurug pada hari Sabtu. Mereka mengklaim telah berhasil menewaskan puluhan tentara RSF, menghancurkan kendaraan, dan menyita sejumlah persediaan. Basis al-Zurug sendiri selama ini digunakan oleh RSF sebagai jalur utama untuk menyalurkan pasokan dari perbatasan Chad dan Libya.

Tuduhan Pelanggaran HAM dan Eskalasi Konflik

RSF membantah klaim tersebut dan balik menuduh Pasukan Gabungan melakukan pembersihan etnis terhadap warga sipil di al-Zurug. Dalam sebuah pernyataan, RSF menuduh pasukan lawan membunuh warga sipil, membakar rumah, dan merusak fasilitas umum seperti sumur, pasar, rumah sakit, dan sekolah. Pernyataan tersebut menekankan bahwa serangan tersebut menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia.

Di sisi lain, Pasukan Gabungan membela tindakan mereka dengan menyatakan bahwa basis al-Zurug digunakan oleh RSF sebagai titik peluncuran operasi-operasi brutal terhadap warga sipil di daerah-daerah seperti al-Fashir, ibu kota Darfur Utara. Al-Fashir sendiri merupakan salah satu garis depan pertempuran yang paling aktif.

Dampak Konflik Terhadap Penduduk Sipil

Sejak pertempuran meningkat di al-Fashir pada pertengahan April, setidaknya 782 warga sipil telah tewas, menurut laporan hak asasi manusia PBB. Korban jiwa tersebut merupakan akibat dari serangan-serangan menggunakan artileri berat dan drone bunuh diri oleh RSF, serta serangan udara dan artileri dari angkatan darat Sudan. Pada Minggu, aktivis dari Komite Perlawanan al-Fashir melaporkan setidaknya 30 rudal ditembakkan ke berbagai bagian kota.

Konflik ini telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi penduduk sipil. Rumah-rumah hancur, infrastruktur rusak, dan akses terhadap layanan dasar seperti perawatan kesehatan dan pendidikan terganggu. Ketakutan dan ketidakpastian melanda masyarakat, memaksa banyak orang untuk mengungsi dari rumah mereka.

Analisis dan Implikasi Geopolitik

Perebutan basis al-Zurug dan pertempuran sengit di al-Fashir memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Para analis berpendapat bahwa jika RSF berhasil menguasai al-Fashir, hal ini akan memperkuat upaya mereka untuk membentuk pemerintahan tandingan di Port Sudan. Hal ini akan semakin memperumit situasi politik yang sudah rapuh di Sudan dan dapat memicu eskalasi konflik yang lebih besar.

Konflik ini juga berpotensi memicu ketegangan etnis yang lebih besar antara suku-suku Arab yang menjadi basis utama RSF dan suku Zaghawa yang mayoritas tergabung dalam Pasukan Gabungan. Pertempuran di al-Zurug telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya kekerasan antar etnis yang lebih besar, mengancam stabilitas regional dan keselamatan warga sipil. Perlu adanya upaya internasional yang signifikan untuk mengakhiri konflik ini dan mencegah terjadinya lebih banyak korban jiwa dan penderitaan. Keberhasilan dalam hal ini memerlukan komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan negosiasi damai, serta perlindungan warga sipil yang harus menjadi prioritas utama.